Selasa, 27 Juni 2023

KHUTBAH IDUL ADHA 1444 H “DENGAN PERINGATAN IDUL ADHA 1444 H, KITA TINGKATKAN KEBERSAMAAN DAN SEMANGAT RELA BERKORBAN DALAM MEMAJUKAN AGAMA, NUSA DAN BANGSA”

 


 

KHUTBAH IDUL ADHA 1444 H

 

 

DENGAN  IDUL ADHA 1444 H, KITA TINGKATKAN KETAQWAAN DAN KEPEDULIAN KEPADA SESAMA UMAT MANUSIA”

 

 

 

 

DISAMPAIKAN OLEH:

WAHYU SALIM, S.Ag

 

 

 

DI MUSHALLA DIINUL HAQ

GONJONG INDAH KOTO TUO PANYALAIAN

KEC. X KOTO KAB. TANAH DATAR

HARI RABU, 28 JUNI 2023 M/10 ZULHIJJAH 1444 H

 

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى ا للهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ، حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْعَزِيْزِ:
يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ.

فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَديِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحَدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلةٍ.
Allahu Akbar 3x walillahilhamd

Ma’asyiralmuslimin Sidang Jama’ah Idul Adha rahimakumullah………

          Syukur al-Hamdulillah marilah kita hadapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga pada hari raya idul adha tahun ini, kita dapat bersama-sama melaksanakan shalat hari raya di Mesjid yang berbahagia ini dengan meninggalkan segala kesibukan dunia, memfokuskan jiwa dan raga untuk beribadah hanya kepada Allah SWT. Kita juga bersyukur kepada Allah SWT karena ada di antara kita yang diizinkan Allah, apakah orang tua kita, saudara kita, anak kita atau kemenakan kita, melaksanakan ibadah haji menyempurnakan rukun Islam yang kelima ke Makkah Mukarramah. Kita juga besyukur memuji Allah SWT karena ada di antara kita yang ikut berkurban menyembelih sapi atau kambing kemudian membagikannya kepada kaum muslimin terutama kepada fakir dan miskin. Mudah-mudahan dengan selalu mensyukuri segala nikmat dan karunia yang telah diberikan Allah SWT, kita  selalu mendapatkan curahan rahmat dan karunia-Nya dan dibebaskan dari segala bentuk bala dan musibah. Amin Ya Rabbal “Alamin…….

          Allah berfirman:

          Artinya: “Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan, sesungguhnya jika  kamu bersyukur atas nikmat yang Aku berikan kepadamu pasti Aku akan tambah, tapi apabila kamu ingkari sungguh azab-Ku sangatlah pedih. (Surah Ibrahim ayat 7)

          Shalawat dan salam, marilah kita do’akan kepada Allah SWT semoga disampaikan kepada junjungan umat Nabi Besar Muhammad SAW. Atas segala perjuangan dan pengorbanan beliau, baik harta, pemikiran, perasaan dan waktu, beliau telah berhasil dalam tempo yang sangat singkat merubah peradaban dunia, dari peradaban penyembah patung dan berhala kepada peradaban penyembah Allah SWT yang Maha Tunggal dan Kuasa, dari peradaban penyiksa wanita dan makhluk lemah kepada peradaban yang menghargai wanita dan mengasihi yang faqir, dari peradaban jahiliyyah kepada peradaban yang penuh dengan kebijaksanaan, kedermawanan dan ilmu pengetahuan sebagaimana yang kita rasakan saat ini. Mudah-mudahan dengan berpegang teguh kepada warisan yang beliau tinggalkan untuk kita, kita tidak akan pernah sesat selama-lamanya, baik di dunia maupun di akhirat.

          Nabi bersabda:

          Artinya: “Aku telah tinggalkan untukmu dua perkara, selagi kamu berpegang teguh kepada keduanya, kamu tidak akan pernah sesat selama-lamanya, yaitu al-Qur’an dan Sunnah Rasul”. (al-Hadis)

          Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamd……..

          Kaum Muslimin Rahimakumullah…………

          Mengawali khutbah idul adha kali ini, khatib mengajak kita semua, termasuk diri khatib sendiri untuk selalu meningkatkan kadar keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan sebenar-benar taqwa, yaitu melaksanakan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya setiap saat, kapan saja dan di mana saja kita berada.

Sidang Jama’ah Idul Adha yang rahimakumullah,

          Tema khutbah kita kali ini ialah “DENGAN HARI RAYA IDUL ADHA 1444 H, KITA TINGKATKAN KETAQWAAN DAN KEPEDULIAN KEPADA SESAMA UMAT MANUSIA”.

Ma’asysyiral Muslimin Rahimakumullah,

          Allah berfirman:

“Dan serulah olehmu manusia agar ia melaksanakan haji niscaya ia akan datang dengan berjalan kaki dan memakai kendaraan, dan mereka akan datang dari segenap penjuru dunia agar mereka menyaksikan beberapa manfaat, dan menyebut nama Allah pada beberapa hari tertentu ( hari raya idul adha dan hari-hari tasyri’) dan Allah telah memberi rezki kepadamu dengan binatang ternak untuk korban dan makanlah sebahagiannya dan sedeqahkanlah bagi orang yang fakir dan melarat”. (Surah al-Hajj ayat 27-28)

          Dalam ayat lain, Allah juga berfirman:

Artinya: ”Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim[215]; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah[216]. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”. (Surah Ali Imran ayat 97)

          Berdasarkan firman Allah di atas, kita menyadari bahwa ibadah haji merupakan kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan, bahkan merupakan kesempurnaan pengamalan ajaran agama dan menjadi rukun Islam yang kelima, yaitu kewajiban bagi orang-orang yang memenuhi wajib haji, yaitu mempunyai kesanggupan ekonomi untuk biaya keberangkatan, sehat jasmani dan rohani, mempunyai ilmu tentang tata cara haji dan adanya jaminan keamanan menuju Makkah Mukarramah dan Madinatul Munawwarah.

          Itulah mereka yang sekarang lagi berkumpul berjuta-juta orang dari segenap penjuru dunia di tanah haram, melaksanakan rangkaian ibadah haji mulai dari Ihram, Thawaf, Sa’i, melontar Jumrah dan ibadah lainnya, yang masing-masingnya mempunyai hikmah luar biasa yang patut kita pedomani.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamd……..

          Pertama, Mengenakan pakaian ihram putih-putih dan menanggalkan pakaian biasa sehari-hari berarti menanggalkan segala macam perbedaan dan menghapus segala keangkuhan yang ditimbulkan oleh status sosial. Raja, Jendral, Presiden, Rakyat Kecil, petani, pedagang, sopir, semuanya mengenakan pakaian Ihram yang sama. Hal ini melambangkan persamaan derajat kemanusiaan dan ukhuwwah Islamiyyah serta menimbulkan pengaruh psikologis/kejiwaan bahwa  dalam keadaan demikianlah seseorang menghadap Allah SWT pada saat kematiannya. Bukankah ibadah haji adalah memenuhi panggilan Allah ? Dan kematian itu juga adalah memenuhi panggilan Allah ? Apakah setelah melaksanakan haji atau kita setelah shalat idul adha dan melaksanakan qurban, masih adakah keangkuhan di dalam jiwa kita ? Masih terasakah adanya perbedaan derajat kemanusiaan ? Masihkah ingin menang sendiri dan menindas orang lain ? Kalau masih ada berarti kita belum menghayati hikmah dari pakaian ihram tersebut. Dalam kehidupan masyarakat, kebersamaan dan kesamaan visi dan misi yang diajarkan dari pakaian Ihram menjadi syarat mutlak keberhasilan kita dalam membangun, terutama membangun kehidupan beragama di daerah kita sehingga tidak ada ruang dan waktu untuk kemaksiatan, tidak ada lagi perjudian di daerah kita, tidak ada lagi orang yang mabuk di daerah kita, tidak ada lagi orang yang berzina dan pergaulan bebas di daerah kita, tidak ada lagi sabung ayam dan tidak ada lagi kemungkaran-kemungkaran lainnya di daerah yang kita cintai ini. Ini juga yang diajarkan oleh Ibadah Qurban, yaitu berkorban untuk kemajuan agama. Kita harus meletakkan agama sebagai posisi prioritas utama. Hal ini sesuai dengan kaidah ushul fiqh yang menyebutkan apabila bertentangan kepentingan agama dengan jiwa, maka jiwa harus dikorbankan, inilah Jihad, maka orang yang gugur dalam perjuangan agama, maka ia gugur sebagai syuhada dan tidak ada balasan lain kecuali surga. Apabila bertentangan antara kepentingan agama dengan harta, maka harta harus dikorbankan, maka inilah yang menjadi syariat zakat, waqaf, infaq dan sedeqah. Dengan demikian, tidak ada mesjid yang terbengkalai, tidak ada faqir-miskin yang tidak disantuni, tidak ada anak yatim yang terlantar. Semuanya berjalan dengan damai, aman dan tentram. Dan apabila bertentangan kepentingan agama dengan kepentingan pribadi, maka agama harus didahulukan, kepentingan pribadi harus dikorbankan, direlakan dan diikhlaskan. Inilah prinsip yang harus selalu kita pegang sehingga kita bisa sehilir semudik dalam memajukan agama di daerah kita ini dalam kerangka ukhuwwah Islamiyyah yang kuat dan erat.

  Wuquf di ‘Arafah berarti berhenti di Padang ‘Arafah. ‘Arafah berarti mengenal. Mengajarkan kepada kita untuk mengenal jati diri, menyadari kesalahan, bertekad untuk tidak mengulanginya, bertaubat serta menyadari kebesaran dan keagungan Penciptanya, yaitu Allah SWT, yang suatu saat kita akan dikumpulkan di Padang Mahsyar untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatan selama kita hidup di dunia dihadapan Mahkamah Allah SWT. Kita hidup di dunia hanya sebentar, kehidupan yang abadi itu ada di akhirat. Oleh karena itu, mari kita persiapkan diri dan keluarga  kita untuk menghadapi kehidupan yang abadi itu dengan memperbanyak bekal, yaitu bekal keimanan, ketaqwaan dan amal sholeh.

     Mabit di Muzdalifah mengajarkan kepada kita agar memiliki senjata dan strategi dalam memerangi dan mengalahkan setan, karena setan sudah bersumpah akan menyesatkan setiap orang yang beriman agar terpeleset dan tergelincir dari keimanan sehingga nantinya akan dihukum dan dimasukkan ke dalam neraka, bersama-sama dengan setan atau iblis.

Berikutnya melempar jumrah di Mina, yaitu jumratul ula, jumratul wustha dan jumratul aqabah. Mengingatkan kita kepada peristiwa Nabi Ibrahim dengan istrinya Siti Hajar dan anaknya Ismail, ketika Ibrahim diperintahkan Allah SWT untuk menyembelih anaknya Ismail. Pada saat itu iblis datang menggoda Nabi Ibrahim supaya Nabi Ibrahim meninggalkan perintah Allah.Ternyata Nabi Ibrahim tidak bisa digoda karena keyakinan Nabi Ibrahim bahwa mimpinya untuk menyembelih anaknya itu benar-benar perintah dari Allah SWT. Selanjutnya iblis mengalihkan bujuk rayunya kepada Siti Hajar, Siti Hajar juga tidak tergoda, bahkan ia menguatkan hati suaminya untuk melaksanakan perintah Allah. Akhirnya iblis membujuk Ismail kecil, dan Ismail kecil tetap mendukung ayahnya untuk melaksanakan perintah Allah SWT. Kemudian ketika Nabi Ibrahim meyembelih Ismail, seketika itu Ismail berubah atas izin Allah menjadi seekor domba.

        Peristiwa ini dijelaskan secara gamblang dalam al-Qur’an surah al-Shaffat ayat 102.


          Artinya: .....“Wahai ayah kerjakanlah apa yang telah Allah perintahkan, inya Allah, engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang bersabar.”

          Melempar jumrah dan ibadah qurban mengajarkan kepada kita bahwa setiap anggota keluarga itu, baik suami atau istri, ayah, ibu dan anak-anak sepantasnya bekerjasama dalam mentaati Allah dan dalam menjadikan syetan sebagai musuh.


          Artinya: Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia sebenar-benar musuh, karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala” (surah Fathir ayat 6)

          Sehingga tidak ada peluang bagi iblis dan syetan menjerumuskan anggota keluarga kita. Setiap anggota keluarga harus bahu membahu, saling bantu membantu dalam kebaikan dan taqwa, tidak dalam dosa dan permusuhan. Digantinya Ismail dengan seekor domba sekaligus menggugurkan, membatalkan segala bentuk tumbal, sesajian dan kebiasaan mengorbankan  manusia. Oleh Nabi kita Muhammad SAW, ibadah Qurban dijadikan ibadah yang dilaksanakan setiap tahun pada hari raya idul adha dan hari-hari tasyri’, tanggal 10, 11, 12, dan 13 Zulhijjah.

    Thawaf atau mengelilingi ka’bah. Ka’bah, tempat kiblat kita merupakan lambang dari wujud dan Keesaan Allah, maka ber-thawaf melambangkan aktifitas manusia yang tidak pernah terlepas dari Allah SWT. Ka’bah bagaikan matahari yang menjadi pusat tata surya dan dikelilingi oleh planet-planet. Oleh karena itu, segala aktifitas kita harus terikat dengan daya tarik pusat wujud ini, yaitu Allah SWT. Kita pergi ke ladang karena Allah, kita sekolahkan anak kita karena Allah, kita berdagang karena Allah, kita membangun dan beramal juga karena Allah. Tidak ada orang yang berbuat maksiat karena Allah, karena Allah pasti tidak menyukainya, karena kebaikan itu tidak boleh bersatu dengan keburukan, karena yang haq tidak boleh bercampur dengan kebathilan, apapun alasan-alasannya, termasuk demi kemashlahatan. Memang ada orang yang membangun dengan harta haram dengan alasan kemashlahatan tapi yakinlah bahwa itu tidak diredhoi Allah, sesuatu yang tidak diredhoi-Nya tidak ada yang bertahan lama dan akan hancur dengan cara Allah, apakah melalui tsunami, gempa atau gunung meletus dll.

          Berikutnya, Ibadah Sa’i atau berlari-lari kecil dari Shafa ke Marwa merupakan lambang dari usaha mencari karunia Allah. Bukankah Hajar, Ibu Ismail AS, mondar-mandir dari Shafa ke Marwa  mencari air untuk putranya sampai tujuh kali menunjukkan semangat, kerja keras untuk kelangsungan hidup keluarganya dan tidak berpangku tangan menunggu hujan emas dari langit. Shafa berarti start dengan niat yang suci dan tegar. Marwa berarti finish dengan penghargaan, mulia dan menjadi manusia idola dan ideal. Ini mengajarkan kepada kita bahwa memulai pekerjaan mencari kebutuhan hidup keluarga dengan ikhlas, kerja keras dan penuh ketabahan dan ketegaran akan berakhir dengan sukses, manis, indah, nikmat dan mulia.  

Tahallul adalah amalan yang menandai telah berakhirnya rangkaian ibadah haji dengan cara mencukur rambut sehingga larangan-larangan haji sebelumnya sudah dicabut dan halal untuk dilakukan, seperti menanggalkan pakaian ihram, memotong kuku ataupun hubungan suami istri

          

          Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamd……..

Hadirin Sidang Idul Adha yang dirahmati Allah……

          Allah SWT berfirman dalam surah al-Nahl ayat 112:

 

 

          Artinya:”Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan dengan sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tentram, rezki negeri itu datang melimpah ruah dari segenap penjuru, tetapi karena penduduknya mengingkarinikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan dosa yang selalu mereka perbuat “.

          Ayat ini mengingatkan kita semua bahwa musibah didatangkan oleh Allah SWT karena mungkin saja manusia sendiri yang mengundangnya datang. Ia diundang dengan cara tidak mensyukuri nikmat-nikmat yang telah Allah berikan, tidak ia gunakan menurut cara yang semestinya. Allah berikan keturunan, harta, perdagangan, sawah ladang yang luas tapi keturunan, harta, perdagangan, sawah ladang itu tidak digunakan untuk mencari redha Allah SWT. Justru membuat lupa dan lalai dari tujuan hidup manusia di dunia ini, yaitu untuk beribadah kepada Allah SWT. Maka oleh karena itu, agaknya Allah memandang perlu mengingatkan dan men-tarbiyah manusia melalu musibah yang Ia timpakan, agar manusia insyaf, sadar dan kembali kepada jalan yang benar. Allah tarbiyah kita dengan rasa bahagia, sakit, senang, sedih dan duka, namun ini semua tidak cukup membuat kita insyaf. Kemudian Allah tingkatkan tarbiyah dengan melemparkan berbagai jenis penyakit pada tanaman kita yang biasanya penyakit itu tidak pernah ada, seperti penyakit layu pada pisang, atau brakele pada lada dsb. Jadi pada dasarnya apapun bentuk mushibahnya, pada dasarnya sama yaitu dalam rangka menyadarkan manusia. Inilah hikmah kenapa kata “mushibah” yang artinya bencana, akar katanya sama dengan “shawab” yang berarti benar, karena orang baru mau melakukan hal yang benar setelah mendapatkan bencana dan ujian dari Allah. Inilah hikmah dari kata “azab” yang artinya siksa, akar katanya sama dengan “azbun” yang artinya tawar atau segar, karena setelah mendapat siksa hati menjadi sadar, tawar dan segar. Inilah hikmah kenapa kata “bala’” yang berarti musibah, sama akar katanya dengan “bala”, yang berarti benar atau sahih, karena memang orang cenderung setelah melakukan hal-hal yang benar setelah mendapatkan musibah dari Allah SWT. Oleh karena itu, kita bisa mengindari musibah dari kampung kita, apabila di kampung kita kehidupan masyarakatnya telah sesuai dengan kehendak Allah SWT atau menjadi insan yang bertaqwa.

          Demikianlah, khutbah kita kali ini, mudah-mudahan dapat menggugah hati nurani kita, untuk lebih bersungguh-sungguh menegakkan ajaran agama, baik pada pribadi kita, keluarga kita maupun pada masyarakat kita. Semoga Allah SWT meredhoi setiap langkah dan upaya kita dalam memajukan agama-Nya.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ.

 

Khutbah Kedua

 

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهَ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ؛

فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ، حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْعَزِيْزِ:
يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.


قَالَ الله تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكريم:


“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak”

“Maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu dan berkorbanlah”

“Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus dari rahmat Allah”

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

 اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، يَا مُجِيْبَ الدَّعَوَاتِ.
اَللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ وَلاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ وَلاَ حَاجَةً مِنْ حَوَائِجِ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ إِلاَّ قَضَيْتَهَا يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

Ya .. Allah Ya… Tuhan kami….

Sungguh telah banyak dosa dan kesalahan yang telah kami perbuat. Tak cukup kata-kata untuk mengungkapkannya. Kami mohon kepada-Mu Zat yang maha Pengampun. Ampunilah dosa-dosa kami, dosa kedua orang tua kami, dosa umat Islam seluruh dunia, baik yang telah Engkau panggil kepangkuan-Mu, maupun kami yang masih hidup.

 

Ya.. Allah… Ya Gaffur………

Jangan Engkau timpakan kepada kami mushibah yang tidak sanggup kami memikulnya. Janganpula Ya… Allah, Engkau siksa kami karena kami terlupa dan tersalah. Janganpula Ya… Allah , Engkau timpakan kepada kami bencana sebagaimana yang telah Engkau timpakan kepada umat-umat terdahulu yang Engkar kepada-Mu. Ya Allah ampuni kami, maafkan kami, sayangi kami. Engkaulah Pelindung kami dan bantulah kami menghadapi orang-orang kafir, bantulah kami menghilangkan kemungkaran-kemungkaran dari dalam diri kami, istri kami,anak-anak kami, keluarga kami, masyarakat kami, bangsa dan negara kami. Hingga kami sempurna menjadi hamba-Mu. Ya Allah Ya Tuhan Kami bantu kami menjadi hamba-Mu yang pandai bersyukur, yang dapat berusaha dan berkarya memajukan agama, bangsa dan negara kami dalam redha dan ma’unah-Mu. Amin… Ya.. Rabbal’alamin

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

Jumat, 16 Juni 2023

Khutbah Jum'at: Bertaqwa kepada Allah dalam Masalah Harta

 


Khutbah Jum’at

 

“Betaqwa kepada Allah dalam Masalah Harta”

 

Di Masjid Nurul Islam Padang Panjang

16 Juni 2023 M/ 27 Dzulqaidah 1444 H

 

Oleh: Wahyu Salim, S.Ag

Penyuluh Agama Islam Kota Padang Panjang

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى ا للهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ، حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْعَزِيْزِ:
يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ.

فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَديِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحَدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلةٍ.

Ma’asysyiral Muslimin Sidang Jamaah Jum’at Rahimakumullah

Jamaah shalat Jum’at yang berbahagia

Segala puji bagi Allah SwT, Tuhan semesta alam. Semoga kita senantiasa dalam lindungan-Nya. Sehingga kita bisa terus menebarkan kasih sayang sebagaimana sifat-Nya yang Ar-Rahman lagi Ar-Rahim.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Uswah Hasanah, Nabi Muhammad SAW. Kepada beliaulah kita belajar akhlak Islami, baik akhlak kepada diri sendiri, akhlak orang lain, dan masyarakat, maupun dalam konteks berbangsa dan bernegara, serta akhlak terhadap sesama makhluk baik hewan juga tumbuhan.

 

Jamaah shalat Jum’at yang berbahagia

Pada awal khutbah ini khatib mengajak kita semua untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya dalam artian mengerjakan seluruh perintah-perintah-Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya dan jangan sampai kita mati meninggalkan dunia ini kecuali telah melaksanakan ajaran Islam secara sempurna.

 

Ma’asysyiral Muslimin Sidang Jamaah Jum’at Rahimakumullah

Dasar khutbah kita kali ini adalah Firman Allah SWT dalam Al-Qur'an surah An-Nisā' ayat 29

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَأْكُلُوْٓا اَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ اِلَّآ اَنْ تَكُوْنَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِّنْكُمْ ۗ وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَنْفُسَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيْمًا

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan cara yang batil (tidak benar), kecuali berupa perniagaan atas dasar suka sama suka di antara kamu. Janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

Harta/Maal secara bahasa artinya condong, cenderung atau miring, karena memang manusia condong, cenderung dan suka dengan harta. Secara istilah harta adalah segala sesuatu yang diingini manusia untuk dimiliki, disimpan ataupun dinikmati mamfaat dan kegunaannya, bisa berupa barang, uang atau jasa. Kita diajarkan bagaimana bisa manjaga keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dalam masalah harta. Banyak orang bisa bertaqwa dalam masalah ibadah seperti sholat, mengaji tapi tidak bisa bertaqwa dalam masalah harta benda, padahal persoalan harta termasuk persoalan penting dalam kehidupan kita sebagai umat Islam.

Ayat ini melarang mengambil harta orang lain dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dengan perniagaan yang berlaku atas dasar kerelaan bersama.

Menurut ulama tafsir, larangan memakan harta orang lain dalam ayat ini mengandung pengertian yang luas dan dalam, antara lain:

a.       Agama Islam mengakui adanya hak milik pribadi yang berhak mendapat perlindungan dan tidak boleh diganggu gugat.

b.       Hak milik pribadi, jika memenuhi nisabnya, wajib dikeluarkan zakatnya dan kewajiban lainnya untuk kepentingan agama, negara dan sebagainya.

c.       Sekalipun seseorang mempunyai harta yang banyak dan banyak pula orang yang memerlukannya dari golongan-golongan yang berhak

menerima zakatnya, tetapi harta orang itu tidak boleh diambil begitu saja tanpa seizin pemiliknya atau tanpa menurut prosedur yang sah.

Mencari harta dibolehkan dengan cara berniaga atau berjual beli dengan dasar kerelaan kedua belah pihak tanpa suatu paksaan. Karena jual beli yang dilakukan secara paksa tidak sah walaupun ada bayaran atau penggantinya. Dalam upaya mendapatkan kekayaan tidak boleh ada unsur zalim kepada orang lain, baik individu atau masyarakat. Tindakan memperoleh harta secara batil, misalnya mencuri, riba, berjudi, korupsi, menipu, berbuat curang, mengurangi timbangan, suap-menyuap, dan sebagainya.

Selanjutnya Allah melarang membunuh diri. Menurut bunyi ayat, yang dilarang dalam ayat ini ialah membunuh diri sendiri, tetapi yang dimaksud ialah membunuh diri sendiri dan membunuh orang lain. Membunuh orang lain berarti membunuh diri sendiri, sebab setiap orang yang membunuh akan dibunuh, sesuai dengan hukum kisas.

Dilarang bunuh diri karena perbuatan itu termasuk perbuatan putus asa, dan orang yang melakukannya adalah orang yang tidak percaya kepada rahmat dan pertolongan Allah.

Kemudian ayat 29 ini diakhiri dengan penjelasan bahwa Allah melarang orang-orang yang beriman memakan harta dengan cara yang batil dan membunuh orang lain, atau bunuh diri. Itu adalah karena kasih sayang Allah kepada hamba-Nya demi kebahagiaan hidup mereka di dunia dan di akhirat.

 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ.

 

Khutbah Kedua

 

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهَ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ؛

فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ، حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْعَزِيْزِ:
يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.


قَالَ الله تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكريم:

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

 اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، يَا مُجِيْبَ الدَّعَوَاتِ.
اَللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ وَلاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ وَلاَ حَاجَةً مِنْ حَوَائِجِ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ إِلاَّ قَضَيْتَهَا يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ