Selasa, 21 Oktober 2025

Menjadi Pribadi Pemaaf dalam Al-Qur’an dan Sunnah

🕊️ Menjadi Pribadi Pemaaf dalam Al-Qur’an dan Sunnah

Dalam kehidupan, tidak ada manusia yang luput dari kesalahan. Kita sering tersakiti oleh ucapan, perbuatan, atau sikap orang lain. Namun, Islam mengajarkan bahwa kemuliaan seorang mukmin bukan diukur dari seberapa besar kekuatannya membalas, tetapi dari kemampuannya untuk memaafkan.

🌿 1. Perintah Memaafkan dalam Al-Qur’an

Allah berfirman dalam surah Ali Imran ayat 134:

“(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan.”

Ayat ini menegaskan bahwa sifat pemaaf adalah tanda dari orang yang bertakwa. Memaafkan bukan tanda kelemahan, melainkan kekuatan spiritual. Ia menuntut keikhlasan dan kesabaran yang tinggi, sebab menahan amarah dan memberi maaf adalah kemenangan atas diri sendiri.

Demikian pula dalam surah Asy-Syura ayat 40, Allah berfirman:

“Balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, tetapi barang siapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan) Allah.”

Betapa besar balasan bagi orang yang memilih memberi maaf—bukan sekadar menghapus kesalahan orang lain, tapi juga membuka ruang bagi turunnya rahmat Allah.

🌸 2. Teladan Pemaaf dari Rasulullah ﷺ

Rasulullah ﷺ adalah manusia paling pemaaf. Dalam peristiwa Fathu Makkah, ketika beliau memasuki kota Makkah sebagai pemenang setelah bertahun-tahun disakiti dan diusir, beliau justru berkata kepada kaum Quraisy:

“Pergilah, kalian semua bebas.”
(HR. Baihaqi)

Padahal beliau punya alasan kuat untuk membalas dendam. Namun, Rasulullah ﷺ memilih jalan kasih dan ampunan. Inilah akhlak mulia yang menjadi mercusuar bagi seluruh umat Islam.

Dalam hadis lain beliau bersabda:

“Tidaklah seseorang memaafkan orang lain, kecuali Allah akan menambah kemuliaannya.”
(HR. Muslim)

Artinya, memaafkan tidak akan membuat kita kehilangan harga diri—justru meninggikan derajat di sisi Allah dan di hati manusia.

💧 3. Hikmah Menjadi Pemaaf

Menjadi pemaaf melahirkan banyak kebaikan:

  • Menenteramkan hati, karena dendam hanya menambah beban jiwa.

  • Mempererat ukhuwah, sebab maaf membuka kembali jalan silaturahim.

  • Mengundang ampunan Allah, sebagaimana kita mengharapkan Allah memaafkan dosa kita.

Allah berfirman dalam An-Nur ayat 22:

“Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Tidakkah kamu ingin Allah mengampunimu?”

Ayat ini mengingatkan bahwa sikap kita kepada sesama menjadi cermin hubungan kita dengan Allah.

🌷 4. Menghidupkan Sifat Pemaaf dalam Kehidupan

Untuk menjadi pribadi pemaaf, kita perlu melatih diri:

  1. Kendalikan emosi ketika disakiti, jangan langsung membalas.

  2. Berdoa agar Allah lembutkan hati kita.

  3. Ingat kebaikan orang, jangan hanya fokus pada kesalahannya.

  4. Teladani Rasulullah ﷺ yang selalu mengedepankan rahmat daripada amarah.

Memaafkan bukan berarti melupakan, tapi memilih untuk tidak membalas keburukan dengan keburukan.

🌺 Penutup

Menjadi pribadi pemaaf adalah jalan menuju kedamaian hati dan kemuliaan hidup. Dalam dunia yang penuh konflik dan ego, memaafkan adalah bentuk jihad terbesar melawan diri sendiri.
Mari kita jadikan firman Allah sebagai pegangan:

“Dan balasan bagi orang yang sabar dan pemaaf, sesungguhnya itu termasuk hal-hal yang diutamakan.”
(QS. Asy-Syura: 43)

Semoga kita termasuk orang yang lembut hatinya, lapang jiwanya, dan besar maafnya—sebagaimana Rasulullah ﷺ yang diutus bukan untuk membalas, melainkan menebar rahmat bagi semesta alam.

UWaS

💖 Cinta Sejati Diuji Bukan Saat Senang, Tapi Saat Susah

💖 Cinta Sejati Diuji Bukan Saat Senang, Tapi Saat Susah

(HR. Tirmidzi)

1. Landasan Hadis dan Nilai Dasar

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan yang paling lembut terhadap istrinya.”
(HR. Tirmidzi)

Hadis ini menegaskan bahwa ukuran cinta sejati bukan pada ucapan atau kemewahan hidup, melainkan pada keteguhan hati dalam menghadapi ujian bersama.
Cinta yang berlandaskan iman akan tetap kokoh, sekalipun diterpa badai kesulitan.

2. Makna Cinta Sejati dalam Rumah Tangga

Cinta sejati bukan sekadar rasa suka, tetapi komitmen untuk tetap bersama dalam suka maupun duka.
Dalam perjalanan rumah tangga, pasti ada masa sulit:

  • ekonomi menurun,

  • kesehatan terganggu,

  • perbedaan pandangan muncul,

  • ujian anak atau keluarga datang.

Namun, pasangan yang beriman akan berkata:

“Kita hadapi bersama, karena kita bersatu bukan hanya karena cinta, tapi karena Allah.”

3. Wujud Cinta Sejati Saat Ujian Datang

  1. Sabar dan saling menenangkan — bukan saling menyalahkan.

  2. Tetap menghargai dan mendukung pasangan — meski keadaan berat.

  3. Menumbuhkan empati — memahami perjuangan satu sama lain.

  4. Bersyukur atas kebersamaan — karena bersama dalam kesusahan lebih berharga daripada bahagia sendirian.

  5. Berdoa dan memperbanyak istighfar bersama — menjadikan ujian sebagai ladang pahala.

Dalam Al-Qur’an, Allah ﷻ berfirman:
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”
(QS. Al-Insyirah: 6)

4. Hikmah Ujian dalam Rumah Tangga

🌿 Menguatkan keimanan dan ketergantungan kepada Allah.
🌿 Menguji ketulusan dan kesetiaan cinta.
🌿 Mendidik pasangan agar lebih sabar dan matang dalam emosi.
🌿 Menumbuhkan rasa syukur ketika Allah memberi kelapangan kembali.

Setiap ujian adalah cara Allah menyaring cinta yang palsu dan mengukuhkan cinta yang tulus.

5. Relevansi dengan Kondisi Keluarga Saat Ini

Banyak rumah tangga hari ini rapuh karena cinta yang dangkal.
Ketika ekonomi sulit atau pasangan sakit, cinta sering memudar.
Padahal, justru di saat-saat seperti itulah Allah ingin melihat seberapa kuat iman dan kesetiaan kita.

Suami yang mencintai Allah akan tetap setia mendampingi istrinya yang lemah.
Istri yang beriman akan tetap sabar mendukung suaminya yang sedang terjatuh.
Mereka sadar: “Ini bukan akhir, tapi cara Allah mendekatkan kami kepada-Nya.”

6. Penutup dan Doa

“Ya Allah, jadikan cinta kami cinta yang kokoh dalam suka dan duka. Tumbuhkan kesabaran di hati kami, lapangkan dada kami dalam menghadapi ujian, dan jadikan rumah tangga kami jalan menuju surga-Mu.”
Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

UWaS

Senin, 20 Oktober 2025

Hormati Pasanganmu, Karena Dia adalah Amanah Allah

💞 Hormati Pasanganmu, Karena Dia adalah Amanah Allah

(QS. An-Nisa: 19)

1. Landasan Al-Qur’an

Allah ﷻ berfirman dalam QS. An-Nisa ayat 19:

“Dan bergaullah dengan mereka (para istri) dengan cara yang baik. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka, (bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya banyak kebaikan.”

Ayat ini menegaskan bahwa pasangan hidup adalah amanah dari Allah, bukan sekadar teman hidup atau rekan satu rumah.
Maka, kewajiban suami dan istri adalah saling menghormati, memperlakukan dengan baik, dan menjaga amanah tersebut.

2. Makna Amanah dalam Rumah Tangga

Amanah berarti sesuatu yang dipercayakan oleh Allah untuk dijaga dan dipertanggungjawabkan.
Pasangan hidup — baik suami maupun istri — bukan milik kita sepenuhnya, tapi titipan Allah yang harus dijaga dengan kasih sayang, tanggung jawab, dan kesetiaan.

Menghormati pasangan berarti:

  • Menghargai pendapat dan perasaannya.

  • Tidak merendahkan di depan orang lain.

  • Memperlakukan dengan adab dan kelembutan.

  • Menjaga nama baik dan kehormatannya.

3. Wujud Penghormatan antara Suami dan Istri

🌿 Bagi Suami:

  • Menghormati istri dengan ucapan yang lembut.

  • Menyadari bahwa istri adalah mitra ibadah, bukan pelayan.

  • Memenuhi haknya secara lahir dan batin.

  • Bersyukur atas pengorbanan istri dalam mengurus rumah dan anak-anak.

🌸 Bagi Istri:

  • Menghormati suami dengan menaati dalam kebaikan.

  • Tidak membentak atau merendahkan suami, terutama di depan anak-anak.

  • Menjadi penyejuk hati dan penyemangat dalam perjuangan hidup.

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya.”
(HR. Tirmidzi)

4. Hikmah Menghormati Pasangan

🌼 Menumbuhkan rasa saling percaya dan saling menjaga.
🌼 Meningkatkan cinta dan ketenangan batin dalam rumah tangga.
🌼 Menjadi teladan bagi anak-anak dalam menghormati orang tua.
🌼 Menjauhkan keluarga dari pertengkaran dan perpecahan.

Menghormati pasangan adalah bentuk ibadah dan sedekah cinta yang berpahala besar.

5. Relevansi dengan Kondisi Keluarga Saat Ini

Banyak konflik rumah tangga muncul bukan karena kurang cinta, tapi karena hilangnya rasa hormat.
Ucapan yang kasar, sikap meremehkan, dan ego yang tinggi sering meruntuhkan keindahan rumah tangga.

Padahal, kehormatan adalah pondasi cinta.
Jika pasangan saling menghormati, perbedaan akan terasa ringan, dan rumah tangga akan menjadi tempat ternyaman untuk kembali.

6. Penutup dan Doa

“Ya Allah, jadikan kami pasangan yang saling menghormati, saling memahami, dan saling menjaga sebagai amanah-Mu. Limpahkanlah rahmat dan cinta-Mu agar rumah tangga kami menjadi taman surga di dunia.”
Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

UWaS

Jumat, 17 Oktober 2025

KHUTBAH JUM’AT Tema: Sebaik-baik Bekal dalam Hidup adalah Ketaqwaan

KHUTBAH JUM’AT

Tema: Sebaik-baik Bekal dalam Hidup adalah Ketaqwaan

Khutbah Pertama

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَمَرَنَا بِالتَّقْوَى وَجَعَلَهَا خَيْرَ الزَّادِ لِلْآخِرَةِ، نَحْمَدُهُ حَمْدًا كَثِيرًا، وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ.

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ.

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، أُوصِيكُمْ وَنَفْسِي الْخَاطِئَةَ بِتَقْوَى اللّٰهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُونَ.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Kehidupan dunia ini ibarat perjalanan panjang menuju akhirat. Dalam setiap perjalanan, manusia pasti membutuhkan bekal.
Namun Allah ﷻ mengingatkan kita, bahwa sebaik-baik bekal bukanlah harta, jabatan, atau ketenaran, melainkan ketaqwaan.

Allah ﷻ berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 197:

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى ۗ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ

“Berbekallah kamu, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku, wahai orang-orang yang berakal.”

Ayat ini sejatinya turun dalam konteks ibadah haji, namun maknanya berlaku untuk seluruh kehidupan: setiap perjalanan, termasuk perjalanan hidup ini, hanya akan selamat dengan bekal takwa.

Makna Takwa

Takwa bermakna menjaga diri dari murka Allah dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Imam Ali bin Abi Thalib r.a. berkata:

“Takwa adalah takut kepada Allah Yang Mahaagung, beramal dengan wahyu, ridha dengan yang sedikit, dan mempersiapkan diri untuk hari keberangkatan (kematian).”

Artinya, orang yang bertakwa selalu sadar bahwa hidup ini sementara, dan setiap amalnya adalah investasi untuk hari akhir.

Keutamaan Takwa

Banyak sekali janji Allah bagi orang-orang bertakwa. Di antaranya:

  1. Diberi jalan keluar dari kesulitan dan rezeki tak terduga.

    وَمَنْ يَتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا ۝ وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
    (QS. At-Thalaq: 2–3)

  2. Diberi kemampuan membedakan yang benar dan salah (furqān).

    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللّٰهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا
    (QS. Al-Anfal: 29)

  3. Dihapuskan dosa dan dilipatgandakan pahala.

    وَمَنْ يَتَّقِ اللّٰهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا
    (QS. At-Thalaq: 5)

Ma’asyiral Muslimin,

Ketaqwaan bukan hanya di masjid atau pada bulan Ramadhan.
Takwa harus hadir dalam seluruh aspek kehidupan:

  • Dalam pekerjaan, jujur dan amanah.

  • Dalam keluarga, menegakkan shalat dan akhlak mulia.

  • Dalam masyarakat, menebarkan keadilan dan kasih sayang.

Inilah bekal yang akan menyelamatkan kita di dunia dan akhirat.

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَمَرَ بِالتَّقْوَى وَوَعَدَ عَلَيْهَا الْجَنَّةَ وَالنَّجَاةَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.

اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ.

أُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي الْخَاطِئَةَ بِتَقْوَى اللَّهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُونَ.

Jamaah Jum’at Rahimakumullah,

Kematian pasti datang, dan hanya orang bertakwa yang akan mendapat keselamatan hakiki.
Rasulullah ﷺ bersabda:

اتَّقِ اللّٰهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

“Bertakwalah kepada Allah di mana pun kamu berada, iringilah keburukan dengan kebaikan yang akan menghapusnya, dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.”
(HR. Tirmidzi)

Maka, marilah kita membawa bekal terbaik untuk perjalanan panjang menuju akhirat: yaitu ketaqwaan.
Bukan banyaknya harta yang kita tinggalkan, tapi seberapa taat kita kepada Allah ﷻ.


إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

 اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، يَا مُجِيْبَ الدَّعَوَاتِ.
اَللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ وَلاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ وَلاَ حَاجَةً مِنْ حَوَائِجِ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ إِلاَّ قَضَيْتَهَا يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنْ عِبَادِكَ الْمُتَّقِينَ، وَتَوَفَّنَا وَأَنْتَ رَاضٍ عَنَّا يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ.


اللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الْمُتَّقِينَ، وَارْزُقْنَا زَادَ التَّقْوَى فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَاخْتِمْ لَنَا بِالسَّعَادَةِ وَالْجَنَّةِ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ.

عِبَادَ اللّٰهِ،
إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى، وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ.

فَاذْكُرُوا اللّٰهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ، وَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ.


Kamis, 16 Oktober 2025

Suami yang Cinta kepada Allah, Cinta Pula kepada Istrinya

 

🤍 Suami yang Cinta kepada Allah, Cinta Pula kepada Istrinya

(HR. Tirmidzi)

1. Landasan Hadis dan Nilai Dasar

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang paling baik di antara kalian terhadap keluargaku.”
(HR. Tirmidzi)

Hadis ini mengajarkan bahwa ukuran kebaikan seorang suami di sisi Allah bukan pada banyaknya harta atau pangkatnya, melainkan pada bagaimana ia memperlakukan istrinya dengan penuh cinta, kasih sayang, dan tanggung jawab.

2. Makna Cinta Sejati Suami

Cinta suami yang sejati adalah cinta yang berlandaskan iman dan ketaatan kepada Allah.
Artinya, semakin dekat suami kepada Allah, semakin lembut, sabar, dan bijak ia memperlakukan istrinya.

  • Suami yang cinta Allah tidak akan menyakiti istrinya, baik dengan ucapan maupun perbuatan.

  • Ia menghargai istrinya sebagai amanah, bukan sebagai beban.

  • Ia sadar bahwa ridha Allah juga tergantung pada ridha istrinya yang ia perlakukan dengan ihsan.

Dalam Al-Qur’an (QS. Ar-Rum: 21):
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antara kamu rasa kasih dan sayang.”

3. Bentuk Cinta Suami yang Bernilai Ibadah

  1. Memberi nafkah dengan niat ibadah — bukan sekadar kewajiban, tapi wujud kasih sayang.

  2. Mendengarkan dan menghargai perasaan istri — komunikasi yang lembut memperkuat ikatan batin.

  3. Membimbing dengan sabar dan teladan — menjadi imam dalam shalat dan dalam akhlak.

  4. Memaafkan kekurangan istri — karena tak ada rumah tangga tanpa ujian.

  5. Mendoakan istri — cinta yang paling tulus adalah doa di saat tak terlihat.

4. Hikmah dan Dampak Positif

🌿 Rumah tangga menjadi taman cinta dan kedamaian.
🌿 Istri merasa dihargai, anak-anak pun tumbuh dengan kasih sayang.
🌿 Suami menjadi lebih sabar dan tenang karena niat hidupnya untuk ibadah.
🌿 Hubungan suami-istri menjadi sarana menuju surga, bukan sekadar hubungan dunia.

5. Relevansi dengan Kondisi Sekarang

Banyak kasus rumah tangga retak karena hilangnya cinta spiritual — suami sibuk dunia, lupa membangun ikatan batin dengan istrinya.
Padahal, cinta yang tumbuh karena Allah tidak mudah pudar.

Suami yang cinta Allah akan berjuang mempertahankan rumah tangganya, bukan mudah menyerah pada masalah kecil.
Ia sadar bahwa setiap konflik adalah ujian cinta dan ladang pahala.

6. Penutup dan Doa

“Ya Allah, jadikanlah kami para suami yang mencintai-Mu di atas segalanya, dan jadikan cinta kami kepada istri sebagai jalan menuju ridha dan surga-Mu. Karuniakanlah kepada kami keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah.”
Aamiin ya Rabbal ‘alamin. 

UWaS

Rabu, 15 Oktober 2025

PIAGAM MADINAH UNTUK KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI INDONESIA: TINJAUAN SEJARAH DAN KEKINIAN

🕊️ PIAGAM MADINAH UNTUK KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI INDONESIA: TINJAUAN SEJARAH DAN KEKINIAN

Oleh: Wahyu Salim
(Penyuluh Agama Islam, Korbid. Penyuluhan KUB)

Pendahuluan

Ketika dunia modern menghadapi tantangan disintegrasi sosial dan meningkatnya intoleransi, umat beragama seakan dituntut untuk kembali menengok sejarah — mencari inspirasi dari masa ketika perbedaan bukan menjadi sumber perpecahan, melainkan kekuatan untuk hidup berdampingan.
Salah satu teladan yang monumental adalah Piagam Madinah, sebuah konstitusi awal yang digagas langsung oleh Rasulullah ﷺ di Kota Madinah. Piagam ini bukan sekadar dokumen politik, tetapi sebuah pernyataan moral dan sosial tentang bagaimana masyarakat majemuk dapat hidup rukun dan damai di bawah nilai-nilai ketuhanan.

Tinjauan Sejarah: Madinah sebagai Model Masyarakat Plural

Ketika Rasulullah ﷺ hijrah ke Madinah, beliau tidak hanya bertemu dengan kaum Anshar dan Muhajirin, tetapi juga dengan kelompok Yahudi dan berbagai kabilah lain yang memiliki kepercayaan, budaya, dan kepentingan berbeda.
Dalam situasi yang rentan konflik itu, Rasulullah ﷺ menyusun Piagam Madinah — atau disebut juga Mitsaq al-Madinah — yang berisi 47 pasal berisi prinsip-prinsip keadilan, kebersamaan, dan tanggung jawab sosial.

Di antara isinya yang sangat relevan untuk zaman sekarang adalah:

  • Kebebasan beragama dijamin sepenuhnya:
    “Bagi kaum Yahudi agama mereka, bagi kaum Muslimin agama mereka.”

  • Semua warga Madinah dianggap satu komunitas (ummah wahidah):
    Tidak ada diskriminasi atas dasar suku, agama, atau keturunan.

  • Perlindungan terhadap keamanan bersama:
    Semua pihak wajib menjaga kedamaian kota dan menolak segala bentuk pengkhianatan dan kekerasan.

Dengan piagam ini, Rasulullah ﷺ bukan hanya menjadi pemimpin agama, tetapi juga arsitek masyarakat multikultural yang adil dan beradab.

Tinjauan Kekinian: Indonesia dan Semangat Piagam Madinah

Indonesia hari ini adalah wajah nyata masyarakat majemuk: beragam agama, suku, dan budaya hidup di satu tanah air yang sama. Namun, di tengah kebinekaan itu, potensi gesekan antarumat beragama selalu ada.
Di sinilah spirit Piagam Madinah menemukan relevansinya.

Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sangat sejalan dengan Pancasila dan UUD 1945, terutama sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa dan sila ketiga Persatuan Indonesia.
Seperti Rasulullah ﷺ menegaskan pentingnya “satu komunitas Madinah”, Indonesia pun menegaskan “Bhinneka Tunggal Ika” — berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

Piagam Madinah mengajarkan bahwa:

  • Perbedaan tidak untuk dihapus, tapi untuk dikelola dengan bijak.

  • Keamanan dan keadilan adalah tanggung jawab bersama, bukan milik satu kelompok saja.

  • Dialog dan musyawarah lebih mulia daripada kekerasan dan kecurigaan.

Spirit Piagam Madinah dalam Kehidupan Berbangsa

Dalam konteks kehidupan beragama di Indonesia, semangat Piagam Madinah dapat diterapkan melalui langkah-langkah sederhana namun bermakna:

  1. Menumbuhkan empati lintas iman — belajar mendengarkan tanpa menghakimi.

  2. Membangun kolaborasi sosial — bergotong royong lintas agama dalam isu kemanusiaan dan lingkungan.

  3. Menguatkan literasi keagamaan — agar perbedaan keyakinan tidak menjadi sumber kebencian, melainkan peluang untuk saling mengenal.

Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”
(HR. Ahmad)

Hadis ini menegaskan, ukuran kebaikan bukanlah kesamaan agama, melainkan seberapa besar manfaat kita bagi sesama.

Penutup

Piagam Madinah bukan sekadar dokumen sejarah; ia adalah cermin nilai-nilai universal yang terus hidup.
Bila kita mampu menghidupkan semangatnya di Indonesia — dengan saling menghormati, saling menjaga, dan saling bekerja sama — maka kedamaian bukan lagi sekadar cita-cita, melainkan kenyataan yang dapat dirasakan oleh seluruh anak bangsa.

Karena sesungguhnya,
kerukunan bukanlah hasil dari keseragaman, tetapi buah dari keikhlasan untuk memahami perbedaan. UWaS

Senin, 13 Oktober 2025

Saling Mengingatkan dalam Kebaikan adalah Tanda Cinta Sejati

 


🌿 Saling Mengingatkan dalam Kebaikan adalah Tanda Cinta Sejati

(QS. Al-‘Ashr: 3)

1. Landasan Al-Qur’an

Allah ﷻ berfirman dalam QS. Al-‘Ashr ayat 2–3:

“Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh serta saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran.”

Ayat ini menegaskan bahwa nasihat dan saling mengingatkan dalam kebaikan adalah bagian dari ciri orang beriman yang selamat dari kerugian hidup.

2. Makna Cinta Sejati dalam Islam

Cinta sejati bukan hanya memberi kebahagiaan duniawi, tetapi membimbing menuju kebaikan dan keselamatan akhirat.

  • Orang yang benar-benar mencintai saudaranya tidak akan membiarkan dia terjerumus dalam dosa.

  • Dalam keluarga, cinta sejati ditunjukkan dengan saling menegur dengan lembut, saling memperingatkan ketika lalai dari ibadah, dan saling menguatkan saat diuji.

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Agama itu nasihat.” (HR. Muslim)

3. Bentuk Saling Mengingatkan dalam Keluarga dan Masyarakat

  1. Suami mengingatkan istri untuk shalat dan menjaga akhlak.

  2. Istri mengingatkan suami agar mencari rezeki halal dan sabar dalam ujian.

  3. Orang tua mengingatkan anak agar berbakti dan tidak lalai dari ibadah.

  4. Teman mengingatkan teman untuk tetap istiqamah di jalan Allah.

Semuanya dilakukan dengan bahasa yang santun dan penuh kasih sayang.

4. Hikmah dan Manfaat Saling Mengingatkan

🌸 Menguatkan persaudaraan dan cinta karena Allah.
🌸 Menjaga kerukunan dan mencegah perpecahan.
🌸 Menjadi sarana amar ma’ruf nahi munkar yang lembut.
🌸 Menumbuhkan budaya peduli dan tanggung jawab sosial.

Cinta sejati bukan hanya berkata “Aku sayang kamu”,
tapi berani berkata “Ayo, kita sama-sama taat kepada Allah.”

5. Relevansi dengan Kondisi Sekarang

Di era media sosial, banyak orang sensitif terhadap nasihat, merasa tersinggung bila diingatkan.
Padahal, nasihat yang baik adalah bentuk perhatian dan cinta sejati.

Karena itu, perlu membangun budaya saling mengingatkan dengan cara bijak, bukan menghakimi.
Gunakan kata lembut, contoh nyata, dan doa tulus agar nasihat diterima dengan hati terbuka.

6. Penutup dan Doa

“Ya Allah, jadikan kami hamba-hamba-Mu yang saling mencintai karena-Mu, saling mengingatkan dalam kebaikan, dan saling menguatkan dalam kesabaran. Jadikan keluarga kami cahaya bagi orang lain.”
Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

UWaS

50 Kata-Kata Spirit Haji & Umrah

 


🌿 50 Kata-Kata Spirit Haji & Umrah

  1. Panggilan haji bukan soal mampu, tapi soal dipanggil oleh Allah.

  2. Siapkan hati sebelum paspor, siapkan iman sebelum bekal.

  3. Haji adalah perjalanan jiwa menuju keikhlasan.

  4. Umrah bukan wisata religi, tapi ziarah hati menuju Ilahi.

  5. Mabrur itu bukan gelar, tapi karakter setelah pulang.

  6. Setiap langkah ke Tanah Suci, adalah doa yang menjejak bumi.

  7. Jangan tunggu tua, karena panggilan Allah bisa datang kapan saja.

  8. Berangkatlah dengan niat lillah, pulanglah dengan hati yang berserah.

  9. Rezeki untuk haji tak akan tertukar, karena sudah tertulis di Lauh Mahfuzh.

  10. Jika Allah sudah memanggil, tak ada alasan untuk menolak.

  11. Ibadah haji adalah jihad tanpa senjata.

  12. Hati yang bersih akan selalu rindu ke Baitullah.

  13. Jangan takut biaya, takutlah jika tidak dipanggil.

  14. Haji bukan sekadar perjalanan fisik, tapi perjalanan menuju nurani.

  15. Berdoalah, karena doa mampu menembus pintu langit Makkah.

  16. Tawaf mengajarkan: hidup ini hanya berputar di sekitar Allah.

  17. Ihram adalah pakaian kesetaraan, semua sama di hadapan Tuhan.

  18. Arafah adalah cermin kehidupan: taubat, harap, dan cinta.

  19. Melempar jumrah artinya berani melawan hawa nafsu.

  20. Sa’i adalah simbol ikhtiar tanpa lelah.

  21. Setiap air mata di Tanah Suci adalah mutiara penghapus dosa.

  22. Allah memanggil yang Ia cintai, bukan yang merasa pantas.

  23. Berangkatlah karena cinta, bukan karena status.

  24. Baitullah bukan hanya bangunan, tapi pusat kerinduan.

  25. Haji adalah bukti penyerahan total kepada Allah.


  1. Tidak ada perjalanan seindah perjalanan menuju Ka’bah.

  2. Hati yang rindu Ka’bah berarti hati yang hidup.

  3. Mabrur lahir dari hati yang tunduk dan sabar.

  4. Persiapkan amal sebelum visa, persiapkan taubat sebelum ihram.

  5. Jadikan haji bukan pelarian dunia, tapi perjalanan menuju ridha.

  6. Di Makkah, dunia terasa kecil, Allah terasa dekat.

  7. Sucikan niat, ringankan langkah, kuatkan doa.

  8. Haji bukan untuk dipamerkan, tapi untuk diperbaiki.

  9. Tak perlu menunggu kaya untuk berhaji, cukup menunggu panggilan Allah.

  10. Jangan tunda kebaikan, karena waktu tidak menunggu.

  11. Haji menghapus dosa, asal niatnya lurus dan amalnya tulus.

  12. Berangkat dengan doa, pulang dengan perubahan.

  13. Haji bukan akhir perjalanan ibadah, tapi awal kehidupan baru.

  14. Jadilah tamu Allah yang benar-benar bersyukur.

  15. Ke Tanah Suci, bawalah hati yang pasrah dan ikhlas.

  16. Tak semua yang mampu berangkat, dan tak semua yang berangkat mampu bersyukur.

  17. Allah menilai perjuangan, bukan kemewahan perjalanan.

  18. Jadikan haji sebagai titik balik, bukan titik puas.

  19. Di setiap sujud di Masjidil Haram, semoga dosa luruh bersama air mata.

  20. Umrah kecilkan dunia, besarkan cinta kepada Allah.

  21. Allah memuliakan siapa pun yang memuliakan panggilan-Nya.

  22. Bersyukurlah jika hatimu rindu ke Tanah Suci, itu tanda iman hidup.

  23. Haji adalah jawaban dari sabar dan doa panjang.

  24. Jika belum bisa berangkat, teruslah berdoa dengan yakin.

  25. Yang penting bukan kapan berangkat, tapi bagaimana hati selalu rindu ke Baitullah.

UWaS

Tiga Pantun Pembuka Bimbingan Penyuluhan Pasca Umroh

🌙 🎤 Tiga Pantun Pembuka Ceramah

1.
Pergi ke Tanah Suci naik pesawat,
Sujud di Ka’bah hati bergetar;
Kini kembali ke tanah selamat,
Mari hidupkan nilai yang terpatri di Tanah Sabar.

2.
Air zamzam menyejukkan jiwa,
Wangi haram semerbak terasa;
Umrah bukan sekadar wisata,
Tapi panggilan suci tuk ubah diri dan rasa.

3.
Berangkat bersama hati yang rindu,
Pulang membawa cahaya kalbu;
Semoga silaturrahim menambah restu,
Untuk terus istiqamah di jalan yang satu.

🌺 🌿 Dua Pantun Penutup Ceramah

1.
Tawaf berputar tujuh kali,
Sa’i dan doa penuh makna;
Semoga nilai haji dan umrah sejati,
Hidup di hati hingga akhir usia.

2.
Pulang dari Makkah hati berbunga,
Rindu Ka’bah takkan sirna;
Mari tebarkan cinta dan makna,
Agar bumi terasa seperti surga.

UWaS

Jumat, 10 Oktober 2025

Menghidupkan Spirit Haji & Umrah dalam Kehidupan Sehari-hari

Menghidupkan Spirit Haji & Umrah dalam Kehidupan Sehari-hari

Menurut Al-Qur’an, Sunnah, dan Realita Sosial Pasca Ibadah

Oleh: Wahyu Salim
Penyuluh Agama Islam

Pendahuluan: Haji & Umrah Bukan Akhir Ibadah, Tapi Awal Perubahan

Setiap musim haji dan umrah, jutaan umat Islam menunaikan panggilan suci Allah:

“Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta yang kurus; mereka datang dari segenap penjuru yang jauh.”
(QS. Al-Hajj [22]: 27)

Namun, setelah kepulangan ke tanah air, muncul pertanyaan penting:
apakah nilai-nilai haji dan umrah berhenti di Makkah dan Madinah, atau justru menjadi energi perubahan di tengah masyarakat?

Tafsir QS. Al-Baqarah: 200 — Dari Haji Ritual ke Haji Spiritual

Allah Swt. berfirman:

“Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berzikirlah kepada Allah sebagaimana kamu menyebut-nyebut (kebanggaan) nenek moyangmu, bahkan (hendaklah) lebih banyak dari itu...”
(QS. Al-Baqarah [2]: 200)

Ayat ini turun untuk mengoreksi kebiasaan jahiliyah, di mana setelah haji mereka sibuk berbangga-bangga dengan leluhur dan status sosial.
Melalui ayat ini, Allah mengajarkan bahwa nilai utama pasca haji adalah zikir dan kesadaran spiritual, bukan gengsi sosial.

Tafsir para ulama — seperti Ibnu Katsir dan Al-Qurthubi — menegaskan bahwa ayat ini menuntun jamaah haji agar mengganti kebanggaan duniawi dengan kebanggaan berzikir dan berbuat kebaikan.
Artinya, pasca haji dan umrah, fokus seorang mukmin harus beralih dari “aku sudah berhaji” menjadi “aku harus hidup dengan nilai haji”.

1. Ihram: Simbol Kesetaraan dan Kesucian Niat

Ketika jamaah mengenakan ihram, semua perbedaan status hilang. Tidak ada pejabat, tidak ada rakyat — hanya hamba Allah yang sama di hadapan-Nya.
Nilai ini mengajarkan kesetaraan dan keikhlasan niat.

Dalam kehidupan sosial, nilai ihram menumbuhkan semangat tawadhu’ dan empati sosial.
Tidak ada ruang untuk sombong, karena Allah melihat hati, bukan jabatan.

“Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi melihat hati dan amal kalian.”
(HR. Muslim)

2. Thawaf: Pusat Hidup Hanya Allah

Thawaf mengajarkan bahwa semua gerak hidup harus berpusat kepada Allah.
Namun, banyak manusia modern justru “thawaf” mengelilingi harta, pekerjaan, atau popularitas.

Implementasi nilai thawaf berarti menjadikan Allah pusat orientasi hidup — dalam keputusan, pekerjaan, dan hubungan sosial.
Hidup yang berorientasi pada Allah akan menumbuhkan ketenangan dan kejujuran dalam setiap langkah.

3. Sa’i: Usaha dan Tawakkal yang Seimbang

Siti Hajar berlari antara Shafa dan Marwah bukan karena lemah, tetapi karena yakin.
Nilai sa’i adalah ikhtiar yang maksimal disertai tawakkal yang total.

Dalam kehidupan pasca haji, nilai ini mendorong umat untuk gigih bekerja, tidak putus asa, dan percaya bahwa Allah menolong mereka yang bersungguh-sungguh.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.”
(QS. Ar-Ra’d [13]: 11)

4. Wukuf di Arafah: Momentum Muhasabah

Arafah adalah simbol kesadaran diri dan pengakuan akan kelemahan manusia.
Di sana, setiap jiwa memohon ampunan dan menegaskan kembali arah hidupnya.

Nilai wukuf harus berlanjut setelah pulang: introspeksi terus-menerus, memperbaiki hubungan dengan Allah dan sesama manusia.
Wukuf sejati adalah saat seseorang berhenti dari kesalahan dan memulai ketaatan.

5. Lempar Jumrah: Melawan Godaan Modern

Jumrah melatih manusia melempar jauh segala bentuk kejahatan dan godaan.
Kini, setan tidak lagi hanya dalam wujud batu, tetapi hadir dalam bentuk ambisi, iri, korupsi, atau kebencian.

Implementasi nilai jumrah adalah keberanian moral untuk menolak godaan dosa, menjaga integritas, dan membela kebenaran di tengah masyarakat.

6. Tahallul: Kedisiplinan dan Ketaatan Sosial

Tahallul bukan sekadar memotong rambut, tetapi tanda selesainya masa ujian ketaatan.
Nilainya adalah disiplin — taat terhadap batas dan aturan.

Pasca haji, nilai ini bisa diterapkan dengan menjadi warga negara yang tertib, jujur dalam pekerjaan, dan taat hukum.
Karena taat kepada Allah sejalan dengan taat terhadap aturan yang menegakkan kemaslahatan.

7. Realita Sosial Pasca Haji & Umrah: Antara Harapan dan Tantangan

Di masyarakat, ada dua tipe alumni haji dan umrah:

  1. Mereka yang pulang dengan perubahan nyata — ibadahnya meningkat, akhlaknya lembut, semangat sosialnya tumbuh.

  2. Dan mereka yang hanya berubah penampilan, tapi tidak perilaku.

Inilah yang diingatkan oleh QS. Al-Baqarah: 200 — jangan berhenti di kebanggaan haji, tapi lanjutkan dengan zikir dan amal.

Gelarnya boleh “Pak Haji” atau “Bu Hajjah”, tapi substansinya adalah pribadi yang menebar manfaat, menjaga lisan, dan menebar rahmat.

Penutup: Haji Sejati, Hidup yang Mabrur

Nilai-nilai haji dan umrah sejatinya adalah miniatur kehidupan Islami yang ideal — ikhlas, disiplin, sabar, dan peduli.
Haji mabrur bukan hanya ibadah yang sah, tapi kehidupan yang berubah.

“Sesungguhnya haji yang mabrur tidak ada balasan baginya selain surga.”
(HR. Bukhari & Muslim)

Maka, jika Ka’bah telah kita kunjungi, jadikan hati kita Ka’bah berikutnya — tempat berputarnya zikir, syukur, dan amal kebaikan setiap hari.
Karena sejatinya, perjalanan haji sejati dimulai bukan di Makkah, tapi ketika kita kembali ke rumah. UWaS

Rumah Tanpa Zikir Adalah Rumah Tanpa Cahaya


 🕋 Rumah Tanpa Zikir Adalah Rumah Tanpa Cahaya

(HR. Muslim)

1. Landasan Hadis

Rasulullah ﷺ bersabda:

مَثَلُ الْبَيْتِ الَّذِي يُذْكَرُ اللَّهُ فِيهِ وَالْبَيْتِ الَّذِي لَا يُذْكَرُ اللَّهُ فِيهِ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ.

“Perumpamaan rumah yang disebut nama Allah di dalamnya dan rumah yang tidak disebut nama Allah, seperti perumpamaan orang hidup dan orang mati.”
(HR. Muslim)

Hadis ini menggambarkan betapa pentingnya zikir sebagai sumber kehidupan rohani dalam rumah tangga. Rumah yang dipenuhi zikir akan terasa hidup, hangat, dan bercahaya dengan rahmat Allah.


2. Makna Zikir dalam Kehidupan Keluarga

  • Zikir bukan hanya ucapan lisan, tapi juga ingatan hati kepada Allah dalam setiap aktivitas keluarga.

  • Rumah tanpa zikir sering menjadi tempat tegang, penuh keluh kesah, dan jauh dari ketenangan.

  • Sebaliknya, rumah yang terbiasa dengan zikir akan dipenuhi keberkahan, kasih sayang, dan ketentraman.

Dalam QS. Ar-Ra’d: 28 Allah berfirman:
“Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.”

3. Bentuk Zikir dalam Rumah Tangga

  1. Membaca Al-Qur’an bersama.
    Al-Qur’an adalah cahaya yang menerangi rumah dari kegelapan dosa.

  2. Dzikir pagi dan petang.
    Menjadi pelindung keluarga dari godaan syaitan dan rasa gelisah.

  3. Bershalawat kepada Nabi ﷺ.
    Menumbuhkan cinta dan keteladanan Rasul dalam kehidupan keluarga.

  4. Doa bersama setelah shalat.
    Menguatkan ikatan spiritual antara suami, istri, dan anak-anak.

  5. Menyebut nama Allah dalam setiap aktivitas.
    Seperti sebelum makan, tidur, bepergian, dan bekerja — agar semua bernilai ibadah.

4. Relevansi di Zaman Sekarang

Banyak rumah modern terang oleh lampu, tapi gelap oleh hati.
Televisi, gawai, dan media sosial membuat keluarga sibuk secara visual, tetapi kosong secara spiritual.
Zikir adalah charging ruhani yang menyalakan cahaya iman dalam rumah tangga.

5. Pesan Penyuluh untuk Jamaah

✨ Jadikan zikir sebagai napas keluarga.
✨ Biasakan anak-anak mendengar kalimat Subhanallah, Alhamdulillah, La ilaha illallah, Allahu Akbar.
✨ Ajak seluruh anggota keluarga untuk zikir bersama, minimal setelah shalat Maghrib atau Isya.

6. Doa Penutup

“Ya Allah, jadikan rumah kami penuh cahaya zikir-Mu. Hiasi hati kami dengan ketenangan, jauhkan dari kegelisahan, dan limpahkan rahmat-Mu dalam keluarga kami.”
Aamiin ya Rabbal ‘alamin. UWaS

Kamis, 09 Oktober 2025

Anak-Anak Belajar Akhlak dari Kedua Orangtuanya

 


👨‍👩‍👧 Anak-Anak Belajar Akhlak dari Kedua Orangtuanya

(HR. Abu Dawud)

1. Landasan Hadis

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”
(HR. Abu Dawud)

Hadis ini menunjukkan bahwa pendidikan akhlak dimulai dari rumah, dan orang tualah madrasah pertama bagi anak-anaknya.

2. Makna Hadis dalam Kehidupan Keluarga

Anak tidak hanya mendengar nasihat, tetapi meniru perilaku.
Sikap orang tua sehari-hari — cara berbicara, bersikap, menyelesaikan masalah — menjadi cermin pendidikan akhlak bagi anak.

Anak yang tumbuh dalam rumah penuh kasih dan kejujuran, akan mudah berakhlak mulia.
Sebaliknya, rumah yang penuh amarah dan dusta, akan sulit menumbuhkan kebaikan dalam diri anak.

3. Nilai-Nilai Akhlak yang Dicontohkan Orang Tua

  1. Kejujuran → jangan ajarkan anak berbohong, bahkan untuk hal kecil.

  2. Kesabaran → jangan mudah marah di depan anak.

  3. Kelembutan → karena cinta lebih efektif daripada bentakan.

  4. Kedisiplinan → orang tua yang tepat waktu dan menepati janji akan dicontoh anak.

  5. Ketaatan beribadah → anak belajar shalat bukan dari perintah, tapi dari melihat teladan.

4. Relevansi dengan Kondisi Keluarga Saat Ini

Banyak anak kehilangan arah karena orang tua sibuk mengejar dunia, lupa menjadi panutan di rumah.
Anak lebih banyak belajar dari gawai daripada dari keteladanan orang tuanya.

Akibatnya:

  • Akhlak mudah luntur,

  • Empati melemah,

  • Hormat kepada orang tua menurun.

Karena itu, kembalilah pada fungsi keluarga sebagai pusat pendidikan akhlak.

5. Pesan untuk Orang Tua

💡 Jadilah teladan, bukan hanya pemberi nasihat.
💡 Jangan marahi anak karena lupa shalat, jika kita sendiri lalai.
💡 Anak tidak butuh orang tua yang sempurna, tetapi yang konsisten dalam kebaikan.

6. Doa Penutup

“Ya Allah, jadikanlah kami orang tua yang menjadi teladan bagi anak-anak kami. Tumbuhkan akhlak mulia dalam hati mereka, dan jadikan keluarga kami penerang bagi umat.” UWaS

Rabu, 08 Oktober 2025

Rumah Tangga Bahagia Dimulai dari Hati yang Saling Memaafkan

💞 Rumah Tangga Bahagia Dimulai dari Hati yang Saling Memaafkan

(QS. Ali Imran: 134)

1. Landasan Al-Qur’an

Allah SWT berfirman dalam QS. Ali Imran: 134:

“…(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”

Ayat ini menegaskan bahwa memaafkan adalah tanda keimanan dan jalan menuju kasih sayang Allah.

2. Makna Memaafkan dalam Rumah Tangga

Rumah tangga adalah pertemuan dua insan yang berbeda — perbedaan karakter, kebiasaan, dan cara berpikir. Karena itu, gesekan dan salah paham pasti terjadi.

Namun, kebahagiaan bukan milik keluarga yang tidak pernah bersalah, tetapi milik mereka yang pandai memaafkan.

Memaafkan bukan kelemahan, tapi kekuatan spiritual yang melahirkan ketenangan batin.

3. Nilai Memaafkan dalam Keluarga

  1. Menahan amarah — tidak mudah terpancing oleh ucapan atau sikap pasangan.

  2. Memberi ruang perbaikan — karena setiap orang berhak untuk belajar dari kesalahan.

  3. Menjaga kehormatan rumah tangga — tidak mengumbar aib atau memperbesar masalah.

  4. Menumbuhkan cinta sejati — karena cinta sejati tumbuh dari hati yang lapang dan penuh empati.

  5. Menghadirkan rahmat Allah — rumah yang dipenuhi maaf akan dipenuhi keberkahan.

4. Realita Keluarga Saat Ini

Banyak pasangan retak bukan karena masalah besar, tapi karena hati yang keras dan enggan memaafkan.

Sedikit salah paham berubah menjadi pertengkaran panjang. Padahal, jika hati lembut dan mudah memaafkan, setiap masalah bisa menjadi sarana saling memahami.

5. Tips Praktis untuk Pasangan

💠 Jangan menunda meminta maaf.
💠 Jangan mengungkit masa lalu.
💠 Maafkan sebelum tidur, agar hati tenang.
💠 Jadikan kata “maaf” dan “terima kasih” sebagai bahasa cinta sehari-hari.

6. Penutup dan Doa

“Ya Allah, jadikan hati kami lembut dan mudah memaafkan. Jauhkan rumah tangga kami dari dendam dan pertengkaran. Limpahkan rahmat dan keberkahan dalam cinta kami.” UWaS

Selasa, 07 Oktober 2025

Menikah adalah Menyatukan Visi Menuju Surga


💍Menikah adalah Menyatukan Visi Menuju Surga

(HR. Bukhari)

1. Landasan Hadis

Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Apabila seorang hamba menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh dari agamanya. Maka hendaklah ia bertakwa kepada Allah dalam separuh yang lainnya.” (HR. Bukhari)

Hadis ini menegaskan bahwa  menikah bukan sekadar menyatukan dua hati, tetapi menyatukan dua visi besar menuju ridha dan surga Allah.

 2. Makna Visi Menuju Surga

* Visi dunia hanya sementara, tapi visi surga abadi.

* Menikah karena cinta bisa membuat bahagia sesaat, tapi menikah karena Allah membuat bahagia selamanya.

* Suami dan istri adalah tim spiritual yang saling menolong menuju akhirat.

> Dalam Al-Qur’an (QS. At-Tahrim: 6), Allah berpesan:

> “Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.”

> Artinya, setiap pasangan harus memiliki misi dakwah dan tanggung jawab moral untuk saling menyelamatkan.

3. Nilai-Nilai Visi Surga dalam Rumah Tangga

1. Ibadah bersama → shalat berjamaah, baca Al-Qur’an, dan saling mendoakan.

2. Saling menasihati dalam kebaikan → bukan saling menyalahkan, tapi saling menuntun.

3. Sabar dan saling memaafkan → karena surga tidak akan dimasuki oleh orang yang menyimpan dendam.

4. Mendidik anak dalam nilai Islam → keluarga bertaqwa akan melahirkan generasi surga.

5. Menjadikan rumah sebagai taman iman → tempat berlindung, bukan medan pertengkaran.


4. Relevansi dengan Kondisi Keluarga Saat Ini

Banyak pasangan muda sekarang kehilangan arah karena tidak memiliki visi spiritual bersama.

* Fokus pada gaya hidup, bukan pada misi ibadah.

* Sibuk mengejar materi, tapi lupa mengejar ridha Allah.

* Ingin menikah megah, tapi tidak siap menghadapi ujian.

Padahal, jika sejak awal visi pernikahan diarahkan untuk mencari surga, maka setiap masalah akan terasa ringan karena semua dilihat sebagai ujian menuju ridha Allah.

5. Pesan untuk Calon Pengantin

💫 Sebelum menyatukan tangan, satukanlah niat dan tujuan.

💫 Jadikan cinta sebagai kendaraan, bukan tujuan.

💫 Jangan sekadar ingin “hidup bersama di dunia”, tapi ingin “bertemu kembali di surga”.

 6. Doa Penutup

“Ya Allah, satukanlah hati kami dalam cinta kepada-Mu. Jadikan rumah tangga kami jalan menuju surga-Mu. Jauhkan dari kami pertengkaran, dan dekatkan kami dengan ridha serta rahmat-Mu.”

📘 Catatan untuk Penyuluh:

Materi ini bisa disampaikan dengan pendekatan *kisah inspiratif pasangan saleh*, lalu ditutup dengan refleksi dan doa bersama agar jamaah lebih terlibat secara emosional. UWaS


Senin, 06 Oktober 2025

Menjadi Agen Perubahan: Antara Harapan dan Tantangan

 


Menjadi Agen Perubahan: Antara Harapan dan Tantangan

Perubahan adalah kata yang indah diucapkan, namun berat diwujudkan. Setiap zaman melahirkan generasinya sendiri—generasi yang dituntut tidak hanya untuk menyesuaikan diri, tetapi juga menjadi agen perubahan bagi lingkungannya. Namun di balik idealisme itu, tersimpan realitas yang tidak mudah: beratnya mengubah mindset, tebalnya tembok hipokrisi birokrasi, dan lemahnya keteladanan di tengah masyarakat.

🌱 1. Beratnya Mengubah Mindset

Perubahan sejati selalu dimulai dari pikiran. Namun, mengubah pola pikir (mindset) sering kali lebih sulit daripada mengubah sistem. Banyak orang ingin hasil baru, tetapi masih memakai cara lama. Di sinilah letak persoalannya—perubahan tidak lahir dari kata-kata, tetapi dari keberanian meninjau ulang keyakinan, kebiasaan, dan kenyamanan diri.

Dalam konteks keagamaan dan sosial, sering kali mindset lama terjebak pada pola “yang penting sudah biasa” atau “begini dari dulu.” Padahal, Islam sendiri menuntun umatnya untuk terus ishlah (memperbaiki diri). Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, kecuali mereka sendiri yang mengubah apa yang ada pada diri mereka (QS. Ar-Ra’d: 11). Maka menjadi agen perubahan berarti berani melawan arus stagnasi—memulai dari diri sendiri, sekecil apa pun langkahnya.

🧭 2. Hipokrit Birokrasi dan Kultur Formalitas

Salah satu tantangan terbesar dalam menjalankan peran sebagai agen perubahan adalah realitas birokrasi yang seringkali hipokrit: pandai berbicara reformasi, tetapi miskin tindakan konkret. Banyak kebijakan lahir dari niat baik, namun tenggelam di tengah arus kepentingan, formalitas, dan politik citra.

Budaya birokrasi sering terjebak pada simbolisme: rapat tanpa hasil, program tanpa tindak lanjut, laporan tanpa makna. Dalam situasi seperti ini, agen perubahan sejati harus tahan uji—tetap bekerja dalam senyap, menanam nilai-nilai integritas meski lingkungannya kadang sinis.
Mereka sadar bahwa perubahan bukan hasil tepuk tangan, tetapi buah dari kesabaran yang panjang.

🌿 3. Lemahnya Keteladanan di Era Ketidakpastian

Bangsa atau lembaga tidak runtuh karena miskin sumber daya, melainkan karena hilangnya keteladanan moral. Keteladanan adalah energi perubahan yang paling kuat—lebih menggerakkan daripada seribu nasihat. Namun sayangnya, di banyak ruang publik kita melihat ketidaksinkronan antara kata dan perbuatan, antara idealisme dan praktik, antara jabatan dan tanggung jawab.

Keteladanan tidak selalu harus datang dari mereka yang berkuasa. Dalam skala kecil, seorang guru, penyuluh, tokoh masyarakat, atau bahkan orang tua bisa menjadi role model perubahan. Satu tindakan jujur, disiplin, dan konsisten sering kali jauh lebih efektif daripada seribu slogan perubahan.

💡 4. Menyulut Harapan di Tengah Tantangan

Menjadi agen perubahan berarti hidup dalam dua dunia: dunia ideal yang diimpikan, dan dunia nyata yang penuh hambatan. Di sanalah ujian sesungguhnya: bagaimana menjaga idealisme agar tidak padam oleh pragmatisme.

Kita tidak bisa mengubah semuanya sekaligus. Tetapi kita bisa memulai dari lingkar terkecil—diri sendiri, keluarga, tempat kerja, dan lingkungan. Dalam Islam, konsep perubahan selalu beriring dengan kesabaran (shabr) dan keteguhan (istiqamah). Nabi Muhammad ﷺ membangun perubahan besar dimulai dari hati, dari rumah, dari contoh pribadi.

🌻 5. Penutup: Perubahan adalah Jalan Panjang

Menjadi agen perubahan bukan tentang menjadi populer, tetapi menjadi berarti. Bukan soal seberapa cepat kita berhasil, tetapi seberapa konsisten kita melangkah.
Tugas kita adalah menanam nilai, bukan hanya menuntut hasil. Karena setiap perubahan sejati adalah proses spiritual—mengubah ego menjadi pengabdian, mengubah keluhan menjadi kontribusi, dan mengubah kebiasaan menjadi keteladanan.

Harapan akan selalu ada bagi mereka yang tidak berhenti berjuang, meski di tengah badai tantangan.
Sebab perubahan bukan datang dari banyaknya kata, tetapi dari ketulusan kerja dan kejujuran jiwa. UWaS

FILOSOFI CATIN NAMPAK: Calon Pengantin Menanam dan Berdampak

 


🌱 CATIN NAMPAK: Calon Pengantin Menanam dan Berdampak

Filosofi:
Program Catin Nampak lahir dari kesadaran bahwa pernikahan bukan hanya penyatuan dua insan, tetapi juga awal dari tanggung jawab baru terhadap kehidupan—baik kehidupan rumah tangga maupun kehidupan alam. Dengan menanam pohon, setiap calon pengantin diajak untuk menanam komitmen, merawat cinta, dan memberi dampak bagi bumi dan masyarakat.

🌿 Makna Simbolik Penanaman Pohon

  1. Menanam sebagai tanda awal kehidupan baru
    Seperti bibit yang ditanam di tanah, pernikahan pun dimulai dari niat yang tulus dan komitmen untuk tumbuh bersama. Pohon yang ditanam melambangkan awal dari kehidupan baru yang membutuhkan perawatan dan kesungguhan agar dapat bertumbuh kokoh.

  2. Akar melambangkan fondasi rumah tangga
    Akar yang kuat menandakan dasar yang kokoh dalam keluarga—iman, kejujuran, dan kesetiaan. Tanpa akar yang kuat, pohon mudah tumbang; demikian pula rumah tangga tanpa fondasi nilai agama akan mudah goyah.

  3. Batang pohon melambangkan keteguhan dan tanggung jawab
    Pohon yang tumbuh tegak menggambarkan keteguhan pasangan dalam menghadapi ujian hidup. Ia tumbuh menghadapi panas, hujan, dan badai, sebagaimana keluarga harus teguh dalam menghadapi tantangan kehidupan.

  4. Daun melambangkan kesejukan dan kasih sayang
    Daun-daun yang rindang memberikan keteduhan dan kesejukan bagi sekitarnya. Demikian pula, keluarga yang penuh kasih dan empati akan menghadirkan suasana nyaman bagi anak-anak dan masyarakat.

  5. Buah melambangkan keberkahan dan hasil pengasuhan
    Pohon yang dirawat dengan baik akan berbuah manis. Begitu pula keluarga yang dijaga dengan cinta, keimanan, dan tanggung jawab akan menghasilkan buah berupa anak-anak saleh, hubungan harmonis, dan keberkahan hidup.



🌸 Dimensi Ekoteologi: Menanam untuk Bumi, Iman, dan Keluarga

Program Catin Nampak mengandung pesan ekoteologis, yakni kesadaran bahwa manusia adalah khalifah di bumi yang bertugas menjaga kelestarian alam.
Dengan menanam pohon, calon pengantin:

  • Meneladani Rasulullah ﷺ yang bersabda:
    “Tidaklah seorang Muslim menanam pohon, lalu sebagian hasilnya dimakan manusia, burung, atau binatang, kecuali itu menjadi sedekah baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

  • Menunjukkan rasa syukur atas nikmat pernikahan dengan memberi manfaat nyata bagi lingkungan.

  • Mengukuhkan tekad bahwa keluarga yang dibangun bukan hanya memberi manfaat pada diri sendiri, tetapi juga berdampak bagi alam dan masyarakat.

💚 Makna Relasional: Merawat Pohon = Merawat Keluarga

Menanam saja tidak cukup. Pohon perlu disiram, dipupuk, dijaga dari hama, dan dirawat dengan telaten.
Demikian pula dengan rumah tangga:

  • Disiram dengan kasih dan komunikasi yang baik,

  • Dipupuk dengan iman dan doa,

  • Dilindungi dari racun perselisihan dan keegoisan,

  • Dirawat dengan kesabaran dan tanggung jawab.

Ketika suami-istri konsisten merawat cinta seperti merawat pohon, maka buah yang akan dipetik adalah keluarga sakinah, mawaddah, warahmah.

🌾 Penutup: Dari Pohon Tumbuh Harapan

Setiap pohon yang ditanam oleh calon pengantin adalah simbol harapan—bahwa pernikahan mereka akan memberi kehidupan bagi banyak makhluk, sebagaimana pohon memberi oksigen dan kesejukan.
Maka Catin Nampak bukan sekadar kegiatan seremonial, melainkan gerakan spiritual dan ekologis:
“Menanam cinta, menumbuhkan keluarga, dan memberi dampak bagi bumi.” UWaS

Minggu, 05 Oktober 2025

“Dari Muaro Manggung untuk Tanah Air”


“Dari Muaro Manggung untuk Tanah Air”

Oleh: Wahyu Salim

Di kampungku, Muaro Manggung, dulu pernah berdiri sebuah markas kebanggaan: Batalion 133 Yudha Sakti. Letaknya tak jauh dari kebun salak milik nenek. Bahkan, pagar kebun nenek berbatasan langsung dengan area latihan mereka. Setiap kali aku ikut nenek ke kebun, dari balik semak dan pohon salak, aku sering melihat para prajurit itu berlatih. Ada yang berbaris rapi, ada yang menembak sasaran, dan tak jarang pula mereka membantu masyarakat sekitar dalam kegiatan gotong royong.

Suasana waktu itu terasa sangat hidup. Tentara dan rakyat seperti tak berjarak — benar-benar “Manunggal Bersama Rakyat.” Mereka bukan hanya penjaga negara, tapi juga sahabat warga. Melihat mereka yang gagah, disiplin, dan selalu siap sedia untuk bangsa, menumbuhkan rasa kagum yang sulit kujelaskan. Sejak saat itu, aku bercita-cita ingin menjadi seorang tentara.

Dari bangku SD hingga SLTA, semangat itu tak pernah padam. Aku aktif di Pramuka — tempat di mana jiwa kedisiplinan dan cinta tanah air tumbuh subur. Berbagai peran telah aku jalani: dari komandan upacara, ajudan pembina, ketua regu, hingga mengikuti kegiatan pramuka tingkat nasional. Setiap kali mengenakan seragam cokelat itu, aku merasa sedang melanjutkan semangat para prajurit yang dulu kulihat di lapangan Batalion 133.

Aku paling suka momen Upacara HUT TNI — dulu masih disebut ABRI. Dari layar televisi di ruang tamu, aku terpaku menyaksikan barisan pasukan dari berbagai matra: darat, laut, dan udara. Atribut dan pangkat yang mereka kenakan, langkah tegap mereka, serta semangat juang yang terpancar membuat dadaku ikut bergetar bangga.

Namun takdir berkata lain — aku tidak menjadi anggota TNI. Meski begitu, cintaku kepada mereka tidak pernah luntur. Setiap peringatan HUT TNI, aku selalu merasa seolah ikut berdiri di barisan itu, memberi hormat dan doa terbaik bagi para penjaga negeri. Namun aku cukup berbangga dari kampung kecilku Muaro Manggung sekarang ini sudah ada yang menjadi tentara dan brimob.

Kini, Batalion 133 telah lama pindah markas. Lapangan tempat mereka dulu berlatih telah berubah wajah. Tapi kenangan tentang mereka tetap hidup di hatiku — menjadi bagian dari perjalanan batin tentang cinta pada tanah air dan semangat pengabdian.

Dirgahayu Tentara Nasional Indonesia ke-80!
Tetap Jaya, Prima, dan Kawal NKRI dengan sepenuh hati.
Karena dari kampung kecil seperti Muaro Manggung, rasa cinta itu tumbuh — dan tak akan pernah padam. 

Sabtu, 04 Oktober 2025

Selamat & Doa Harapan untuk BKPRMI Sumatera Barat Masa Khidmat 2025=2030


 

Narasi Ucapan Selamat & Doa Harapan

Alhamdulillāh, segala puji bagi Allah ﷻ yang telah mempertemukan kita dengan sebuah momentum bersejarah bagi dakwah dan perjuangan generasi muda Islam di Ranah Minang.

Kami mengucapkan selamat dan sukses kepada Ust. Maisar Setiawan beserta jajaran pengurus wilayah BKPRMI Sumatera Barat yang baru saja dilantik pada tanggal 4 Oktober 2025 di Masjid Raya Syekh Khatib Al-Minangkabawi, Padang, untuk masa khidmat 2025–2030. Pelantikan ini yang langsung dilakukan oleh Ketua Umum DPP BKPRMI, Ust. Nanang Mubarak, tentu menjadi amanah besar sekaligus ladang amal shalih yang harus dijaga dan ditunaikan dengan penuh kesungguhan.

Semoga kepengurusan baru ini mampu menguatkan langkah dalam mewujudkan visi dan misi BKPRMI: membina, memberdayakan, dan memajukan generasi muda Islam, terutama melalui pengembangan Remaja Masjid, dakwah, kaderisasi, dan pemberdayaan umat. Dengan semangat kebersamaan, mari jadikan BKPRMI Sumatera Barat sebagai wadah strategis melahirkan generasi Qur’ani, berakhlak mulia, berjiwa kepemimpinan, serta berkontribusi nyata dalam pembangunan daerah dan bangsa.

Doa kami, semoga Allah ﷻ senantiasa melimpahkan taufik, hidayah, dan kekuatan kepada seluruh pengurus wilayah dalam menjalankan amanah mulia ini. Semoga kerja-kerja dakwah, sosial, dan pemberdayaan umat yang dilakukan menjadi amal jariyah yang pahalanya terus mengalir hingga hari kiamat.

Selamat berkhidmat, semoga Allah memberkahi setiap langkah.
Allāhu Akbar! Hidup Remaja Masjid, Jayalah BKPRMI Sumatera Barat!

Jumat, 03 Oktober 2025

Cinta Suami Istri Semakin Indah Bila Ditambah Taqwa

 



🌸 Cinta Suami Istri Semakin Indah Bila Ditambah Taqwa

(Refleksi QS. Al-Hujurat: 13)

Di era sekarang, banyak pasangan yang menikah dengan penuh cinta di awal, namun kandas di tengah jalan. Perceraian, perselingkuhan, pertengkaran karena ekonomi, hingga krisis komunikasi semakin marak menghiasi berita. Bahkan ada keluarga yang tampak bahagia di media sosial, tetapi sesungguhnya retak di dalam rumah.

Mengapa hal ini terjadi? Karena cinta saja tidak cukup. Cinta yang hanya dibangun di atas rasa suka dan kenyamanan duniawi mudah luntur ketika ujian datang. Allah ﷻ mengingatkan dalam Al-Qur’an:

“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa.”
(QS. Al-Hujurat: 13)

Artinya, ketakwaanlah yang membuat cinta tetap indah.

💕 Cinta yang Ditopang Taqwa

  • Taqwa melahirkan kesetiaan → Suami atau istri yang bertakwa akan takut menyakiti pasangannya, karena sadar setiap perbuatannya dilihat Allah.

  • Taqwa memperkuat komunikasi → Pasangan bertakwa berbicara dengan lembut, tidak dengan emosi yang melukai hati.

  • Taqwa menghadirkan ketenangan → Walau ekonomi pas-pasan, keluarga bertakwa tetap merasa cukup karena yakin rezeki datang dari Allah.

  • Taqwa menjaga dari pergaulan bebas → Di saat banyak rumah tangga runtuh karena perselingkuhan, pasangan bertakwa akan saling menjaga kehormatan.

🌿 Relevansi dengan Persoalan Keluarga Masa Kini

Hari ini banyak pasangan muda yang stres karena gaya hidup konsumtif, tuntutan mewah, atau pengaruh media sosial. Ada yang rela berutang hanya demi pesta pernikahan mewah, padahal rumah tangganya kemudian bermasalah karena lilitan hutang. Ada pula pasangan yang terlihat romantis di layar gadget, tapi mudah bertengkar hanya karena hal sepele.

Semua ini menunjukkan bahwa cinta tanpa taqwa rapuh. Tapi bila suami-istri menambahkan taqwa dalam cinta, maka masalah apapun bisa dihadapi bersama. Rumah kecil pun terasa istana, hidup sederhana terasa nikmat, karena yang menguatkan bukan harta, melainkan iman dan doa.

🌸 Penutup

Cinta suami-istri yang dipadu dengan taqwa akan semakin indah, semakin kokoh, dan semakin membahagiakan. Ia bukan hanya cinta yang berhenti di dunia, tapi juga cinta yang berbuah hingga ke surga. UWaS

Kamis, 02 Oktober 2025

Tema: Kebahagiaan Keluarga diukur dari Berkah, bukan Harta

🌿“Kebahagiaan Keluarga Bukan Banyaknya Harta, Tapi Banyaknya Berkah” → (HR. Tirmidzi)


📖 Materi Bimluh

Tema: Kebahagiaan Keluarga diukur dari Berkah, bukan Harta

1. Landasan Hadis

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Bukanlah kekayaan itu karena banyak harta, tetapi kekayaan adalah kekayaan jiwa (al-ghina ghina an-nafs).”
(HR. Tirmidzi)

Hadis ini mengingatkan bahwa harta bukan ukuran kebahagiaan, melainkan keberkahan dan ketenteraman hati.

2. Makna Berkah dalam Keluarga

  • Berkah artinya kebaikan yang terus bertambah, meski jumlahnya sedikit.

  • Harta banyak tanpa berkah = habis tanpa manfaat, menimbulkan pertengkaran.

  • Harta sedikit tapi penuh berkah = cukup untuk kebutuhan, hati tenang, keluarga harmonis.

3. Ciri Keluarga yang Penuh Berkah

  1. Rezeki halal → dicari dengan cara yang diridhai Allah.

  2. Hidup sederhana → tidak berlebih-lebihan dalam pengeluaran.

  3. Saling ridha dan qana’ah → suami–istri merasa cukup dengan yang ada.

  4. Banyak sedekah → harta yang dibelanjakan di jalan Allah tidak berkurang, justru bertambah keberkahannya.

  5. Anak-anak shalih → doa dan amal anak menjadi keberkahan dunia akhirat.

4. Hikmah bagi Calon Pengantin

  • Jangan menikah karena harta, tapi karena agama dan akhlak.

  • Suami–istri yang saling mengingatkan dalam kebaikan akan melahirkan keberkahan.

  • Ukur kebahagiaan rumah tangga dengan rasa syukur, bukan saldo tabungan.

5. Teladan Rasulullah ﷺ

  • Kehidupan Nabi ﷺ sangat sederhana, namun penuh kebahagiaan dan keberkahan.

  • Beliau bersabda:
    “Rumah yang paling baik adalah rumah yang di dalamnya ada anak yatim yang dimuliakan.” (HR. Ibnu Majah)
    👉 Artinya, keberkahan lahir dari kebaikan, bukan dari kemewahan.

6. Pesan Praktis untuk Keluarga

  1. Awali rumah tangga dengan doa dan rezeki halal.

  2. Jangan memaksakan diri bergaya mewah di awal pernikahan.

  3. Tanamkan syukur pada setiap nikmat.

  4. Perbanyak doa: “Allahumma barik lana fima razaqtana” (Ya Allah, berkahilah rezeki yang Engkau berikan kepada kami).

7. Penutup

Harta bisa habis, tapi berkah akan terus hidup.
Keluarga yang penuh berkah adalah keluarga yang tenang, rukun, dan diridhai Allah.

Doa

"Ya Allah, berilah keberkahan pada rezeki kami, meski sedikit jadikan ia cukup, meski sederhana jadikan ia membahagiakan. Limpahkan rahmat-Mu kepada rumah tangga kami."

👉 Materi ini pas untuk Bimluh calon pengantin, agar mereka sadar bahwa ukuran bahagia bukan pada banyaknya harta, tapi pada berkah dan ridha Allah. UWaS