KHUTBAH IDUL ADHA 1444 H
“DENGAN IDUL ADHA 1444 H, KITA TINGKATKAN KETAQWAAN DAN KEPEDULIAN KEPADA SESAMA UMAT MANUSIA”
DISAMPAIKAN OLEH:
WAHYU SALIM, S.Ag
DI MUSHALLA DIINUL HAQ
GONJONG INDAH KOTO TUO PANYALAIAN
KEC. X KOTO KAB. TANAH DATAR
HARI RABU, 28 JUNI 2023 M/10 ZULHIJJAH 1444 H
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ،
وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا،
مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.
أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى
نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى ا للهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى
آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ،
أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ
الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ، حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِيْ
كِتَابِهِ الْعَزِيْزِ:
يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ
تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا
وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ
اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا.
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ
اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ
وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ
حَسَنٍ.
فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَديِ هَدْيُ
مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحَدَثَاتُهَا، وَكُلَّ
مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلةٍ.
Allahu Akbar 3x walillahilhamd
Ma’asyiralmuslimin
Sidang Jama’ah Idul Adha rahimakumullah………
Syukur
al-Hamdulillah marilah kita hadapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga pada hari raya idul adha tahun
ini, kita dapat bersama-sama melaksanakan shalat hari raya di Mesjid yang
berbahagia ini dengan meninggalkan segala kesibukan dunia, memfokuskan jiwa dan
raga untuk beribadah hanya kepada Allah SWT. Kita juga bersyukur kepada Allah
SWT karena ada di antara kita yang diizinkan Allah, apakah orang tua kita,
saudara kita, anak kita atau kemenakan kita, melaksanakan ibadah haji
menyempurnakan rukun Islam yang kelima ke Makkah Mukarramah. Kita juga besyukur
memuji Allah SWT karena ada di antara kita yang ikut berkurban menyembelih sapi
atau kambing kemudian membagikannya kepada kaum muslimin terutama kepada fakir
dan miskin. Mudah-mudahan dengan selalu mensyukuri segala nikmat dan karunia
yang telah diberikan Allah SWT, kita
selalu mendapatkan curahan rahmat dan karunia-Nya dan dibebaskan dari
segala bentuk bala dan musibah. Amin Ya Rabbal “Alamin…….
Allah berfirman:
Artinya: “Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan, sesungguhnya jika kamu bersyukur atas nikmat yang Aku berikan kepadamu pasti Aku akan tambah, tapi apabila kamu ingkari sungguh azab-Ku sangatlah pedih. (Surah Ibrahim ayat 7)
Shalawat
dan salam, marilah kita do’akan kepada Allah SWT semoga disampaikan kepada
junjungan umat Nabi Besar Muhammad SAW. Atas segala perjuangan dan pengorbanan beliau,
baik harta, pemikiran, perasaan dan waktu, beliau telah berhasil dalam tempo
yang sangat singkat merubah peradaban dunia, dari peradaban penyembah patung
dan berhala kepada peradaban penyembah Allah SWT yang Maha Tunggal dan Kuasa,
dari peradaban penyiksa wanita dan makhluk lemah kepada peradaban yang
menghargai wanita dan mengasihi yang faqir, dari peradaban jahiliyyah kepada
peradaban yang penuh dengan kebijaksanaan, kedermawanan dan ilmu pengetahuan
sebagaimana yang kita rasakan saat ini. Mudah-mudahan dengan berpegang teguh
kepada warisan yang beliau tinggalkan untuk kita, kita tidak akan pernah sesat
selama-lamanya, baik di dunia maupun di akhirat.
Nabi bersabda:
Artinya:
“Aku telah tinggalkan untukmu dua perkara, selagi kamu berpegang teguh kepada
keduanya, kamu tidak akan pernah sesat selama-lamanya, yaitu al-Qur’an dan
Sunnah Rasul”. (al-Hadis)
Allahu
Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamd……..
Kaum
Muslimin Rahimakumullah…………
Mengawali khutbah idul adha kali ini,
khatib mengajak kita semua, termasuk diri khatib sendiri untuk selalu
meningkatkan kadar keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan
sebenar-benar taqwa, yaitu melaksanakan segala perintah-Nya dan meninggalkan
segala larangan-Nya setiap saat, kapan saja dan di mana saja kita berada.
Sidang Jama’ah Idul Adha yang rahimakumullah,
Tema khutbah kita kali ini ialah “DENGAN HARI RAYA IDUL ADHA 1444 H, KITA TINGKATKAN KETAQWAAN DAN KEPEDULIAN KEPADA SESAMA UMAT MANUSIA”.
Ma’asysyiral Muslimin Rahimakumullah,
Allah berfirman:
“Dan serulah olehmu manusia agar ia melaksanakan haji niscaya ia akan
datang dengan berjalan kaki dan memakai kendaraan, dan mereka akan datang dari
segenap penjuru dunia agar mereka menyaksikan beberapa manfaat, dan menyebut
nama Allah pada beberapa hari tertentu ( hari raya idul adha dan hari-hari tasyri’)
dan Allah telah memberi rezki kepadamu dengan binatang ternak untuk korban dan
makanlah sebahagiannya dan sedeqahkanlah bagi orang yang fakir dan melarat”.
(Surah al-Hajj ayat 27-28)
Dalam ayat lain, Allah juga berfirman:
Artinya: ”Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim[215]; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah[216]. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”. (Surah Ali Imran ayat 97)
Berdasarkan firman Allah di atas, kita
menyadari bahwa ibadah haji merupakan kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan,
bahkan merupakan kesempurnaan pengamalan ajaran agama dan menjadi rukun Islam
yang kelima, yaitu kewajiban bagi orang-orang yang memenuhi wajib haji, yaitu
mempunyai kesanggupan ekonomi untuk biaya keberangkatan, sehat jasmani dan
rohani, mempunyai ilmu tentang tata cara haji dan adanya jaminan keamanan
menuju Makkah Mukarramah dan Madinatul Munawwarah.
Itulah mereka yang sekarang lagi
berkumpul berjuta-juta orang dari segenap penjuru dunia di tanah haram,
melaksanakan rangkaian ibadah haji mulai dari Ihram, Thawaf, Sa’i, melontar
Jumrah dan ibadah lainnya, yang masing-masingnya mempunyai hikmah luar biasa
yang patut kita pedomani.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu
Akbar, Walillahilhamd……..
Pertama,
Mengenakan pakaian ihram putih-putih dan menanggalkan pakaian biasa sehari-hari
berarti menanggalkan segala macam perbedaan dan menghapus segala keangkuhan
yang ditimbulkan oleh status sosial. Raja, Jendral, Presiden, Rakyat Kecil,
petani, pedagang, sopir, semuanya mengenakan pakaian Ihram yang sama. Hal ini
melambangkan persamaan derajat kemanusiaan dan ukhuwwah Islamiyyah serta
menimbulkan pengaruh psikologis/kejiwaan bahwa
dalam keadaan demikianlah seseorang menghadap Allah SWT pada saat
kematiannya. Bukankah ibadah haji adalah memenuhi panggilan Allah ? Dan
kematian itu juga adalah memenuhi panggilan Allah ? Apakah setelah melaksanakan
haji atau kita setelah shalat idul adha dan melaksanakan qurban, masih adakah
keangkuhan di dalam jiwa kita ? Masih terasakah adanya perbedaan derajat
kemanusiaan ? Masihkah ingin menang sendiri dan menindas orang lain ? Kalau
masih ada berarti kita belum menghayati hikmah dari pakaian ihram tersebut.
Dalam kehidupan masyarakat, kebersamaan dan kesamaan visi dan misi yang
diajarkan dari pakaian Ihram menjadi syarat mutlak keberhasilan kita dalam
membangun, terutama membangun kehidupan beragama di daerah kita sehingga tidak
ada ruang dan waktu untuk kemaksiatan, tidak ada lagi perjudian di daerah kita,
tidak ada lagi orang yang mabuk di daerah kita, tidak ada lagi orang yang
berzina dan pergaulan bebas di daerah kita, tidak ada lagi sabung ayam dan
tidak ada lagi kemungkaran-kemungkaran lainnya di daerah yang kita cintai ini.
Ini juga yang diajarkan oleh Ibadah Qurban, yaitu berkorban untuk kemajuan
agama. Kita harus meletakkan agama sebagai posisi prioritas utama. Hal ini
sesuai dengan kaidah ushul fiqh yang menyebutkan apabila bertentangan
kepentingan agama dengan jiwa, maka jiwa harus dikorbankan, inilah Jihad, maka
orang yang gugur dalam perjuangan agama, maka ia gugur sebagai syuhada dan
tidak ada balasan lain kecuali surga. Apabila bertentangan antara kepentingan
agama dengan harta, maka harta harus dikorbankan, maka inilah yang menjadi
syariat zakat, waqaf, infaq dan sedeqah. Dengan demikian, tidak ada mesjid yang
terbengkalai, tidak ada faqir-miskin yang tidak disantuni, tidak ada anak yatim
yang terlantar. Semuanya berjalan dengan damai, aman dan tentram. Dan apabila
bertentangan kepentingan agama dengan kepentingan pribadi, maka agama harus
didahulukan, kepentingan pribadi harus dikorbankan, direlakan dan diikhlaskan.
Inilah prinsip yang harus selalu kita pegang sehingga kita bisa sehilir semudik
dalam memajukan agama di daerah kita ini dalam kerangka ukhuwwah Islamiyyah
yang kuat dan erat.
Wuquf di ‘Arafah berarti berhenti di Padang ‘Arafah. ‘Arafah berarti mengenal. Mengajarkan kepada kita untuk mengenal jati diri, menyadari kesalahan, bertekad untuk tidak mengulanginya, bertaubat serta menyadari kebesaran dan keagungan Penciptanya, yaitu Allah SWT, yang suatu saat kita akan dikumpulkan di Padang Mahsyar untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatan selama kita hidup di dunia dihadapan Mahkamah Allah SWT. Kita hidup di dunia hanya sebentar, kehidupan yang abadi itu ada di akhirat. Oleh karena itu, mari kita persiapkan diri dan keluarga kita untuk menghadapi kehidupan yang abadi itu dengan memperbanyak bekal, yaitu bekal keimanan, ketaqwaan dan amal sholeh.
Mabit di Muzdalifah mengajarkan kepada kita agar memiliki senjata dan strategi dalam memerangi dan mengalahkan setan, karena setan sudah bersumpah akan menyesatkan setiap orang yang beriman agar terpeleset dan tergelincir dari keimanan sehingga nantinya akan dihukum dan dimasukkan ke dalam neraka, bersama-sama dengan setan atau iblis.
Berikutnya melempar jumrah di Mina, yaitu jumratul ula, jumratul wustha dan jumratul aqabah. Mengingatkan kita kepada peristiwa Nabi Ibrahim dengan istrinya Siti Hajar dan anaknya Ismail, ketika Ibrahim diperintahkan Allah SWT untuk menyembelih anaknya Ismail. Pada saat itu iblis datang menggoda Nabi Ibrahim supaya Nabi Ibrahim meninggalkan perintah Allah.Ternyata Nabi Ibrahim tidak bisa digoda karena keyakinan Nabi Ibrahim bahwa mimpinya untuk menyembelih anaknya itu benar-benar perintah dari Allah SWT. Selanjutnya iblis mengalihkan bujuk rayunya kepada Siti Hajar, Siti Hajar juga tidak tergoda, bahkan ia menguatkan hati suaminya untuk melaksanakan perintah Allah. Akhirnya iblis membujuk Ismail kecil, dan Ismail kecil tetap mendukung ayahnya untuk melaksanakan perintah Allah SWT. Kemudian ketika Nabi Ibrahim meyembelih Ismail, seketika itu Ismail berubah atas izin Allah menjadi seekor domba.
Peristiwa ini dijelaskan secara gamblang dalam al-Qur’an surah al-Shaffat ayat 102.
Artinya: .....“Wahai ayah kerjakanlah apa yang telah Allah perintahkan, inya Allah, engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang bersabar.”
Melempar jumrah dan ibadah qurban mengajarkan kepada kita bahwa setiap anggota keluarga itu, baik suami atau istri, ayah, ibu dan anak-anak sepantasnya bekerjasama dalam mentaati Allah dan dalam menjadikan syetan sebagai musuh.
Artinya: Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia sebenar-benar musuh, karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala” (surah Fathir ayat 6)
Sehingga tidak ada peluang bagi iblis dan syetan menjerumuskan anggota keluarga kita. Setiap anggota keluarga harus bahu membahu, saling bantu membantu dalam kebaikan dan taqwa, tidak dalam dosa dan permusuhan. Digantinya Ismail dengan seekor domba sekaligus menggugurkan, membatalkan segala bentuk tumbal, sesajian dan kebiasaan mengorbankan manusia. Oleh Nabi kita Muhammad SAW, ibadah Qurban dijadikan ibadah yang dilaksanakan setiap tahun pada hari raya idul adha dan hari-hari tasyri’, tanggal 10, 11, 12, dan 13 Zulhijjah.
Thawaf atau
mengelilingi ka’bah. Ka’bah, tempat kiblat kita merupakan lambang dari wujud
dan Keesaan Allah, maka ber-thawaf melambangkan aktifitas manusia yang tidak
pernah terlepas dari Allah SWT. Ka’bah bagaikan matahari yang menjadi pusat
tata surya dan dikelilingi oleh planet-planet. Oleh karena itu, segala
aktifitas kita harus terikat dengan daya tarik pusat wujud ini, yaitu Allah
SWT. Kita pergi ke ladang karena Allah, kita sekolahkan anak kita karena Allah,
kita berdagang karena Allah, kita membangun dan beramal juga karena Allah.
Tidak ada orang yang berbuat maksiat karena Allah, karena Allah pasti tidak
menyukainya, karena kebaikan itu tidak boleh bersatu dengan keburukan, karena
yang haq tidak boleh bercampur dengan kebathilan, apapun alasan-alasannya,
termasuk demi kemashlahatan. Memang ada orang yang membangun dengan harta haram
dengan alasan kemashlahatan tapi yakinlah bahwa itu tidak diredhoi Allah,
sesuatu yang tidak diredhoi-Nya tidak ada yang bertahan lama dan akan hancur
dengan cara Allah, apakah melalui tsunami, gempa atau gunung meletus dll.
Berikutnya, Ibadah Sa’i atau berlari-lari kecil dari Shafa ke Marwa merupakan lambang dari usaha mencari karunia Allah. Bukankah Hajar, Ibu Ismail AS, mondar-mandir dari Shafa ke Marwa mencari air untuk putranya sampai tujuh kali menunjukkan semangat, kerja keras untuk kelangsungan hidup keluarganya dan tidak berpangku tangan menunggu hujan emas dari langit. Shafa berarti start dengan niat yang suci dan tegar. Marwa berarti finish dengan penghargaan, mulia dan menjadi manusia idola dan ideal. Ini mengajarkan kepada kita bahwa memulai pekerjaan mencari kebutuhan hidup keluarga dengan ikhlas, kerja keras dan penuh ketabahan dan ketegaran akan berakhir dengan sukses, manis, indah, nikmat dan mulia.
Tahallul adalah amalan yang menandai telah berakhirnya rangkaian ibadah haji dengan cara mencukur rambut sehingga larangan-larangan haji sebelumnya sudah dicabut dan halal untuk dilakukan, seperti menanggalkan pakaian ihram, memotong kuku ataupun hubungan suami istri
Allahu
Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamd……..
Hadirin Sidang Idul Adha yang dirahmati
Allah……
Allah SWT berfirman dalam surah
al-Nahl ayat 112:
Artinya:”Dan Allah telah membuat
suatu perumpamaan dengan sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tentram, rezki
negeri itu datang melimpah ruah dari segenap penjuru, tetapi karena penduduknya
mengingkarinikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka
pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan dosa yang selalu mereka perbuat “.
Ayat ini mengingatkan kita semua bahwa
musibah didatangkan oleh Allah SWT karena mungkin saja manusia sendiri yang
mengundangnya datang. Ia diundang dengan cara tidak mensyukuri nikmat-nikmat
yang telah Allah berikan, tidak ia gunakan menurut cara yang semestinya. Allah
berikan keturunan, harta, perdagangan, sawah ladang yang luas tapi keturunan,
harta, perdagangan, sawah ladang itu tidak digunakan untuk mencari redha Allah
SWT. Justru membuat lupa dan lalai dari tujuan hidup manusia di dunia ini,
yaitu untuk beribadah kepada Allah SWT. Maka oleh karena itu, agaknya Allah
memandang perlu mengingatkan dan men-tarbiyah manusia melalu musibah yang Ia
timpakan, agar manusia insyaf, sadar dan kembali kepada jalan yang benar. Allah
tarbiyah kita dengan rasa bahagia, sakit, senang, sedih dan duka, namun ini
semua tidak cukup membuat kita insyaf. Kemudian Allah tingkatkan tarbiyah
dengan melemparkan berbagai jenis penyakit pada tanaman kita yang biasanya
penyakit itu tidak pernah ada, seperti penyakit layu pada pisang, atau brakele
pada lada dsb. Jadi pada dasarnya apapun bentuk mushibahnya, pada dasarnya sama
yaitu dalam rangka menyadarkan manusia. Inilah hikmah kenapa kata “mushibah”
yang artinya bencana, akar katanya sama dengan “shawab” yang berarti
benar, karena orang baru mau melakukan hal yang benar setelah mendapatkan
bencana dan ujian dari Allah. Inilah hikmah dari kata “azab” yang artinya
siksa, akar katanya sama dengan “azbun” yang artinya tawar atau
segar, karena setelah mendapat siksa hati menjadi sadar, tawar dan segar.
Inilah hikmah kenapa kata “bala’” yang berarti musibah, sama
akar katanya dengan “bala”, yang berarti benar atau sahih, karena memang orang
cenderung setelah melakukan hal-hal yang benar setelah mendapatkan musibah dari
Allah SWT. Oleh karena itu, kita bisa mengindari musibah dari kampung kita,
apabila di kampung kita kehidupan masyarakatnya telah sesuai dengan kehendak
Allah SWT atau menjadi insan yang bertaqwa.
Demikianlah, khutbah kita kali ini, mudah-mudahan dapat menggugah hati nurani kita, untuk lebih bersungguh-sungguh menegakkan ajaran agama, baik pada pribadi kita, keluarga kita maupun pada masyarakat kita. Semoga Allah SWT meredhoi setiap langkah dan upaya kita dalam memajukan agama-Nya.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ،
وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ.
Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ
لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهَ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ
فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ، حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى
فِيْ كِتَابِهِ الْعَزِيْزِ:
يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ
تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا
وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ
اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا.
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ
اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
قَالَ الله تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكريم:
“Sesungguhnya Kami telah
memberikan kepadamu nikmat yang banyak”
“Maka dirikanlah sholat karena
Tuhanmu dan berkorbanlah”
“Sesungguhnya orang-orang yang
membenci kamu dialah yang terputus dari rahmat Allah”
إِنَّ اللهَ
وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ
ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ
اغْفِرْ لَنَا وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، يَا مُجِيْبَ
الدَّعَوَاتِ.
اَللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ وَلاَ هَمًّا إِلاَّ
فَرَّجْتَهُ وَلاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ وَلاَ حَاجَةً مِنْ حَوَائِجِ
الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ إِلاَّ قَضَيْتَهَا يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
Ya .. Allah Ya… Tuhan kami….
Sungguh telah banyak dosa dan
kesalahan yang telah kami perbuat. Tak cukup kata-kata untuk mengungkapkannya.
Kami mohon kepada-Mu Zat yang maha Pengampun. Ampunilah dosa-dosa kami, dosa
kedua orang tua kami, dosa umat Islam seluruh dunia, baik yang telah Engkau
panggil kepangkuan-Mu, maupun kami yang masih hidup.
Ya.. Allah… Ya Gaffur………
Jangan Engkau timpakan kepada
kami mushibah yang tidak sanggup kami memikulnya. Janganpula Ya… Allah, Engkau
siksa kami karena kami terlupa dan tersalah. Janganpula Ya… Allah , Engkau
timpakan kepada kami bencana sebagaimana yang telah Engkau timpakan kepada
umat-umat terdahulu yang Engkar kepada-Mu. Ya Allah ampuni kami, maafkan kami,
sayangi kami. Engkaulah Pelindung kami dan bantulah kami menghadapi orang-orang
kafir, bantulah kami menghilangkan kemungkaran-kemungkaran dari dalam diri
kami, istri kami,anak-anak kami, keluarga kami, masyarakat kami, bangsa dan
negara kami. Hingga kami sempurna menjadi hamba-Mu. Ya Allah Ya Tuhan Kami
bantu kami menjadi hamba-Mu yang pandai bersyukur, yang dapat berusaha dan
berkarya memajukan agama, bangsa dan negara kami dalam redha dan ma’unah-Mu. Amin…
Ya.. Rabbal’alamin
رَبَّنَا اغْفِرْ
لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ
قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا
لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ.
رَبَّنَا آتِنَا
فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.