🕊️ Menjadi Pribadi Pemaaf dalam Al-Qur’an dan Sunnah
Dalam kehidupan, tidak ada manusia yang luput dari kesalahan. Kita sering tersakiti oleh ucapan, perbuatan, atau sikap orang lain. Namun, Islam mengajarkan bahwa kemuliaan seorang mukmin bukan diukur dari seberapa besar kekuatannya membalas, tetapi dari kemampuannya untuk memaafkan.
🌿 1. Perintah Memaafkan dalam Al-Qur’an
Allah berfirman dalam surah Ali Imran ayat 134:
“(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan.”
Ayat ini menegaskan bahwa sifat pemaaf adalah tanda dari orang yang bertakwa. Memaafkan bukan tanda kelemahan, melainkan kekuatan spiritual. Ia menuntut keikhlasan dan kesabaran yang tinggi, sebab menahan amarah dan memberi maaf adalah kemenangan atas diri sendiri.
Demikian pula dalam surah Asy-Syura ayat 40, Allah berfirman:
“Balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, tetapi barang siapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan) Allah.”
Betapa besar balasan bagi orang yang memilih memberi maaf—bukan sekadar menghapus kesalahan orang lain, tapi juga membuka ruang bagi turunnya rahmat Allah.
🌸 2. Teladan Pemaaf dari Rasulullah ﷺ
Rasulullah ﷺ adalah manusia paling pemaaf. Dalam peristiwa Fathu Makkah, ketika beliau memasuki kota Makkah sebagai pemenang setelah bertahun-tahun disakiti dan diusir, beliau justru berkata kepada kaum Quraisy:
“Pergilah, kalian semua bebas.”
(HR. Baihaqi)
Padahal beliau punya alasan kuat untuk membalas dendam. Namun, Rasulullah ﷺ memilih jalan kasih dan ampunan. Inilah akhlak mulia yang menjadi mercusuar bagi seluruh umat Islam.
Dalam hadis lain beliau bersabda:
“Tidaklah seseorang memaafkan orang lain, kecuali Allah akan menambah kemuliaannya.”
(HR. Muslim)
Artinya, memaafkan tidak akan membuat kita kehilangan harga diri—justru meninggikan derajat di sisi Allah dan di hati manusia.
💧 3. Hikmah Menjadi Pemaaf
Menjadi pemaaf melahirkan banyak kebaikan:
-
Menenteramkan hati, karena dendam hanya menambah beban jiwa.
-
Mempererat ukhuwah, sebab maaf membuka kembali jalan silaturahim.
-
Mengundang ampunan Allah, sebagaimana kita mengharapkan Allah memaafkan dosa kita.
Allah berfirman dalam An-Nur ayat 22:
“Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Tidakkah kamu ingin Allah mengampunimu?”
Ayat ini mengingatkan bahwa sikap kita kepada sesama menjadi cermin hubungan kita dengan Allah.
🌷 4. Menghidupkan Sifat Pemaaf dalam Kehidupan
Untuk menjadi pribadi pemaaf, kita perlu melatih diri:
-
Kendalikan emosi ketika disakiti, jangan langsung membalas.
-
Berdoa agar Allah lembutkan hati kita.
-
Ingat kebaikan orang, jangan hanya fokus pada kesalahannya.
-
Teladani Rasulullah ﷺ yang selalu mengedepankan rahmat daripada amarah.
Memaafkan bukan berarti melupakan, tapi memilih untuk tidak membalas keburukan dengan keburukan.
🌺 Penutup
Menjadi pribadi pemaaf adalah jalan menuju kedamaian hati dan kemuliaan hidup. Dalam dunia yang penuh konflik dan ego, memaafkan adalah bentuk jihad terbesar melawan diri sendiri.
Mari kita jadikan firman Allah sebagai pegangan:
“Dan balasan bagi orang yang sabar dan pemaaf, sesungguhnya itu termasuk hal-hal yang diutamakan.”
(QS. Asy-Syura: 43)
Semoga kita termasuk orang yang lembut hatinya, lapang jiwanya, dan besar maafnya—sebagaimana Rasulullah ﷺ yang diutus bukan untuk membalas, melainkan menebar rahmat bagi semesta alam.
UWaS