Kamis, 01 Mei 2025

Hakikat Cinta dalam Islam

Hakikat Cinta dalam Islam

Dalam Islam, cinta bukan sekadar perasaan sesaat atau emosi romantis. Sejatinya Cinta adalah energi ruhani yang menggerakkan manusia untuk taat, berbuat baik, dan mendekat kepada Allah, menjauhkan diri dari segala yang membuat hati semakin jauh dari Allah seperti maksiat & dosa. Melakukan sesuatu yang disenangi oleh yang dicintainya dan tidak melakukan sesuatu yang dibenci atau tidak disukainya.

Prinsip dasarnya:

  1. Cinta bermula dari Allah – Allah adalah sumber cinta (Al-Wadud, Maha Mencintai).

  2. Cinta harus membawa kepada kebaikan, bukan sekadar nafsu.

  3. Cinta itu amanah dan ibadah, bukan sekadar hiburan hati.

Beberapa Hakikat Cinta dalam Islam:

  • Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya adalah cinta tertinggi.
    Rasulullah SAW bersabda:

    "Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga aku lebih ia cintai daripada anaknya, orang tuanya, dan seluruh manusia."
    (HR. Bukhari dan Muslim)

  • Cinta yang murni itu menghidupkan jiwa, bukan menghancurkan akhlak.
    Cinta yang benar akan membuat seseorang lebih taat, lebih rendah hati, dan lebih bersyukur.

  • Cinta sejati bukan sekadar 'aku suka kamu', tapi 'aku ingin bersamamu menuju surga'.
    Sehingga dalam hubungan manusia (seperti pernikahan), cinta dibingkai dengan iman dan tanggung jawab.

  • Cinta kepada sesama muslim adalah bukti keimanan.
    Nabi SAW bersabda:

    "Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman hingga kalian saling mencintai."
    (HR. Muslim)

  • Cinta dalam Islam itu bersih dari kekerasan, maksiat, dan pengkhianatan.
    Karena cinta sejati itu menjaga, bukan merusak. UWaS

BIMLUH DI RUTAN DITUTUP DENGAN DO'A BERSAMA

 



DOA TAUBAT MASSAL PENGHUNI PENJARA

(Versi Emosional dan Menyentuh Hati)

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Ya Allah, ya Tuhan kami...
Kami datang kepada-Mu hari ini, dengan hati yang compang-camping,
Dengan jiwa yang penuh luka,
Dengan dosa-dosa yang tak mampu kami hitung...

Ya Allah,
Seberapa banyak malam yang telah kami sia-siakan?
Seberapa banyak nikmat-Mu yang kami dustakan?
Seberapa sering Engkau memanggil kami,
Tetapi kami berpaling,
Kami abaikan, kami tinggalkan...

Ya Allah,
Hari ini kami malu...
Malu atas hidup yang kami kotori dengan maksiat,
Malu atas janji-janji yang dulu pernah kami ucapkan, tapi kami khianati sendiri...
Kami terpenjara, ya Allah,
Bukan hanya oleh tembok,
Tapi oleh dosa,
Oleh kelalaian,
Oleh kebodohan kami sendiri.

Ya Allah,
Jika bukan karena kasih sayang-Mu, apa lagi yang bisa menyelamatkan kami?
Jika bukan karena pintu taubat-Mu,
Kami hanyalah orang-orang yang binasa...

Maka pada hari ini, ya Allah,
Di tempat yang penuh pengharapan ini,
Kami sujud kepada-Mu,
Kami menangis kepada-Mu,
Kami mohon... ampunilah kami.

Ampuni setiap air mata yang pernah jatuh dalam kehinaan,
Ampuni setiap langkah yang membawa kami menjauh dari-Mu,
Ampuni setiap luka yang kami tinggalkan di hati orang-orang yang kami cintai...

Ya Allah,
Engkau tahu, hati ini ingin berubah.
Hati ini ingin kembali.
Hati ini ingin Kau bersihkan dengan rahmat-Mu...

Ya Allah,
Jangan biarkan kami keluar dari tempat ini kecuali Engkau telah mengampuni kami,
Kecuali Engkau telah memperbarui hidup kami,
Menjadikan kami hamba-hamba-Mu yang taat,
Yang rendah hati,
Yang istiqamah di jalan-Mu.

Ya Allah,
Pegang tangan kami...
Jangan lepaskan kami dalam gelap...
Tuntun kami menuju cahaya-Mu...
Hingga akhir hayat kami, dalam keadaan husnul khatimah.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ.

Ya Allah,
Terimalah taubat kami,
Tetapkan kami dalam keimanan,
Lindungi kami dari kembali jatuh dalam maksiat,
Sampai saat Kau panggil kami, dalam keadaan Engkau ridha kepada kami...

آمِين، يَا رَبَّ العَالَمِينَ.


Kamis, 24 April 2025

Peran Konten Media Publikasi dalam Menyebarkan Manfaat bagi Umat di Media Sosial

 

Peran Konten Media Publikasi dalam Menyebarkan Manfaat bagi Umat di Media Sosial

Oleh: Wahyu Salim, Penyuluh Agama Islam

Pendahuluan

Di tengah arus digitalisasi yang semakin deras, media sosial telah menjadi panggung utama bagi pertukaran informasi dan komunikasi umat manusia. Dari anak muda hingga orang tua, dari kalangan terpelajar hingga masyarakat umum, hampir semua lapisan masyarakat kini terkoneksi dalam satu ruang maya yang sama. Dalam konteks ini, penyebaran informasi yang bersifat edukatif, inspiratif, dan spiritual menjadi suatu kebutuhan penting, terutama bagi umat Islam yang mendambakan konten-konten bermakna di tengah hiruk-pikuk dunia maya.

Sebagai seorang penyuluh agama, saya meyakini bahwa media sosial bukan hanya alat hiburan, tetapi juga sarana dakwah yang sangat strategis. Maka dari itu, sangat penting bagi para pendakwah, aktivis dakwah, dan penggiat media Islam untuk memproduksi dan menyebarkan konten yang benar-benar membawa manfaat bagi umat – tanpa membedakan kelas sosial, tingkat pendidikan, atau latar belakang ekonomi mereka.

Konten Media Publikasi yang Bermanfaat: Ciri dan Karakteristik

Konten yang bermanfaat bukan sekadar yang “viral” atau banyak disukai, tetapi lebih dari itu, konten tersebut harus:

1. Memberikan pencerahan spiritual dan moral
Konten seperti kutipan ayat Al-Qur’an, hadits Nabi SAW, kisah-kisah inspiratif para sahabat, atau pesan-pesan hikmah sangat efektif menenangkan hati dan menumbuhkan keimanan.

2. Sederhana tapi mendalam
Sampaikan pesan secara ringkas dengan bahasa sederhana namun tetap kaya makna.

3. Tidak memecah-belah umat
Konten yang bermanfaat harus merangkul, menyatukan, dan membawa semangat ukhuwah Islamiyah.

4. Terbuka untuk semua kalangan
Konten dakwah harus bersifat inklusif dan mudah dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat.

Strategi Menyampaikan Konten yang Efektif di Media Sosial

Untuk memastikan bahwa konten yang kita buat tidak hanya dilihat, tetapi juga dirasakan manfaatnya, beberapa strategi berikut dapat dilakukan:

1. Gunakan Visual yang Menarik dan Profesional
Desain poster atau infografik yang rapi dan enak dilihat akan lebih mudah menarik perhatian.

2. Pahami Algoritma Media Sosial
Waktu unggah yang tepat dan pemilihan tagar (#) akan membuat konten lebih menjangkau khalayak luas.

3. Buat Konten Berseri
Seri dakwah harian atau tanya jawab agama dalam bentuk live streaming dapat membangun kedekatan.

4. Interaksi dengan Audiens
Balas komentar, buka ruang diskusi, dan jadikan konten sebagai jembatan silaturahmi.

Penutup

Menyebarkan kebaikan di media sosial bukan lagi pilihan, melainkan kewajiban moral kita sebagai bagian dari umat yang ingin melihat Islam menjadi rahmat bagi semesta. Dalam peran saya sebagai Penyuluh Agama Islam, saya meyakini bahwa setiap postingan, setiap video, dan setiap caption yang mengandung nilai kebaikan adalah bagian dari amal jariyah. Dan ketika konten itu tidak membedakan siapa yang melihat – kaya atau miskin, pejabat atau rakyat – maka di sanalah terwujud misi dakwah sejati: menyapa hati setiap insan tanpa batasan.

Mari kita isi media sosial dengan cahaya, dengan kebaikan, dan dengan ilmu yang menentramkan. Karena dakwah tak lagi terbatas pada mimbar dan masjid, tapi kini ada di setiap layar ponsel yang menggenggam hati umat. UWaS

Selasa, 22 April 2025

LATIHAN KERJA: KARYA TULIS ILMIAH BAGI PENYULUH AGAMA "BAHAYA INTERNET BAGI REMAJA"

 


ARTIKEL

"BAHAYA INTERNET BAGI REMAJA"

Kelompok 6

(Abdul Gapur, Zulfakhri, Delvinita, Marhamah, Wahyu Salim)

 

ABSTRAK

Kemajuan teknologi digital dan semakin luasnya akses terhadap internet telah membawa dampak besar terhadap kehidupan masyarakat, khususnya pada kelompok usia remaja. Di satu sisi, internet menawarkan berbagai manfaat seperti kemudahan informasi, hiburan, dan konektivitas sosial. Namun di sisi lain, penggunaan internet yang tidak terkontrol dan kurangnya pendampingan dapat menimbulkan berbagai bahaya serius bagi remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis bentuk-bentuk bahaya internet terhadap remaja, faktor-faktor penyebabnya, serta implikasinya terhadap aspek psikologis, sosial, dan akademik.

Melalui pendekatan kualitatif dengan metode studi pustaka dan analisis data sekunder dari berbagai sumber terpercaya, ditemukan bahwa remaja sangat rentan terhadap ancaman seperti cyberbullying, kecanduan media sosial dan game online, eksploitasi seksual digital, serta paparan konten negatif seperti kekerasan, pornografi, dan ujaran kebencian. Rendahnya literasi digital, lemahnya pengawasan dari orang tua dan sekolah, serta tekanan sosial di dunia maya menjadi faktor utama yang memperparah kondisi ini. Implikasi dari masalah ini mencakup meningkatnya gangguan kesehatan mental seperti stres, depresi, isolasi sosial, hingga penurunan prestasi belajar.

Penelitian ini merekomendasikan beberapa langkah preventif dan kuratif, seperti peningkatan literasi digital sejak usia dini, penguatan peran orang tua dan sekolah dalam pengawasan digital, penyediaan layanan konseling, serta perlunya kebijakan pemerintah yang mendukung perlindungan anak di ranah digital. Dengan pendekatan yang kolaboratif dan menyeluruh, diharapkan remaja dapat menjadi pengguna internet yang cerdas, kritis, dan bijak dalam memanfaatkan teknologi secara positif.

Kata Kunci: internet, remaja, literasi digital, cyberbullying, kecanduan digital, perlindungan anak

 

 PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk dalam dunia pendidikan, sosial, dan budaya. Internet, sebagai salah satu produk utama dari perkembangan teknologi tersebut, kini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Remaja sebagai generasi digital native merupakan kelompok usia yang paling aktif dalam mengakses dan memanfaatkan internet, baik untuk keperluan belajar, hiburan, maupun interaksi sosial. Fenomena ini menunjukkan bahwa internet memiliki peran penting dalam proses pembentukan karakter, cara berpikir, dan pola perilaku remaja masa kini.

Namun, di balik berbagai manfaat yang ditawarkan, penggunaan internet yang tidak bijak dan tanpa kontrol yang memadai dapat menimbulkan berbagai dampak negatif. Remaja menjadi kelompok yang rentan terhadap berbagai ancaman digital, seperti cyberbullying, kecanduan media sosial, akses terhadap konten pornografi dan kekerasan, serta eksploitasi seksual daring. Selain itu, penggunaan internet yang berlebihan juga dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental, penurunan konsentrasi belajar, serta menurunnya interaksi sosial di dunia nyata. Hal ini menandakan adanya kebutuhan mendesak untuk memahami lebih dalam tentang bahaya internet bagi remaja dan bagaimana upaya pencegahan serta penanganannya dapat dilakukan secara efektif.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kekhawatiran terhadap meningkatnya kasus-kasus negatif yang melibatkan remaja di dunia maya. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengkaji bentuk-bentuk bahaya internet yang umum dialami oleh remaja, menganalisis faktor-faktor penyebabnya, serta merumuskan langkah-langkah yang dapat diambil untuk meminimalisasi dampak buruk tersebut. Dengan memahami masalah ini secara komprehensif, diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam membangun kesadaran, baik bagi remaja itu sendiri, orang tua, sekolah, maupun pemerintah, untuk menciptakan lingkungan digital yang aman, sehat, dan mendidik bagi generasi muda.

 

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Apa saja bentuk-bentuk bahaya penggunaan internet yang sering dialami oleh remaja?
  2. Apa faktor-faktor yang menyebabkan remaja rentan terhadap dampak negatif dari penggunaan internet?
  3. Apa implikasi atau dampak yang ditimbulkan dari penggunaan internet secara berlebihan terhadap kehidupan remaja, baik dari segi psikologis, sosial, maupun akademik?
  4. Langkah-langkah atau upaya apa yang dapat dilakukan oleh berbagai pihak (remaja, orang tua, sekolah, dan pemerintah) untuk mencegah dan mengatasi bahaya internet bagi remaja?

 

TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini memiliki beberapa tujuan utama, yaitu:

  1. Untuk mengidentifikasi dan menjelaskan berbagai bentuk bahaya internet yang umum dialami oleh remaja.
  2. Untuk menganalisis faktor-faktor penyebab yang membuat remaja rentan terhadap dampak negatif penggunaan internet.
  3. Untuk menggambarkan dampak atau implikasi dari penggunaan internet yang tidak terkontrol terhadap kesehatan mental, sosial, dan akademik remaja.
  4. Untuk merumuskan solusi dan strategi yang dapat dilakukan oleh remaja, orang tua, sekolah, serta pemerintah dalam mencegah dan menangani bahaya internet secara efektif.

 

MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan literatur dan kajian akademik di bidang pendidikan, psikologi remaja, dan literasi digital, khususnya yang berkaitan dengan penggunaan internet secara bijak pada kalangan remaja.

b. Manfaat Praktis

  1. Bagi Remaja: Memberikan pemahaman tentang bahaya internet serta mendorong mereka menjadi pengguna teknologi yang lebih cerdas, kritis, dan bertanggung jawab.
  2. Bagi Orang Tua dan Guru: Memberikan wawasan tentang pentingnya pengawasan, pendampingan, dan pendidikan digital bagi anak-anak dan siswa.
  3. Bagi Sekolah dan Lembaga Pendidikan: Menjadi dasar pengembangan kebijakan dan program literasi digital yang lebih terstruktur dan berkelanjutan.
  4. Bagi Pemerintah dan Pembuat Kebijakan: Menjadi referensi dalam merumuskan regulasi dan kebijakan perlindungan anak di dunia digital.

 

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian mengenai dampak penggunaan internet pada remaja telah banyak dilakukan oleh para ahli dari berbagai disiplin ilmu, seperti psikologi, pendidikan, dan ilmu komunikasi. Tinjauan pustaka ini akan menguraikan beberapa teori dan hasil penelitian sebelumnya yang relevan sebagai dasar dalam memahami bahaya internet bagi remaja.

1. Remaja dan Perkembangan Psikososial

Menurut Erik Erikson (1968), masa remaja merupakan tahap perkembangan psikososial yang ditandai dengan pencarian identitas (identity vs. role confusion). Pada tahap ini, remaja sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan dan sedang dalam proses membentuk jati diri. Internet, khususnya media sosial, dapat memengaruhi proses ini secara positif maupun negatif. Ketergantungan terhadap validasi dari media sosial sering kali membuat remaja mengalami tekanan psikologis, kecemasan, dan rendah diri (Santrock, 2017).

2. Bahaya Cyberbullying dan Kekerasan Digital

Penelitian yang dilakukan oleh Hinduja dan Patchin (2015) menunjukkan bahwa cyberbullying adalah salah satu bentuk kekerasan yang paling sering dialami remaja di internet. Dampaknya bisa sangat serius, termasuk trauma emosional, penurunan prestasi akademik, hingga risiko bunuh diri. Di Indonesia, data UNICEF (2021) mencatat bahwa sekitar 45% remaja pernah mengalami perundungan di dunia maya.

3. Kecanduan Internet dan Media Sosial

Young (1998) memperkenalkan istilah Internet Addiction Disorder (IAD) untuk menggambarkan kondisi kecanduan internet yang ditandai dengan hilangnya kontrol penggunaan dan munculnya dampak negatif dalam kehidupan sosial, akademik, dan emosional. Di era sekarang, kecanduan tidak hanya terkait browsing atau game, tetapi juga media sosial. Menurut survey Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII, 2023), remaja menghabiskan rata-rata lebih dari 6 jam per hari di dunia maya.

4. Eksploitasi Seksual Online dan Perlindungan Anak

Penelitian oleh ECPAT dan Kominfo (2023) menyoroti maraknya kasus eksploitasi seksual terhadap anak dan remaja secara daring. Korban sering kali dijebak melalui media sosial oleh pelaku yang menyamar sebagai teman sebaya (online grooming). Rendahnya kesadaran remaja tentang keamanan digital menjadi salah satu penyebab utama tingginya kasus ini.

5. Peran Literasi Digital

Literasi digital menjadi salah satu kunci dalam menghadapi bahaya internet. Menurut Buckingham (2007), literasi digital tidak hanya mencakup kemampuan teknis menggunakan perangkat digital, tetapi juga kemampuan berpikir kritis, etika berinternet, dan memahami risiko di dunia maya. Pendidikan literasi digital sejak usia dini terbukti mampu mengurangi risiko paparan konten negatif dan perilaku menyimpang secara daring (Nasrullah, 2016).

 

Kesimpulan Tinjauan Pustaka

Dari berbagai studi di atas, dapat disimpulkan bahwa internet membawa pengaruh besar terhadap remaja, baik secara positif maupun negatif. Bahaya internet seperti cyberbullying, kecanduan digital, dan eksploitasi seksual daring merupakan tantangan nyata yang perlu ditangani melalui pendekatan edukatif, preventif, dan kolaboratif. Penelitian ini akan melanjutkan kajian tersebut dengan menyoroti konteks sosial dan budaya remaja Indonesia secara lebih spesifik.

 

METODOLOGI PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan dan menganalisis secara mendalam mengenai bentuk-bentuk bahaya internet yang dialami oleh remaja, faktor penyebabnya, serta dampaknya terhadap kehidupan mereka. Pendekatan kualitatif dipilih karena fokus penelitian ini terletak pada pemahaman konteks sosial dan perilaku, bukan pada pengukuran angka semata.

2. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh melalui studi pustaka (library research). Sumber data meliputi:

  • Jurnal ilmiah nasional dan internasional yang relevan
  • Buku-buku akademik tentang remaja, internet, dan literasi digital
  • Laporan dari lembaga resmi seperti Kominfo, UNICEF, ECPAT, dan APJII
  • Artikel berita terpercaya dan laporan survei nasional

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara:

  • Menelusuri dokumen, artikel, dan hasil penelitian yang sudah dipublikasikan secara daring maupun luring
  • Mengklasifikasikan data berdasarkan tema: jenis bahaya internet, dampak terhadap remaja, faktor penyebab, dan solusi
  • Menggunakan kata kunci pencarian seperti “bahaya internet bagi remaja,” “cyberbullying,” “kecanduan media sosial,” dan “perlindungan anak online”

4. Teknik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dianalisis menggunakan teknik analisis isi (content analysis). Prosesnya meliputi:

  • Reduksi data: memilih informasi yang relevan dengan fokus penelitian
  • Penyajian data: mengelompokkan data dalam bentuk deskripsi tematik
  • Penarikan kesimpulan: menyusun simpulan berdasarkan pola-pola temuan yang muncul

5. Validitas Data

Untuk menjaga keabsahan data, dilakukan teknik triangulasi sumber, yaitu membandingkan data dari berbagai sumber (jurnal, laporan, dan artikel berita) untuk memastikan konsistensi dan kebenaran informasi. Selain itu, dilakukan pengecekan silang dengan data terbaru dan sumber yang kredibel.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Bentuk-Bentuk Bahaya Internet yang Dialami Remaja

Hasil kajian menunjukkan bahwa terdapat beberapa bentuk ancaman utama yang dihadapi remaja dalam penggunaan internet, yaitu:

  • Cyberbullying: Merupakan bentuk perundungan yang terjadi secara daring, baik melalui media sosial, aplikasi pesan, atau platform game online. Menurut UNICEF (2021), sekitar 45% remaja di Indonesia mengaku pernah mengalami cyberbullying.
  • Kecanduan Media Sosial dan Game Online: APJII (2023) melaporkan bahwa rata-rata remaja Indonesia menghabiskan waktu lebih dari 6 jam per hari di internet, terutama untuk mengakses media sosial dan bermain game. Hal ini menyebabkan penurunan waktu belajar, gangguan tidur, dan kurangnya interaksi sosial nyata.
  • Paparan Konten Negatif: Remaja sering kali terpapar konten pornografi, kekerasan, dan ujaran kebencian tanpa filter yang memadai. Paparan jangka panjang dapat memengaruhi cara berpikir dan perilaku mereka.
  • Eksploitasi Seksual Daring: Kasus online grooming dan sextortion makin meningkat. ECPAT dan Kominfo (2023) mencatat meningkatnya jumlah laporan kasus eksploitasi seksual anak di ruang digital.

2. Faktor-Faktor Penyebab Remaja Rentan terhadap Bahaya Internet

Beberapa faktor utama yang ditemukan sebagai penyebab kerentanan remaja terhadap bahaya internet antara lain:

  • Rendahnya Literasi Digital: Banyak remaja tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang privasi digital, etika berinternet, serta cara membedakan informasi palsu dan benar.
  • Kurangnya Pengawasan dari Orang Tua dan Sekolah: Banyak remaja mengakses internet tanpa pengawasan yang ketat. Orang tua sering tidak memahami aktivitas digital anak-anak mereka.
  • Tekanan Sosial dan Kebutuhan Eksistensi di Media Sosial: Remaja cenderung membandingkan diri dengan orang lain di media sosial, yang dapat memicu rasa rendah diri, iri hati, bahkan depresi.

3. Dampak Negatif Penggunaan Internet Berlebihan

Bahaya internet tidak hanya bersifat sementara, tetapi dapat berdampak jangka panjang terhadap aspek-aspek berikut:

  • Psikologis: Kecemasan, depresi, gangguan tidur, dan kecanduan digital.
  • Sosial: Menurunnya interaksi sosial langsung, kurangnya empati, dan kesulitan komunikasi nyata.
  • Akademik: Gangguan fokus belajar, penurunan prestasi, dan kemalasan karena terlalu banyak waktu digunakan untuk aktivitas non-produktif di internet.

4. Upaya Penanggulangan Bahaya Internet bagi Remaja

Beberapa solusi yang dapat diterapkan berdasarkan hasil kajian antara lain:

  • Edukasi Literasi Digital Sejak Dini: Sekolah dan orang tua perlu bekerja sama memberikan edukasi tentang etika dan keamanan dalam berinternet.
  • Penguatan Peran Orang Tua dan Guru: Meningkatkan pendampingan digital, menerapkan jam penggunaan gadget, serta membangun komunikasi yang terbuka dengan remaja.
  • Kebijakan Pemerintah: Pemerintah perlu memperkuat regulasi perlindungan anak di dunia maya serta menggencarkan kampanye kesadaran publik mengenai bahaya internet.
  • Alternatif Kegiatan Positif: Remaja didorong untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, sosial, olahraga, atau seni yang mengurangi ketergantungan pada dunia maya.

 

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penggunaan internet yang semakin meluas di kalangan remaja membawa dampak ganda—baik positif maupun negatif. Penelitian ini secara khusus menyoroti berbagai bahaya internet yang mengancam remaja, seperti cyberbullying, kecanduan digital, paparan konten negatif, dan eksploitasi seksual daring. Faktor-faktor penyebab utama dari kondisi ini antara lain rendahnya literasi digital, kurangnya pengawasan dari orang tua dan sekolah, serta tekanan sosial dari lingkungan maya.

Dampak dari bahaya internet terhadap remaja sangat kompleks, meliputi gangguan psikologis seperti stres dan depresi, penurunan kualitas hubungan sosial, hingga penurunan prestasi akademik. Hal ini menunjukkan bahwa masalah ini tidak bisa dianggap sepele dan perlu penanganan lintas sektor secara serius dan berkelanjutan.

Saran

Berdasarkan hasil kajian dan analisis, beberapa saran yang dapat diberikan antara lain:

  1. Pendidikan Literasi Digital: Sekolah dan keluarga perlu mengintegrasikan pendidikan literasi digital secara sistematis untuk membekali remaja dengan keterampilan kritis, etis, dan aman dalam menggunakan internet.
  2. Pengawasan dan Pendampingan Orang Tua: Orang tua perlu meningkatkan keterlibatan dalam aktivitas digital anak-anak mereka, termasuk dengan membangun komunikasi terbuka dan menerapkan batasan waktu penggunaan perangkat.
  3. Peran Sekolah: Sekolah sebaiknya aktif menyelenggarakan program pembinaan, seminar, atau konseling terkait penggunaan internet yang sehat dan bijak.
  4. Peran Pemerintah dan Lembaga Terkait: Pemerintah perlu memperkuat kebijakan perlindungan anak di dunia digital, serta meningkatkan kampanye publik tentang bahaya dan etika penggunaan internet.
  5. Kegiatan Alternatif Positif: Remaja perlu diarahkan untuk menyalurkan energi dan minat mereka ke dalam kegiatan yang membangun, seperti seni, olahraga, organisasi, dan kegiatan sosial di dunia nyata.

Dengan langkah kolaboratif antara semua pihak—remaja, keluarga, sekolah, dan pemerintah—diharapkan penggunaan internet di kalangan remaja dapat menjadi sarana pembelajaran dan pengembangan diri yang aman dan produktif, bukan sebaliknya menjadi sumber ancaman yang merusak masa depan mereka.

 

DAFTAR PUSTAKA

APJII. (2023). Laporan Survei Internet APJII Tahun 2023. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. Diakses dari: https://apjii.or.id

Buckingham, D. (2007). Digital Media Literacies: Rethinking Media Education in the Age of the Internet. Research in Comparative and International Education, 2(1), 43–55.

ECPAT Indonesia & Kementerian Komunikasi dan Informatika. (2023). Laporan Tahunan Perlindungan Anak di Dunia Digital. Jakarta: ECPAT Indonesia.

Erikson, E. H. (1968). Identity: Youth and Crisis. New York: W. W. Norton & Company.

Hinduja, S., & Patchin, J. W. (2015). Bullying Beyond the Schoolyard: Preventing and Responding to Cyberbullying (2nd ed.). Thousand Oaks, CA: Corwin Press.

Nasrullah, R. (2016). Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Santrock, J. W. (2017). Adolescence (16th ed.). New York: McGraw-Hill Education.

UNICEF Indonesia. (2021). Studi Kekerasan Terhadap Anak dan Remaja di Dunia Maya. Jakarta: UNICEF.

Young, K. S. (1998). Internet Addiction: The Emergence of a New Clinical Disorder. CyberPsychology & Behavior, 1(3), 237–244.

 

 


MEMAKNAI UJIAN KEHIDUPAN SEBAGAI TANDA CINTA ALLAH


Hidup adalah perjalanan panjang yang penuh warna. Di dalamnya, kita akan menjumpai saat-saat bahagia dan juga duka, "MUJUA NDAK DAPEK DIRAIH MALANG INDAK DAPEK DITOLAK DATANG SAKIJOK MATO". Dalam Islam, segala yang terjadi, baik nikmat maupun musibah, adalah bagian dari takdir Allah yang mengandung hikmah. Ujian kehidupan yang kita alami bukanlah bentuk kemurkaan, tetapi justru bisa menjadi tanda cinta Allah kepada hamba-Nya.

1. Ujian Adalah Keniscayaan

Allah SWT telah mengabarkan bahwa setiap manusia pasti akan diuji. Dalam QS. Al-Baqarah ayat 155, Allah berfirman:

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”

Ayat ini menegaskan bahwa ujian adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Tidak ada manusia yang luput darinya, bahkan para nabi dan rasul pun mengalami ujian yang lebih berat dibandingkan manusia biasa.

2. Ujian sebagai Bukti Cinta Allah

Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya besarnya balasan tergantung pada besarnya ujian. Dan sesungguhnya apabila Allah mencintai suatu kaum, maka Dia menguji mereka.” (HR. Tirmidzi)

Hadis ini menunjukkan bahwa ujian bukanlah tanda kebencian atau hukuman, melainkan bentuk perhatian dan cinta dari Allah. Melalui ujian, Allah menyucikan jiwa, mengangkat derajat, dan menggugurkan dosa-dosa hamba-Nya.

3. Hikmah di Balik Setiap Ujian

Di balik setiap cobaan, selalu ada hikmah yang bisa dipetik, antara lain:

  • Menguatkan iman: Ujian membuat kita kembali kepada Allah dan menguatkan keyakinan bahwa hanya Dia tempat bergantung.

  • Mengasah kesabaran dan keteguhan hati: Kesabaran adalah kunci utama dalam menghadapi ujian.

  • Menumbuhkan empati: Dengan merasakan kesulitan, seseorang lebih mudah memahami penderitaan orang lain.

  • Menghapus dosa: Rasulullah bersabda bahwa tidaklah seorang Muslim tertimpa musibah, melainkan akan dihapuskan dosa-dosanya, bahkan karena duri yang menusuknya sekalipun.

4. Cara Menghadapi Ujian dengan Bijak

Islam mengajarkan adab dan sikap dalam menghadapi ujian:

  • Bersabar dan bertawakal: Menyerahkan hasil kepada Allah sembari tetap berusaha.

  • Berbaik sangka kepada Allah: Meyakini bahwa di balik kesulitan pasti ada kemudahan (QS. Al-Insyirah: 6).

  • Memperbanyak istighfar dan doa: Karena bisa jadi ujian datang sebagai pengingat untuk kembali kepada-Nya.

  • Mencari hikmah dan pelajaran: Agar ujian tidak berlalu sia-sia, tapi membawa kedewasaan spiritual.

5. Menjadi Lebih Dekat dengan Allah

Saat kita diuji, sejatinya Allah sedang membuka peluang bagi kita untuk mendekat kepada-Nya. Dalam kondisi lemah, hati menjadi lebih lembut, dan doa menjadi lebih khusyuk. Inilah saat terbaik untuk memperbaiki hubungan dengan Allah.

"Allah lebih dekat kepada hamba-Nya saat ia dalam kesulitan, dibanding saat ia dalam kelapangan."

Ujian dapat menjadi momentum spiritual yang sangat berharga. Hanya orang-orang yang bijak yang mampu melihatnya sebagai peluang, bukan beban.

Penutup

Ujian kehidupan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan jalan untuk tumbuh, belajar, dan mendekatkan diri kepada Sang Maha Penyayang. Jika kita mampu memaknainya dengan hati yang lapang, maka ujian akan terasa sebagai anugerah yang menyamarkan dirinya dalam bentuk kesulitan. Sesungguhnya, cinta Allah kepada hamba-Nya tidak selalu hadir dalam bentuk kesenangan, tetapi seringkali tersembunyi dalam musibah yang membuat kita bersimpuh lebih dalam di hadapan-Nya.

UWaS

SERI MERAWAT CINTA: Merancang Perceraian yang Indah Menurut Al-Qur'an & Sunnah

 



Perceraian sering kali dianggap sebagai akhir dari sebuah kegagalan, perpisahan yang menyakitkan, dan luka yang sulit disembuhkan, diselimuti dendam bahkan memicu kekerasan dalam rumah tangga. Namun dalam perspektif Islam, perceraian bukanlah sebuah aib atau dosa sekalipun masuk perkara halal tapi dibenci Allah SWT, melainkan salah satu solusi syar'i yang diberikan Allah bagi pasangan yang tidak lagi menemukan jalan keluar dalam mempertahankan rumah tangga. Artikel ini mencoba mengangkat pendekatan spiritual dan etis terhadap perceraian, agar prosesnya tetap dalam koridor akhlakul karimah dan nilai-nilai syariah.

1. Pandangan Islam terhadap Perceraian

Dalam Islam, pernikahan adalah ikatan sakral yang dilandasi oleh cinta, kasih sayang, dan ketenangan (sakinah, mawaddah, wa rahmah). Namun ketika tujuan-tujuan itu tidak lagi tercapai, perceraian menjadi jalan yang diperbolehkan. Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 229:

"Talak (yang dapat dirujuk) dua kali. Setelah itu boleh rujuk kembali dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik (ihsan)..."

Ayat ini menunjukkan bahwa perceraian tidak boleh dilakukan dengan emosi, dendam, atau permusuhan. Islam justru mengajarkan untuk berpisah secara ihsan – yakni dengan cara yang baik, beradab, dan saling menjaga kehormatan.

2. Etika dalam Perceraian Menurut Sunnah

Rasulullah SAW memberikan contoh dan petunjuk bagaimana perceraian seharusnya dilakukan:

  • Tidak tergesa-gesa: Nabi menganjurkan agar perceraian menjadi jalan terakhir setelah upaya damai, nasihat, dan mediasi telah dilakukan (QS. An-Nisa: 35).

  • Menjaga lisan dan sikap: Dalam proses talak, suami dan istri dianjurkan tetap menjaga akhlak. Tidak mencaci, membuka aib, atau mempermalukan pasangan.

  • Masa iddah sebagai fase refleksi: Masa iddah bukan hanya masa menunggu, tetapi kesempatan untuk berpikir ulang, berdamai, atau mempersiapkan diri secara mental dan spiritual untuk menjalani hidup masing-masing.

  • Memberikan nafkah dan perlindungan: Dalam QS. At-Talaq ayat 6-7, Allah memerintahkan agar perempuan yang ditalak tetap diberikan tempat tinggal dan nafkah selama masa iddah.

3. Merancang Perceraian yang Bermartabat

Merancang perceraian dalam Islam bukan berarti merencanakan perpisahan, melainkan menyiapkan proses perceraian agar tidak menimbulkan kerusakan lebih besar. Berikut beberapa prinsip yang bisa diterapkan:

  • Transparansi dan Kejujuran: Kedua belah pihak harus terbuka mengenai alasan perceraian dan menjelaskan dengan jujur tanpa menyudutkan.

  • Menghindari Penghakiman Sosial: Masyarakat seharusnya tidak menghakimi mereka yang bercerai, tetapi mendukung dengan doa dan nasihat baik.

  • Memprioritaskan Anak (jika ada): Jika pasangan memiliki anak, maka kebutuhan emosional, psikologis, dan pendidikan anak harus menjadi prioritas bersama.

  • Dokumentasi Legal dan Syariah: Pastikan perceraian dicatat secara hukum negara dan sesuai prosedur syariah agar tidak menimbulkan sengketa di masa depan.

4. Memaafkan dan Mengikhlaskan: Kunci Ketenangan

Perceraian seringkali menyisakan luka, dendam, dan kekecewaan. Namun, Islam mengajarkan untuk memaafkan, sebagaimana firman Allah:

"Dan janganlah kamu melupakan keutamaan di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Baqarah: 237)

Sikap memaafkan dan mengikhlaskan menjadi fondasi dalam menyelesaikan perceraian dengan damai. Bukan karena tidak sakit, tetapi karena ingin menyembuhkan.

5. Menata Ulang Kehidupan Pascaperceraian

Setelah perceraian, kehidupan tidak berakhir. Justru menjadi kesempatan untuk memperbaiki diri, mengevaluasi masa lalu, dan mempersiapkan masa depan. Islam membuka pintu harapan bagi siapa pun yang ingin bangkit kembali.

  • Menjaga ibadah dan hubungan dengan Allah: Ini adalah kekuatan utama dalam melalui masa sulit.

  • Bangun kembali kepercayaan diri: Melalui komunitas, pekerjaan, atau aktivitas sosial.

  • Terbuka untuk kesempatan baru: Islam tidak menutup pintu untuk menikah kembali jika memang telah siap secara lahir dan batin.

Penutup

Perceraian dalam Islam adalah solusi, bukan stigma. Ia bukan akhir dari cinta, tapi bisa jadi awal dari cinta yang lebih dewasa dan berkualitas, meski tak lagi dalam satu ikatan pernikahan. Merancang perceraian yang indah berarti menjaga marwah diri, menghargai pasangan sebagai bagian dari sejarah hidup, dan tetap berada dalam lingkaran ridha Allah. Dengan demikian, cinta tetap dirawat – meski dalam bentuk dan jalur yang berbeda. UWaS

Jumat, 11 April 2025

Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merawat Kemabruran Puasa

 


NASKAH KHUTBAH IDUL FITRI 1446 H

"Merawat Kemabruran Puasa"

Khutbah Pertama

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa ilaaha illallah, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamd.

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita kesempatan untuk menjalani ibadah Ramadan dengan penuh keberkahan. Shalawat dan salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad ﷺ, kepada keluarganya, sahabatnya, serta seluruh umatnya hingga akhir zaman.

Jama’ah Idul Fitri yang dirahmati Allah,

Hari ini, kita merayakan kemenangan setelah satu bulan penuh berpuasa. Ramadan bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi lebih dari itu, ia merupakan madrasah yang mendidik kita untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah ﷻ. Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183)

Namun, kemenangan sejati bukan hanya ditandai dengan berakhirnya Ramadan, tetapi bagaimana kita menjaga dan merawat kemabruran puasa setelah bulan suci ini berlalu.

Merawat Kemabruran Puasa

Kemabruran puasa ditandai dengan perubahan nyata dalam kehidupan kita. Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menjaga kemabruran puasa:

  1. Memperkokoh Keimanan dan Ketakwaan
    Ramadan mengajarkan kita untuk selalu dekat dengan Allah. Hendaknya kebiasaan membaca Al-Qur’an, qiyamul lail, dan dzikir tetap kita jaga meski Ramadan telah berlalu.

  2. Menjaga Konsistensi Ibadah
    Salah satu tanda diterimanya ibadah adalah ketika kita terus beristiqamah dalam kebaikan. Rasulullah ﷺ bersabda:

    أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

    "Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang dilakukan secara kontinu meskipun sedikit." (HR. Bukhari dan Muslim)

  3. Memperbanyak Sedekah dan Kepedulian Sosial
    Ramadan mengajarkan kita untuk berbagi dan peduli kepada sesama. Kebiasaan ini harus kita lanjutkan setelah Idul Fitri dengan membantu fakir miskin, anak yatim, dan mereka yang membutuhkan.

  4. Menjaga Akhlak dan Perilaku
    Ramadan mendidik kita untuk sabar, jujur, dan menahan diri dari perbuatan buruk. Semangat ini harus kita bawa ke dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kita menjadi pribadi yang lebih baik.

  5. Menjaga Silaturahmi
    Idul Fitri adalah momen untuk mempererat ukhuwah Islamiyah. Jangan biarkan perbedaan pendapat dan konflik menghalangi kita untuk tetap bersatu sebagai umat Islam.

Khutbah Kedua

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa ilaaha illallah, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamd.

Jama’ah yang dirahmati Allah,

Sebagai penutup, marilah kita bersama-sama berdoa agar Allah menerima semua amal ibadah kita selama Ramadan dan memberi kita kekuatan untuk terus menjaga kemabruran puasa.

اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا صِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَاجْعَلْنَا مِنَ الْمُتَّقِينَ

“Ya Allah, terimalah puasa dan qiyamul lail kami, serta jadikanlah kami termasuk orang-orang yang bertakwa.”

Semoga kita semua bisa mempertahankan dan meningkatkan amal ibadah setelah Ramadan.

Taqabbalallahu minna wa minkum, mohon maaf lahir dan batin. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

KHUTBAH JUM'AT "Mewaspadai Kemunduran Iman dan Taqwa Pasca Ramadhan"


KHUTBAH JUM'AT

"Mewaspadai Kemunduran Iman dan Taqwa Pasca Ramadhan"

MUQADDIMAH

PUJI SYUKUR

SHALAWAT

WASIAT TAQWA


Kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala limpahan nikmat dan karunia-Nya, terutama nikmat iman, Islam, dan kesempatan menjalani bulan suci Ramadhan hingga kini kita memasuki hari-hari Syawal.

Kita bershalawat dan mengucapkan salam kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, beserta keluarga beliau, para sahabat, dan seluruh umatnya yang istiqamah hingga hari kiamat.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah...

Hari ini adalah hari Jumat Kedua setelah kita meninggalkan bulan suci Ramadhan. Bulan yang penuh berkah, ampunan, dan limpahan pahala dari Allah Ta’ala. Bulan yang menyuburkan iman dan menguatkan takwa kita. Namun, kini Ramadhan telah berlalu. Pertanyaannya adalah: apakah semangat ibadah, kekhusyukan, dan keteguhan iman kita tetap terjaga? Ataukah mulai melemah seiring kepergian Ramadhan?

Bahaya Kemunduran Iman Setelah Ramadhan

Salah satu hal yang harus kita waspadai bersama adalah fenomena "kemunduran iman dan takwa" setelah Ramadhan. Banyak dari kita yang semangat membaca Al-Qur'an di bulan Ramadhan, tapi mushaf kembali tertutup di bulan Syawal. Masjid-masjid yang ramai di 10 malam terakhir Ramadhan, kembali sepi setelah Idul Fitri. Amal ibadah yang rutin dilakukan selama sebulan, mulai ditinggalkan tanpa sebab yang jelas.

Padahal, Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak hanya disembah di bulan Ramadhan. Allah adalah Rabb sepanjang masa. Dia adalah Tuhan kita di bulan Ramadhan, Syawal, dan seluruh bulan dalam setahun.

Allah Ta’ala berfirman:

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
"Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu kematian."
(QS. Al-Hijr: 99)

Ayat ini menegaskan bahwa ibadah dan ketaatan kepada Allah tidak dibatasi oleh waktu atau musim tertentu. Kewajiban untuk taat adalah seumur hidup.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah...

Ketahuilah bahwa kemunduran iman itu bertahap, sedikit demi sedikit. Dimulai dari meninggalkan kebiasaan baik yang telah dibangun di bulan Ramadhan. Misalnya, meninggalkan shalat berjamaah, meninggalkan tilawah, atau kembali ke dosa-dosa lama.

Ibnu Qayyim rahimahullah berkata:

"Di antara tanda diterimanya amal shalih adalah adanya kebaikan setelahnya. Dan di antara tanda ditolaknya amal adalah kembalinya seseorang kepada maksiat setelah beramal."

Oleh karena itu, mari kita jadikan Ramadhan sebagai titik balik, bukan hanya momen sesaat. Jangan kita termasuk dalam golongan orang-orang yang disebut oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

"Betapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya selain lapar dan haus." (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Ma’asyiral Muslimin yang dimuliakan Allah...

Mari kita pertahankan semangat Ramadhan sepanjang tahun:

  1. Jaga shalat berjamaah – jangan hanya rajin ke masjid di bulan puasa.

  2. Lanjutkan tilawah Al-Qur’an – minimal satu lembar setiap hari.

  3. Bangun malam secara rutin – walau hanya dua rakaat sebelum Subuh.

  4. Perbanyak puasa sunnah – seperti puasa enam hari di bulan Syawal.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

"Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan, kemudian diikuti dengan enam hari di bulan Syawal, maka dia seperti berpuasa sepanjang tahun." (HR. Muslim)

Inilah cara kita menunjukkan kepada Allah bahwa kita bukan hanya hamba musiman. Bahwa kita tetap istiqamah dalam iman dan takwa, di dalam maupun di luar bulan Ramadhan.

Akhirnya, marilah kita berdoa kepada Allah Ta’ala:

اللَّهُمَّ ثَبِّتْ قُلُوبَنَا عَلَى دِينِكَ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الْمُتَّقِينَ، وَتَقَبَّلْ صِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَسَائِرَ أَعْمَالِنَا فِي شَهْرِ رَمَضَان.

Ya Allah, tetapkanlah hati kami di atas agama-Mu. Jadikan kami hamba-hamba yang bertakwa, dan terimalah puasa, qiyam, dan seluruh amal ibadah kami di bulan Ramadhan.

اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات، الأحياء منهم والأموات، برحمتك يا أرحم الراحمين.

عباد الله، إن الله يأمر بالعدل والإحسان...



Kamis, 03 April 2025

KHUTBAH JUM'AT: PASCA IDUL FITRI UJIAN SESUNGGUHNYA BARU SAJA DIMULAI


 KHUTBAH PERTAMA


إنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.

اللهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلًا نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى:

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتّٰى يَأْتِيَكَ الْيَقِيْنࣖ ۝٩٩ (اَلْحِجْرُ) 


Alhamdulillâhi Rabbil ‘Âlamin, Segala puji bagi Allah, yang telah memberikan kita kesempatan untuk menunaikan ibadah Ramadhan dengan penuh keimanan dan keikhlasan. Shalawat serta salam kita haturkan kepada Rasulullah Muhammad Shallallâhu ‘alaihi wasallam, keluarga, sahabat, serta seluruh umatnya yang senantiasa mengikuti petunjuknya hingga hari kiamat.


Bertakwalah kepada Allah, sebagaimana kita taat kepada-Nya saat menjalani ibadah shaum Ramadhan. Takut melanggar larangan-Nya meski kita sendirian dan tak ada yang melihatnya. Bertakwalah kepada Allah Subhânahu Wa Ta’âlâ dengan sebenar-benarnya takwa sebagaimana firman-Nya:


يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ


“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” (QS. Âli Imrân [3]: 102)


Idul Fitri selalu menjadi momen istimewa bagi umat Islam di seluruh dunia. Setelah sebulan penuh menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan, hari kemenangan ini dirayakan dengan sukacita, silaturahmi, dan kebersamaan. Namun, di balik kebahagiaan Idul Fitri, terdapat sebuah perenungan mendalam yang seharusnya menjadi perhatian kita: apakah kita mampu mempertahankan nilai-nilai kebaikan yang telah kita bangun selama Ramadan?

Ramadan: Madrasah Kehidupan

Ramadan sering disebut sebagai "madrasah" atau sekolah kehidupan. Selama sebulan penuh, kita dilatih untuk menahan diri, menumbuhkan kesabaran, meningkatkan ketakwaan, dan memperbanyak ibadah. Kita belajar bagaimana menghadapi godaan, mengendalikan hawa nafsu, serta mempererat hubungan dengan Allah dan sesama manusia. Namun, ujian sesungguhnya bukanlah ketika kita berpuasa, melainkan setelah Ramadan berlalu. Apakah kita tetap menjaga ibadah kita? Apakah kita masih ringan tangan dalam bersedekah? Apakah kita masih menjaga lisan dari perkataan yang tidak baik?

Idul Fitri: Bukan Akhir, tapi Awal

Sering kali, banyak di antara kita yang tanpa sadar menganggap Idul Fitri sebagai garis akhir dari perjuangan spiritual di bulan Ramadan. Padahal, Idul Fitri seharusnya menjadi titik awal untuk menerapkan segala nilai yang telah kita pelajari selama sebulan penuh. Rasulullah ﷺ bersabda:

"Amalan yang paling dicintai Allah adalah amalan yang dilakukan secara konsisten, meskipun sedikit." (HR. Bukhari dan Muslim)

Oleh karena itu, tantangan terbesar bagi setiap Muslim setelah Idul Fitri adalah mempertahankan kebiasaan baik yang telah dibangun selama Ramadan. Puasa sunah, shalat malam, tilawah Al-Qur’an, serta kepedulian sosial yang kita lakukan selama Ramadan tidak seharusnya berhenti hanya karena bulan suci telah berakhir.

Ujian Sesungguhnya Baru Dimulai

Setelah Ramadan, kita akan kembali dihadapkan pada rutinitas duniawi yang sering kali melalaikan kita dari ibadah dan nilai-nilai kebaikan. Godaan untuk kembali kepada kebiasaan lama, seperti lalai dalam shalat, menunda-nunda kebaikan, atau kurang peduli terhadap sesama, menjadi tantangan nyata yang harus kita hadapi.

Ujian terbesar setelah Idul Fitri adalah bagaimana kita bisa tetap istiqamah dalam menjalankan ketaatan. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

"Maka tetaplah istiqamah sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah bertaubat bersamamu, dan janganlah kamu melampaui batas." (QS. Hud: 112)

Menjaga konsistensi dalam kebaikan bukanlah perkara mudah, tetapi bukan pula sesuatu yang mustahil. Kita dapat memulainya dengan langkah-langkah kecil, seperti tetap menjaga shalat lima waktu tepat waktu, memperbanyak dzikir, serta melanjutkan kebiasaan berbagi kepada sesama.

Kesimpulan

Idul Fitri bukanlah akhir dari perjalanan spiritual kita, melainkan awal dari ujian sesungguhnya: apakah kita mampu mempertahankan nilai-nilai Ramadan dalam kehidupan sehari-hari? Kemenangan sejati bukan hanya merayakan Idul Fitri dengan suka cita, tetapi juga dengan menjaga kesucian hati, memperbaiki diri, dan tetap istiqamah dalam kebaikan. Semoga kita termasuk orang-orang yang mampu mempertahankan amalan baik kita setelah Ramadan, sehingga Idul Fitri benar-benar menjadi hari kemenangan yang hakiki.

Taqabbalallahu minna wa minkum, mohon maaf lahir dan batin.

Semoga Allah menerima amal ibadah kita dan memberikan kita keistiqamahan dalam kebaikan. Aamiin. []


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


KHUTBAH KEDUA


اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إِلَى رِضْوَانِهِ، اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ؛ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُواللّٰهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلآ ئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَقَالَ تَعاَلَى: إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ، وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِي، وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ، وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءَ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيْنَ، وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ، وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ، وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَاْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ، وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ، رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

عِبَادَ اللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ


UWaS