Kamis, 06 Maret 2025

MAKNA BERKAH MENURUT AL-QUR'AN DAN SUNNAH

Mukadimah Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan kita nikmat Islam dan iman. Shalawat serta salam kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga hari kiamat.

Hadirin rahimakumullah, Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas tentang makna berkah dalam perspektif Al-Qur'an dan Sunnah. Kata berkah sering kita dengar dan kita harapkan dalam kehidupan, tetapi sudahkah kita memahami makna dan bagaimana mendapatkannya?

Makna Berkah dalam Islam Secara bahasa, berkah berasal dari kata barakah (البركة), yang berarti kebaikan yang tetap dan bertambah. Dalam istilah syariat, berkah adalah segala bentuk kebaikan yang diberikan oleh Allah, baik dalam bentuk materi maupun non-materi, yang membawa manfaat dalam kehidupan dunia dan akhirat.

Dalil Al-Qur’an tentang Berkah

  1. Berkah dalam Rezeki
    Allah Ta’ala berfirman: "Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi..." (QS. Al-A’raf: 96)

    Ayat ini menegaskan bahwa iman dan takwa adalah kunci turunnya keberkahan dalam kehidupan.

  2. Berkah dalam Al-Qur’an
    Allah berfirman: "Dan ini (Al-Qur'an) adalah kitab yang Kami turunkan yang penuh berkah..." (QS. Al-An’am: 92)

    Al-Qur'an adalah sumber utama keberkahan bagi siapa saja yang mengamalkan isinya.

  3. Berkah dalam Waktu Malam
    Allah berfirman: "Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam yang diberkahi..." (QS. Ad-Dukhan: 3)

    Malam Lailatul Qadr disebut sebagai malam yang penuh berkah karena di dalamnya terdapat pahala yang lebih baik dari seribu bulan.

Hadis Nabi tentang Berkah

  1. Berkah dalam Makanan
    Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Makanan untuk dua orang cukup untuk tiga orang, dan makanan untuk tiga orang cukup untuk empat orang." (HR. Bukhari dan Muslim)

    Ini menunjukkan bahwa keberkahan dapat menjadikan sesuatu yang sedikit mencukupi banyak orang.

  2. Berkah dalam Usaha dan Bisnis
    Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya pedagang yang jujur dan terpercaya akan bersama para nabi, orang-orang yang jujur, dan para syuhada." (HR. Tirmidzi)

    Kejujuran dalam berdagang akan mendatangkan berkah dalam rezeki.

  3. Berkah dalam Waktu Pagi
    Nabi bersabda: "Ya Allah, berkahilah umatku di waktu pagi mereka." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

    Oleh karena itu, kita dianjurkan untuk memulai aktivitas di pagi hari agar mendapatkan keberkahan.

Cara Mendapatkan Berkah dalam Hidup

  1. Menjaga Keimanan dan Ketakwaan
    Beriman dan bertakwa adalah syarat utama untuk memperoleh berkah dari Allah (QS. Al-A’raf: 96).

  2. Mensyukuri Nikmat Allah
    Allah berfirman: "Jika kalian bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) untuk kalian..." (QS. Ibrahim: 7)

  3. Menjauhi Perbuatan Maksiat
    Kemaksiatan adalah sebab hilangnya berkah. Dalam satu riwayat, Rasulullah bersabda: "Sungguh seorang hamba terhalang dari rezeki karena dosa yang ia lakukan." (HR. Ahmad)

  4. Memperbanyak Sedekah
    Rasulullah bersabda: "Harta tidak akan berkurang karena sedekah." (HR. Muslim)

    Sedekah mendatangkan keberkahan dalam harta dan kehidupan.

  5. Berusaha dan Bekerja dengan Jujur
    Kejujuran dalam bekerja dan berdagang akan mendatangkan keberkahan sebagaimana dalam hadis yang telah disebutkan sebelumnya.

Penutup Hadirin yang dimuliakan Allah, Berkah adalah karunia dari Allah yang harus kita upayakan dengan iman, takwa, dan amal saleh. Semoga kita semua termasuk hamba-hamba yang mendapatkan berkah dalam hidup, keluarga, rezeki, dan waktu kita. Aamiin.

Wallahu a’lam bish-shawab.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

UWaS

Rabu, 05 Maret 2025

JADWAL PENYULUHAN DI RAMADHAN 1446 H/2025 M


 

Pengaruh Syukur dalam Menumbuhkan Sifat Dermawan di Bulan Suci Ramadhan

Pendahuluan

Bulan suci Ramadhan merupakan waktu yang penuh berkah dan keutamaan. Selain sebagai momentum untuk meningkatkan ibadah, Ramadhan juga menjadi ajang bagi umat Islam untuk menumbuhkan sifat dermawan. Salah satu faktor utama yang dapat mendorong seseorang menjadi dermawan adalah rasa syukur kepada Allah. Syukur tidak hanya membuat seseorang lebih menghargai nikmat yang diterima, tetapi juga mendorongnya untuk berbagi dengan sesama.

Konsep Syukur dalam Islam

Syukur dalam Islam berarti mengakui, menghargai, dan menggunakan nikmat Allah sesuai dengan kehendak-Nya. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu; tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.'" (QS. Ibrahim: 7)

Ayat ini menunjukkan bahwa syukur adalah kunci bertambahnya nikmat dan keberkahan hidup. Syukur bukan hanya diungkapkan dengan lisan, tetapi juga diwujudkan dalam perbuatan, seperti berbagi rezeki kepada orang lain.

Hubungan Syukur dengan Kedermawanan

Orang yang bersyukur menyadari bahwa segala rezeki yang dimilikinya adalah pemberian Allah. Kesadaran ini mendorongnya untuk berbagi dengan orang lain, terutama di bulan Ramadhan. Rasulullah ﷺ bersabda:

"Orang yang memberi makan kepada orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa itu tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut." (HR. Tirmidzi No. 807)

Hadis ini menunjukkan bahwa memberikan makanan kepada orang lain adalah bentuk kedermawanan yang sangat dianjurkan, terutama di bulan Ramadhan. Hal ini sejalan dengan ajaran Islam bahwa semakin banyak seseorang bersyukur, semakin besar dorongan dalam hatinya untuk membantu orang lain.

Contoh Kedermawanan di Bulan Ramadhan

Dalam sejarah Islam, Rasulullah ﷺ adalah teladan terbaik dalam hal kedermawanan. Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma:

"Rasulullah ﷺ adalah manusia yang paling dermawan, dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan ketika Jibril menemuinya." (HR. Bukhari No. 6)

Hadis ini menunjukkan bahwa Ramadhan adalah bulan yang paling tepat untuk memperbanyak sedekah dan berbagi dengan orang lain. Rasa syukur yang mendalam terhadap nikmat Allah menjadi pemicu utama untuk meningkatkan kepedulian sosial.

Manfaat Menjadi Dermawan di Bulan Ramadhan

  1. Mendapat Keberkahan Harta: Rasulullah ﷺ bersabda:

    "Sedekah tidak akan mengurangi harta." (HR. Muslim No. 2588)

    Ini menegaskan bahwa berbagi dengan orang lain justru akan mendatangkan keberkahan.

  2. Menambah Rasa Syukur: Semakin sering seseorang berbagi, semakin ia menyadari betapa banyak nikmat yang telah Allah berikan.

  3. Mendekatkan Diri kepada Allah: Memberi kepada orang yang membutuhkan adalah bentuk ibadah yang mendatangkan pahala besar.

Kesimpulan

Syukur adalah salah satu faktor utama dalam menumbuhkan sifat dermawan, terutama di bulan Ramadhan. Kesadaran bahwa segala sesuatu adalah karunia Allah akan mendorong seseorang untuk berbagi dan membantu sesama. Rasulullah ﷺ telah memberikan contoh nyata bahwa kedermawanan di bulan Ramadhan memiliki keutamaan besar. Oleh karena itu, marilah kita jadikan Ramadhan sebagai momen untuk meningkatkan rasa syukur dan memperbanyak amal kebaikan.

Referensi:

  1. Al-Qur’an, terjemahan Kementerian Agama RI.
  2. Shahih Al-Bukhari.
  3. Shahih Muslim.
  4. Sunan Tirmidzi.
  5. Tafsir Ibnu Katsir.
UWaS

Selasa, 04 Maret 2025

Materi Ceramah Agama: Puasa dan Tilawah Al-Qur'an

 


Materi Ceramah Agama: Puasa dan Tilawah Al-Qur'an

Judul: Puasa dan Tilawah Al-Qur'an

Mukadimah Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah memberikan kita nikmat iman dan Islam. Shalawat serta salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad ﷺ, keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.

Hadirin rahimakumullah, dalam kesempatan ini kita akan membahas tema yang sangat penting, yaitu “Puasa dan Tilawah Al-Qur'an”. Dua ibadah ini memiliki hubungan yang sangat erat, khususnya di bulan Ramadan, di mana puasa dan membaca Al-Qur'an menjadi amalan utama yang dianjurkan.

I. Keutamaan Puasa dalam Al-Qur’an dan Hadis Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Al-Qur'an:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)

Dari ayat ini, kita memahami bahwa puasa adalah sarana untuk mencapai ketakwaan. Puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga mengendalikan hawa nafsu dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah.

Rasulullah ﷺ bersabda:

الصِّيَامُ جُنَّةٌ

“Puasa adalah perisai.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Puasa menjadi pelindung dari perbuatan dosa dan juga dari siksa api neraka. Oleh karena itu, seorang muslim hendaknya menjalankan ibadah puasa dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan.

II. Keutamaan Tilawah Al-Qur’an dalam Al-Qur’an dan Hadis

Tilawah Al-Qur’an adalah ibadah yang sangat dianjurkan, terutama di bulan Ramadan. Allah berfirman:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang benar dan yang batil).” (QS. Al-Baqarah: 185)

Al-Qur'an diturunkan pada bulan Ramadan, sehingga membaca dan merenungi isinya sangat dianjurkan. Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ، وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا

“Barang siapa membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur’an), maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat.” (HR. At-Tirmidzi)

Keutamaan membaca Al-Qur'an sangat besar, apalagi jika dilakukan secara rutin dan dengan pemahaman yang mendalam.

III. Hubungan Puasa dan Tilawah Al-Qur’an

Puasa dan tilawah Al-Qur'an memiliki hubungan erat, terutama di bulan Ramadan. Rasulullah ﷺ memperbanyak membaca dan mengkhatamkan Al-Qur'an pada bulan ini. Bahkan, Jibril AS menemui beliau setiap malam di bulan Ramadan untuk menyimak bacaan Al-Qur’an Rasulullah ﷺ.

Dalam sebuah hadis disebutkan:

كَانَ جِبْرِيلُ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ، فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ

“Jibril menemui Nabi setiap malam di bulan Ramadan dan mengajarkan Al-Qur’an kepadanya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Karena itu, kita dianjurkan untuk memperbanyak membaca, memahami, dan mengamalkan Al-Qur’an selama berpuasa, agar kita memperoleh manfaat spiritual yang maksimal.

IV. Cara Mengamalkan Puasa dan Tilawah Al-Qur’an Secara Optimal

Agar kita bisa mendapatkan keutamaan dari kedua ibadah ini, ada beberapa amalan yang bisa kita lakukan:

  1. Memperbanyak membaca Al-Qur’an setiap hari, minimal satu juz sehari agar bisa khatam dalam sebulan.
  2. Merenungi makna ayat-ayat yang dibaca, agar hati kita lebih dekat dengan Allah.
  3. Berusaha menjaga lisan dan perilaku selama berpuasa, karena puasa bukan hanya menahan lapar dan haus tetapi juga menjaga akhlak.
  4. Menghidupkan malam Ramadan dengan shalat Tarawih dan Qiyamullail, sebagaimana dicontohkan Rasulullah ﷺ.
  5. Mengajarkan anak-anak dan keluarga untuk mencintai Al-Qur’an, agar mereka tumbuh menjadi generasi yang cinta terhadap kitab suci ini.

Penutup

Hadirin yang dirahmati Allah, Marilah kita menjadikan bulan Ramadan sebagai momentum untuk meningkatkan ibadah, terutama dalam berpuasa dan membaca Al-Qur’an. Semoga Allah memberi kita kekuatan untuk mengamalkannya dengan istiqamah dan menerima segala amal ibadah kita. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

Wallahu a'lam bish-shawab.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

UWaS

Arti dan Syarat Doa Dikabulkan dalam Al-Qur'an dan Sunnah

 


Arti Doa dalam Islam

Doa secara bahasa berarti "seruan" atau "permohonan." Dalam Islam, doa adalah bentuk ibadah yang menunjukkan ketergantungan seorang hamba kepada Allah. Allah berfirman dalam Al-Qur'an:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ
"Dan Tuhanmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu."
(QS. Ghafir: 60)

Dalam hadis, Rasulullah ﷺ bersabda:

"الدُّعَاءُ هُوَ العِبَادَةُ"
"Doa itu adalah ibadah."
(HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)

Syarat Doa Dikabulkan

Agar doa dikabulkan, ada beberapa syarat yang disebutkan dalam Al-Qur'an dan Sunnah:

1. Ikhlas dalam Berdoa

Doa harus dilakukan dengan tulus hanya kepada Allah.

فَٱدْعُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ
"Maka berdoalah kepada Allah dengan ikhlas dalam beragama kepada-Nya."
(QS. Ghafir: 14)

2. Memiliki Keyakinan dan Tidak Tergesa-gesa

Rasulullah ﷺ bersabda:

"ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالْإِجَابَةِ"
"Berdoalah kepada Allah dengan penuh keyakinan bahwa doa itu akan dikabulkan."
(HR. At-Tirmidzi)

Juga, jangan tergesa-gesa dengan berkata:

"Aku sudah berdoa, tetapi tidak dikabulkan." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

3. Berdoa dengan Hati yang Khusyuk

Allah tidak menerima doa dari hati yang lalai. Rasulullah ﷺ bersabda:

"اعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لَاهٍ"
"Ketahuilah bahwa Allah tidak akan mengabulkan doa dari hati yang lalai dan lalai."
(HR. At-Tirmidzi)

4. Memakan dan Menggunakan yang Halal

Rasulullah ﷺ menyebutkan tentang seorang yang berdoa tetapi makanannya haram:

"Bagaimana mungkin doanya dikabulkan?" (HR. Muslim)

5. Tidak Berdoa untuk Keburukan

Allah tidak mengabulkan doa yang mengandung keburukan atau permusuhan.

"Seorang hamba akan senantiasa dikabulkan doanya, selama dia tidak berdoa untuk dosa atau memutus tali silaturahmi."
(HR. Muslim)

6. Mengiringi Doa dengan Amal Saleh

Salah satu cara doa lebih cepat dikabulkan adalah dengan memperbanyak amal baik, seperti sedekah, shalat, dan membantu sesama.

7. Berdoa di Waktu Mustajab

Beberapa waktu yang disebut mustajab:

  • Sepertiga malam terakhir
  • Saat sujud dalam shalat
  • Antara adzan dan iqamah
  • Hari Jumat (terutama sebelum Maghrib)

Kesimpulan

Doa dalam Islam adalah ibadah yang sangat dianjurkan. Agar doa dikabulkan, seseorang harus memenuhi syarat-syaratnya, seperti ikhlas, yakin, tidak tergesa-gesa, menggunakan rezeki halal, dan berdoa di waktu mustajab. Jika doa belum dikabulkan, mungkin Allah mengabulkannya dalam bentuk lain yang lebih baik.

Semoga bermanfaat!

UWaS

Mengapa Doa Kita Belum Dikabulkan Allah?

 


Banyak orang bertanya mengapa doa mereka belum dikabulkan oleh Allah, padahal mereka sudah berdoa dengan penuh harapan. Dalam Islam, doa adalah ibadah, dan Allah menjanjikan bahwa setiap doa akan dijawab, tetapi tidak selalu dalam bentuk yang kita harapkan. Berikut beberapa alasan mengapa doa kita belum dikabulkan:

1. Allah Mengabulkan dengan Cara yang Berbeda

Allah bisa mengabulkan doa dalam salah satu dari tiga cara:

  1. Memberikan apa yang kita minta secara langsung jika memang itu baik untuk kita.
  2. Menunda pengabulan hingga waktu yang lebih tepat.
  3. Mengganti doa tersebut dengan sesuatu yang lebih baik atau menghindarkan kita dari keburukan.

Rasulullah ﷺ bersabda:

"Tidaklah seorang muslim berdoa dengan doa yang tidak mengandung dosa atau pemutusan silaturahmi, kecuali Allah akan memberikan salah satu dari tiga hal: dikabulkan segera, disimpan sebagai pahala di akhirat, atau dihindarkan dari keburukan yang setara dengannya."
(HR. Ahmad)

2. Doa Kita Bisa Jadi Tertahan oleh Dosa

Salah satu penghalang doa adalah dosa yang kita lakukan. Dalam hadits, Rasulullah ﷺ menyebutkan seorang yang berdoa tetapi makanannya haram:

"Bagaimana mungkin doanya dikabulkan?" (HR. Muslim)

Dosa seperti memakan harta haram, berbuat zalim, atau meninggalkan kewajiban agama bisa menjadi penghalang doa kita.

3. Kurangnya Kesungguhan dan Khusyuk dalam Berdoa

Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai. Rasulullah ﷺ bersabda:

"Allah tidak akan mengabulkan doa dari hati yang lalai dan main-main."
(HR. At-Tirmidzi)

Ketika berdoa, kita harus benar-benar hadir dalam hati, memohon dengan penuh harap dan rendah diri kepada Allah.

4. Tergesa-Gesa dalam Mengharap Jawaban

Banyak orang mengeluh bahwa doanya tidak dikabulkan, padahal bisa jadi Allah sedang menguji kesabaran kita. Rasulullah ﷺ bersabda:

"Doa seorang hamba akan dikabulkan selama ia tidak tergesa-gesa, yaitu dengan berkata: 'Aku sudah berdoa, tetapi belum dikabulkan'."
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Kesabaran dalam berdoa adalah tanda keimanan.

5. Tidak Menjalankan Perintah Allah dengan Baik

Jika kita ingin doa dikabulkan, kita juga harus berusaha mendekatkan diri kepada Allah dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Allah berfirman:

"Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberinya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya."
(QS. At-Talaq: 2-3)

6. Waktu dan Cara Berdoa yang Kurang Tepat

Doa lebih mudah dikabulkan jika dilakukan di waktu-waktu mustajab seperti:

  • Sepertiga malam terakhir
  • Saat sujud dalam shalat
  • Antara adzan dan iqamah
  • Hari Jumat (terutama sebelum Maghrib)
  • Saat hujan turun

Selain itu, doa harus dilakukan dengan penuh keikhlasan, menggunakan bahasa yang baik, dan tidak berlebihan.

Kesimpulan

Jika doa kita belum dikabulkan, itu bukan berarti Allah tidak mendengar. Bisa jadi Allah sedang menundanya untuk waktu yang lebih baik, menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik, atau kita sendiri perlu memperbaiki diri agar doa kita lebih mudah diterima. Yang penting adalah terus berdoa dengan penuh harapan dan keyakinan kepada Allah.

Semoga Allah mengabulkan doa-doa kita. Aamiin.

Puasa Membentuk Generasi yang Mencintai Masjid

 


I. Puasa dalam Al-Qur’an dan Sunnah

Puasa adalah salah satu rukun Islam yang memiliki banyak keutamaan dan manfaat, baik secara spiritual maupun sosial.

1. Perintah Puasa dalam Al-Qur’an

Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
(QS. Al-Baqarah: 183)

Puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga membentuk karakter ketakwaan dan kesabaran.

2. Keutamaan Puasa dalam Hadis

Rasulullah ﷺ bersabda:

"Setiap amal kebaikan anak Adam akan dilipatgandakan pahalanya sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat, kecuali puasa. Allah berfirman: 'Puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya'."
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Puasa juga menjadi perisai dari perbuatan dosa dan neraka. Rasulullah ﷺ bersabda:

"Puasa adalah perisai. Jika salah seorang di antara kalian berpuasa, maka janganlah ia berkata kotor dan bertindak bodoh. Jika seseorang mencelanya atau mengajaknya bertengkar, hendaklah ia berkata: 'Aku sedang berpuasa'."
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Puasa membentuk pribadi yang sabar, berakhlak baik, dan lebih dekat kepada Allah.


II. Generasi yang Mencintai Masjid dalam Al-Qur’an dan Sunnah

1. Ciri Orang yang Mencintai Masjid dalam Al-Qur’an

Allah memuji orang-orang yang memakmurkan masjid:

إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ فَعَسَىٰ أُو۟لَـٰئِكَ أَن يَكُونُوا۟ مِنَ ٱلْمُهْتَدِينَ
"Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, serta mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapa pun) kecuali kepada Allah. Maka mereka itulah yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk."
(QS. At-Taubah: 18)

Masjid adalah pusat kehidupan umat Islam, tempat menimba ilmu, bersosialisasi, dan mendekatkan diri kepada Allah.

2. Keutamaan Orang yang Hatinya Tertaut ke Masjid dalam Hadis

Rasulullah ﷺ bersabda tentang tujuh golongan yang mendapat naungan Allah pada hari kiamat, salah satunya:

"Dan seseorang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid."
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Orang yang cinta masjid akan mendapatkan keberkahan dan ketenangan dalam hidupnya.

3. Menanamkan Cinta Masjid kepada Generasi Muda

Agar generasi muda mencintai masjid, beberapa langkah yang bisa dilakukan:

  • Mengajak anak-anak ke masjid sejak kecil seperti yang dilakukan Rasulullah ﷺ terhadap cucunya, Hasan dan Husain.
  • Membuat program menarik di masjid seperti kajian, kelas Al-Qur’an, dan kegiatan sosial.
  • Memberikan teladan dengan sering ke masjid karena anak-anak akan meniru kebiasaan orang tuanya.

Kesimpulan

Puasa dan kecintaan terhadap masjid memiliki keterkaitan erat dalam membentuk generasi yang bertakwa. Puasa melatih kedisiplinan dan ketakwaan, sementara masjid adalah tempat yang menguatkan iman. Jika sejak kecil seseorang dibiasakan mencintai puasa dan masjid, maka akan tumbuh generasi yang kuat dalam agama dan moralnya.

Semoga kita dan generasi setelah kita menjadi bagian dari orang-orang yang mencintai masjid dan menjalankan puasa dengan penuh keikhlasan. Aamiin. UWaS

Selasa, 25 Februari 2025

Sejarah Disyariatkannya Puasa Ramadhan Pertama Kali dan Aktualisasinya di Zaman Sekarang

Sejarah Disyariatkannya Puasa Ramadhan Pertama Kali dan Aktualisasinya di Zaman Sekarang

Puasa Ramadhan merupakan salah satu kewajiban yang ditetapkan dalam agama Islam. Namun, keberadaan puasa ini tidak hanya sekadar kewajiban ibadah semata, melainkan juga memiliki sejarah yang kaya serta relevansi yang kuat dalam konteks kehidupan masa kini.

Sejarah Disyariatkannya Puasa Ramadhan

Puasa Ramadhan pertama kali disyariatkan pada tahun kedua Hijriah setelah Hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah. Peristiwa ini terjadi setelah umat Muslim menerima wahyu dari Allah SWT yang memerintahkan mereka untuk menjalankan puasa selama bulan Ramadhan. Sejak saat itu, puasa Ramadhan menjadi salah satu dari lima rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh umat Muslim yang mampu secara fisik dan mental.

Aktualisasi di Zaman Sekarang

Meskipun berakar dari tradisi yang kuno, praktik puasa Ramadhan memiliki relevansi yang signifikan di era modern. Di zaman ini, puasa tidak hanya berfungsi sebagai ibadah ritual, tetapi juga sebagai wahana untuk meningkatkan disiplin diri, kesadaran sosial, dan empati terhadap sesama. Banyak umat Muslim yang menjalankan puasa Ramadhan juga melibatkan diri dalam kegiatan amal dan bersedekah, yang memperkuat nilai-nilai solidaritas dan kepedulian sosial di masyarakat.

Tantangan dan Solusi

Dalam menghadapi tantangan zaman modern, seperti jadwal kerja yang padat dan tekanan hidup yang tinggi, menjaga kualitas puasa Ramadhan dapat menjadi sebuah tantangan tersendiri. Namun, dengan kesadaran akan tujuan sebenarnya dari puasa ini, banyak umat Muslim yang berhasil mengatasi tantangan tersebut dengan mengatur pola hidup dan waktu dengan lebih bijak.

Kesimpulan

Sejarah disyariatkannya puasa Ramadhan pertama kali dan aktualisasinya di zaman sekarang menunjukkan betapa pentingnya nilai-nilai spiritual dan sosial yang terkandung di dalamnya. Puasa Ramadhan bukan sekadar tradisi kuno, tetapi juga sebuah praktik yang relevan dan penting untuk dipertahankan serta diperbarui nilai-nilainya sesuai dengan tuntutan zaman. Dengan memahami sejarahnya dan mengaktualisasikan nilai-nilainya, umat Muslim dapat menjadikan puasa Ramadhan sebagai sebuah kekuatan untuk membangun kehidupan yang lebih bermakna dan bermartabat di masa kini. UWaS


Perbedaan Puasa Nabi Muhammad SAW dengan Nabi-Nabi Sebelumnya

 


Perbedaan Puasa Nabi Muhammad SAW dengan Nabi-Nabi Sebelumnya

Puasa merupakan salah satu bentuk ibadah yang telah diwajibkan kepada umat-umat terdahulu sebelum Islam datang. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman:

"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183)

Ayat ini menunjukkan bahwa puasa bukanlah ibadah yang baru dalam Islam, tetapi juga telah diamalkan oleh para nabi sebelum Nabi Muhammad SAW. Namun, terdapat beberapa perbedaan dalam tata cara dan ketentuan puasa antara umat Nabi Muhammad SAW dan nabi-nabi sebelumnya.

1. Puasa Umat Nabi Muhammad SAW (Puasa Ramadhan)

Puasa yang disyariatkan kepada umat Nabi Muhammad SAW adalah puasa di bulan Ramadhan selama satu bulan penuh. Puasa ini memiliki aturan yang jelas, seperti:

  • Wajib dilakukan selama satu bulan penuh pada bulan Ramadhan.
  • Dimulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari.
  • Diperbolehkan makan dan minum di malam hari hingga waktu fajar.
  • Ada keringanan bagi orang yang sakit, musafir, lansia, dan wanita hamil atau menyusui.

Puasa ini menjadi salah satu rukun Islam dan memiliki pahala yang besar bagi yang menjalankannya dengan penuh keimanan dan keikhlasan.

2. Puasa Nabi-Nabi Sebelumnya

Berikut beberapa bentuk puasa yang dilakukan oleh nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad SAW:

a. Puasa Nabi Adam AS

Diriwayatkan bahwa Nabi Adam AS berpuasa setiap tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan hijriah (puasa Ayyamul Bidh). Puasa ini sebagai bentuk taubat beliau setelah diturunkan ke bumi.

b. Puasa Nabi Nuh AS

Nabi Nuh AS dikisahkan berpuasa sepanjang tahun. Sebagian riwayat menyebutkan bahwa beliau dan pengikutnya juga berpuasa ketika berada di dalam bahtera sebagai bentuk ketakwaan kepada Allah SWT.

c. Puasa Nabi Musa AS

Puasa Nabi Musa AS yang terkenal adalah puasa selama 40 hari di Gunung Sinai sebelum menerima wahyu dari Allah SWT (QS. Al-A'raf: 142). Puasa ini dilakukan sebagai persiapan spiritual untuk menerima kitab Taurat.

d. Puasa Nabi Daud AS

Puasa Nabi Daud AS adalah puasa yang paling istimewa karena Nabi Muhammad SAW sendiri menyebutkan bahwa puasa ini adalah puasa terbaik. Nabi Daud AS berpuasa selang-seling, yaitu sehari berpuasa dan sehari berbuka.

e. Puasa Nabi Isa AS

Disebutkan dalam beberapa riwayat bahwa Nabi Isa AS sering melakukan puasa panjang dan lebih banyak mengonsumsi makanan sederhana seperti sayur dan buah-buahan. Puasa ini menunjukkan kesederhanaan dan menjauhkan diri dari kemewahan dunia.

Perbedaan Utama

Berikut beberapa perbedaan mendasar antara puasa umat Nabi Muhammad SAW dan nabi-nabi sebelumnya:

Aspek Puasa Nabi Muhammad SAW Puasa Nabi-Nabi Sebelumnya
Durasi Satu bulan penuh di Ramadhan Beragam (sepanjang tahun, 40 hari, selang-seling, dll.)
Waktu Berbuka Dari fajar hingga maghrib, malam boleh makan Beberapa umat terdahulu tidak boleh makan setelah tidur
Kewajiban Wajib bagi Muslim yang mampu Beberapa puasa hanya untuk nabi dan orang tertentu
Keringanan Ada keringanan bagi orang sakit, musafir, dll. Tidak semua nabi memiliki aturan keringanan
Jenis Puasa Sunnah Ada banyak macam seperti puasa Senin-Kamis, Ayyamul Bidh, dll. Banyak nabi yang memiliki puasa khusus sesuai syariat mereka

Kesimpulan

Puasa telah menjadi bagian dari ibadah sejak zaman nabi-nabi terdahulu. Namun, Islam menyempurnakan ajaran puasa dengan menjadikannya ibadah yang lebih fleksibel dan penuh kasih sayang. Nabi Muhammad SAW membawa syariat puasa yang lebih teratur, seimbang, dan memberikan kemudahan bagi umatnya. Dengan memahami perbedaan ini, kita dapat semakin bersyukur atas rahmat Islam yang memudahkan umatnya dalam menjalankan ibadah.

Semoga kita semua diberikan kekuatan dan keikhlasan dalam menjalankan ibadah puasa dengan penuh keimanan. Aamiin. UWaS

Senin, 24 Februari 2025

RT 02 Ekor Lubuk Jelang Ramadhan Gelar Wirid Pengajian

RT 2 Ekor Lubuk Jelang Ramadhan Gelar Wirid Pengajian

Padang Panjang, Sabtu, 22 Februari 2025 M/23 Sya'ban 1446 H – Warga RT 02 Ekor Lubuk Padang Panjang berkumpul dalam acara pengajian dan wirid menyambut bulan suci Ramadhan bertempat di Rumah Ketua RT 02 Ekor Lubuk, Mulyanis. Acara diisi dengan taushiyyah oleh Ust. Wahyu Salim Mais, Penyuluh Agama Islam Kota Padang Panjang, bertema "Tarhib Ramadhan: Kiat Sukses Ramadhan," berhasil menarik perhatian 54 kepala keluarga (KK) dari lingkungan tersebut.

Ketua RT 02 Ekor Lubuk, Mulyanis, menjelaskan bahwa tujuan dari acara ini adalah untuk mempererat silaturrahim antarwarga RT serta memberikan siraman rohani menjelang Ramadhan 1446 H yang akan segera tiba.

Wahyu dalam taushiyyah menyampaikan beberapa kiat sukses ramadhan 1446 H sehingga menjadi ramadhan terbaik dalam sejarah hidup kita, dengan "TIPS 7 SIAP".

Pertama Siapkan Spiritual dengan menguatkan tekad dengan menyusun rencana program dan target dengan niat ikhlas semata-mata mengharapkan ridha Allah SWT dengan hati gembira;

Kedua Siapkan Ilmu dengan kembali mengkaji Fiqh Ramadhan terkait makna dan hakikat Ramadhan, Rukun, Hal Yang membatalkan, Hal Yang Merusak Pahala Puasa, Amalan yang disunnahkan;

Ketiga Siapkan Harta untuk dikeluarkan di jalan Allah baik dalam bentuk wakaf, zakat atau infak sedekah dari harta yang diperoleh dengan jalan yang HALAL;

Keempat Siapkan Fisik menjaga kesehatan, makanan dan waktu istirahat yang seimbang agar kuat ibadah siang dan malam;

Kelima Siapkan Keluarga, yaitu siapkan keluarga untuk beribadah bersama-sama menjalin keharmonisan, kesatuan hati dan keluarga sakinah seperti makan sahur dan berbuka bersama, ke masjid bersama, tarawih bersama, tadarrus bersama; 

Keenam Siapkan Sosial dengan meningkatkan rasa empati kepada fakir miskin, tetangga, orang tua sanak famili, orang kampung dan kaum muslimin umumnya sehingga terjalin persatuan dan kesatuan dan semangat gotong royong; dan

Terakhir Ketujuh Siapkan Do'a Terbaik untuk keselamatan diri, keluarga dan kaum muslimin, bangsa dan negara karena banyaknya waktu-waktu mustajab  dikabulkannya do'a oleh Allah SWT.

Acara berlangsung meriah dengan diakhiri makan bersama dan arisan RT sebagai wujud kebersamaan dan syukur atas akan datangnya Ramadhan.

KHUTBAH JUM'AT: Dimensi Spiritual, Ekonomi, dan Sosial dalam Puasa Ramadhan

 


KHUTBAH JUM'AT
Dimensi Spiritual, Ekonomi, dan Sosial dalam Puasa Ramadhan

 

Di Masjid Hidayatussalam, 21 Februari 2025

Ust. Wahyu Salim Mais

 

Khutbah Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.

 يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.

أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.

Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Alhamdulillah, kita akan memasuki bulan suci Ramadhan, bulan yang penuh berkah, rahmat, dan ampunan dari Allah yang kita sambut dengan hati gembira karena Ramadhan adalah bulan mulia yang banyak keistimewaan dan keutamaannya.

Dalam kesempatan khutbah kali ini, kita akan membahas Dimensi Spiritual, Ekonomi, dan Sosial dalam Puasa Ramadhan.

1. Dimensi Spiritual Puasa Ramadhan

Puasa merupakan ibadah yang memiliki dimensi spiritual yang sangat tinggi. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183)

Puasa mendidik kita untuk menjadi pribadi yang bertakwa, mengendalikan hawa nafsu, dan meningkatkan hubungan kita dengan Allah. Dalam hadis, Rasulullah bersabda:

"Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari sisi spiritual, puasa mengajarkan kita kesabaran, keikhlasan, dan kejujuran karena hanya Allah yang mengetahui apakah seseorang benar-benar berpuasa atau tidak.

2. Dimensi Ekonomi dalam Puasa Ramadhan

Puasa tidak hanya berdampak pada sisi spiritual, tetapi juga membawa manfaat ekonomi yang besar. Di antaranya adalah:

1.     Mengajarkan Hidup Sederhana
Dengan menahan diri dari makan dan minum, kita belajar untuk hidup hemat dan tidak boros. Rasulullah bersabda:

"Tidaklah anak Adam memenuhi suatu wadah yang lebih buruk daripada perutnya." (HR. Tirmidzi)

2.     Meningkatkan Keberkahan dalam Ekonomi
Ramadhan adalah bulan di mana umat Islam banyak bersedekah dan berbagi dengan sesama. Allah berfirman:

"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir tumbuh seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki." (QS. Al-Baqarah: 261)

3.     Meningkatkan Perputaran Ekonomi
Ramadhan juga membawa berkah dalam perekonomian, di mana terjadi peningkatan transaksi perdagangan, terutama dalam bidang makanan, pakaian, dan zakat. Hal ini menunjukkan bahwa puasa tidak menghambat aktivitas ekonomi, tetapi justru mendorongnya dengan cara yang lebih berkah.

3. Dimensi Sosial dalam Puasa Ramadhan

Puasa juga memiliki dampak sosial yang luar biasa, di antaranya:

1.     Menumbuhkan Rasa Empati terhadap Sesama
Dengan berpuasa, kita merasakan lapar dan haus sebagaimana yang dirasakan oleh orang-orang miskin. Ini mendorong kita untuk lebih peduli dan membantu sesama.

2.     Meningkatkan Solidaritas Sosial
Selama Ramadhan, umat Islam lebih sering berkumpul dalam ibadah seperti shalat tarawih, berbuka puasa bersama, dan membayar zakat. Hal ini memperkuat persaudaraan dan kepedulian antar sesama.

3.     Menjaga Keharmonisan Masyarakat
Ramadhan mengajarkan kita untuk menahan amarah, menghindari perkataan yang buruk, dan memperbanyak amal shaleh. Rasulullah bersabda:

"Jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa, maka janganlah ia berkata kotor dan janganlah berbuat kebodohan. Jika ada seseorang yang mencacinya atau mengajaknya berkelahi, hendaklah ia mengatakan, 'Aku sedang berpuasa.'" (HR. Bukhari dan Muslim)

Jama’ah Jum’at yang dimuliakan Allah,

Marilah kita manfaatkan bulan Ramadhan ini untuk meningkatkan ketakwaan kita, memperbaiki perekonomian kita dengan keberkahan, serta mempererat hubungan sosial dengan sesama. Semoga Allah menerima ibadah puasa kita dan menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang bertakwa.

بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم، ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم، وتقبل مني ومنكم تلاوته، إنه هو السميع العليم.

 

 

 

 

 

 

Khutbah Kedua

Muqaddimah

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ نَوَّرَ قُلُوْبَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِالْمَعْرِفَةِ فَاطْمَأَنَّتْ قُلُوْبُهُمْ بِالتَّوْحِيْدِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي اْلأَرْضِ وَهُوَ الرَّقِيْبُ الْمَجِيْدُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ أَنَارَ الْوُجُوْدَ بِنُوْرِ دِيْنِهِ وَشَرِيْعَتِهِ إِلَى يَوْمِ الْوَعِيْدِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ إِلَى يَوْمِ الْمَوْعُوْدِ.

أَمَّا بَعْدُ؛

أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.

قَال اللهَ تَعَالَى:

وَالْعَصْرِۙ

اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ

اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ࣖ

{إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

 اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ.

 رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَأَقِمِ الصَّلاَةَ.

 

عباد الله، إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ.

أَقِمُوا الصَّلَاةَ.

 


Jumat, 21 Februari 2025

SAMBUT RAMADHAN: FKUB Kunjungi & Edukasi SD Fransiscus

 


Padang Panjang, 21 Februari 2025 - Hari Jumat ini, suasana keceriaan dan pembelajaran harmoni antar umat beragama terasa begitu kental di SD Fransiscus. Acara spesial ini diselenggarakan oleh Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Padang Panjang, yang dipimpin oleh Ketua Ade Shehabuddin dan Sekretaris Syaiful Arifin, didampingi oleh Tim Relawan Moderasi yang terdiri dari Wahyu Salim dan Frytha Nery PZ. Ini sudah merupakan putaran ke-4 kerjasama FKUB dengan SD Fransiscus.

Kunjungan ini tidak hanya sekadar kunjungan biasa, melainkan momentum untuk mengedukasi anak-anak SD Fransiscus tentang pentingnya kerukunan antar umat beragama, khususnya dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Kepala Sekolah, Buk Nel, beserta guru-guru dengan penuh antusias menyambut kedatangan mereka. Begitu juga dengan anak didik menampilkan berbagai bakat minat dan yel-yel sekolah dengan penuh semangat dan tertib seperti lagu mars dan ice breacing yang menarik.

Ade Shehabuddin secara khusus memberikan apresiasi atas kerja sama yang telah terjalin antara FKUB dan SD Fransiscus, yang telah memberikan dampak positif dalam menanamkan nilai-nilai kerukunan dan toleransi sejak dini. Syaiful Arifin turut memberikan motivasi melalui bentuk lagu-lagu tentang kerukunan, yang membuat suasana semakin meriah.

Acara dilanjutkan dengan kegiatan Penguatan Pembangunan Kerukunan dengan tema "Membangun Kerukunan antar Umat Beragama dalam Suasana Ramadhan", yang dipimpin oleh Wahyu Salim dan didampingi oleh Frytha. Wahyu dengan penuh semangat menjelaskan makna dan arti kerukunan umat beragama, terutama dalam konteks menyambut puasa Ramadhan. Ia memberikan contoh konkret tentang bagaimana kerukunan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik di masyarakat, sekolah, maupun di tempat kerja.
  • Di Lingkungan Masyarakat:
    • Gotong royong menyiapkan buka puasa bersama tanpa membedakan agama.
    • Menjaga ketertiban saat umat Islam menjalankan ibadah tarawih.
    • Ikut serta dalam kegiatan sosial seperti pembagian sembako bagi yang membutuhkan.
  • Di Sekolah:
    • Mengadakan kegiatan edukasi tentang toleransi beragama.
    • Memberikan pemahaman kepada siswa untuk saling menghormati saat teman-teman mereka sedang berpuasa.
  • Di Tempat Kerja:
    • Penyesuaian jadwal kerja bagi karyawan Muslim yang menjalankan puasa.
    • Rekan kerja non-Muslim memahami kondisi umat Islam yang berpuasa dan memberikan dukungan moral.

Tidak hanya itu, acara ini juga diselingi dengan pemutaran film yang menggambarkan potret toleransi selama bulan puasa Ramadhan, di mana umat beragama saling berbagi takjil kepada sesama umat Muslim dan antar umat beragama yang sedang berbuka puasa. Hal ini sebagai bentuk nyata bagaimana toleransi bisa mempererat tali persaudaraan di antara beragam latar belakang keagamaan.

Sebagai penyemangat, FKUB juga menyelenggarakan berbagai quiz dengan hadiah-hadiah menarik, yang semakin memeriahkan suasana. Acara ini tidak hanya menjadi momen edukasi, tetapi juga perayaan akan keberagaman yang menjadi kekuatan bersama dalam membangun masyarakat yang damai dan harmonis.

Dengan demikian, kunjungan dan edukasi ini tidak hanya memberi manfaat saat ini, tetapi juga menanamkan nilai-nilai yang akan membawa dampak positif jangka panjang bagi generasi mendatang. (UWaS)


Senin, 17 Februari 2025

Penyuluh Agama Jadi Pembina Upacara, Bakar Semangat Murid SDN 6 Padang Panjang Timur

 



Penyuluh Agama Jadi Pembina Upacara, Bakar Semangat Murid Sekolah Dasar

Padang Panjang, 17 Februari 2025 – Upacara bendera di SDN 6 Padang Panjang Timur, Kelurahan Ekor Lubuk, terasa lebih berkesan dengan kehadiran Wahyu Salim, Penyuluh Agama Islam Kantor Kementerian Agama Kota Padang Panjang, sebagai pembina upacara. Dalam amanatnya, Wahyu Salim menyampaikan motivasi yang membakar semangat para siswa untuk meraih kesuksesan dengan ilmu, akhlak, dan bakti kepada orang tua.

“Saya sangat bersyukur atas kesempatan ini untuk bersilaturrahim dan berbagi motivasi dengan anak-anak SDN 6 Padang Panjang Timur. Masa depan kalian cerah, dan kuncinya adalah menyiapkan diri dengan ilmu dan karakter yang baik,” ujar Wahyu Salim di hadapan para siswa yang berdiri dengan penuh perhatian.

Dalam pesannya, Wahyu menyampaikan tiga kiat praktis menuju kesuksesan. Pertama, ia menekankan pentingnya menuntut ilmu setinggi mungkin, sebagaimana dalam sabda Nabi Muhammad SAW, “Siapa yang ingin kebahagiaan hidup di dunia, hendaklah bekali diri dengan ilmu. Siapa yang ingin kebahagiaan akhirat, hendaklah dengan ilmu. Siapa yang ingin kedua-duanya, hendaklah bekali diri dengan ilmu.”

Kedua, Wahyu mengingatkan para siswa tentang pentingnya berbakti kepada orang tua. “Balaslah keringat, darah, dan air mata orang tua dengan akhlak serta nilai yang baik. Dengan begitu, semua lelah mereka akan berubah menjadi bahagia dan Lillah,” tuturnya penuh haru.

Ketiga, ia menegaskan bahwa ilmu tanpa akhlak tidak akan membawa manfaat. “Betapa banyak orang berilmu, tapi jatuh dalam kehinaan karena tidak memiliki karakter yang baik. Kita bisa melihat banyak contoh pejabat tinggi yang akhirnya dipenjara karena kasus korupsi,” katanya mengingatkan.

Pesan yang disampaikan Wahyu Salim mendapat sambutan hangat dari para siswa dan guru. Kepala SDN 6 Padang Panjang Timur Netty didampingi Guru PAI Hendri Faisal menyampaikan apresiasi atas kehadiran dan motivasi yang diberikan, berharap pesan-pesan yang disampaikan dapat tertanam dalam hati dan pikiran para siswa.

Dengan semangat yang baru, diharapkan para siswa SDN 6 Padang Panjang Timur semakin termotivasi untuk belajar lebih giat, berbakti kepada orang tua, serta menjaga akhlak dan karakter sebagai bekal untuk masa depan yang lebih baik.

Selanjutnya kegiatan dilanjutkan dengan penyuluhan moderasi di mushalla, khusus kelas IV, V dan VI bertempat di Mushalla Komplek Sekolah. Kegiatan ini untuk menggugah para siswa untuk menjaga kerukunan dan menanamkan nilai toleransi sedini mungkin. Acara ditutup dengan poto bersama dan yel-yel kerukunan.

Penyuluhan Moderasi di SMP 3 Padang Panjang: Perkuat Generasi Rukun Thaat Cerdas Moderat dan Berkarakter






 Padang Panjang, 14 Februari 2025 - Wahyu Salim, seorang Penyuluh Agama Islam dan relawan moderasi di Kota Padang Panjang, menggelar acara penyuluhan moderasi yang menginspirasi di SMP 3 Padang Panjang. Acara ini bertujuan untuk memperkuat generasi muda dalam memahami pentingnya moderasi dalam kehidupan beragama dan berbangsa.

Dalam penyuluhan yang dihadiri oleh siswa-siswi SMP 3, Wahyu Salim menyoroti kekayaan Indonesia sebagai bangsa multikultural yang memperkaya khazanah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). "Kita hidup dalam masyarakat yang beragam, dan itu adalah kekayaan yang harus dijaga bersama," ujar Wahyu Salim.

Pentingnya toleransi, yang merupakan salah satu pilar kebangsaan, juga menjadi fokus utama dalam penyuluhan ini. Wahyu Salim menjelaskan bahwa moderasi beragama tidak hanya tentang menghormati perbedaan, tetapi juga tentang membangun sikap saling menghargai dan bertoleransi dalam kehidupan sehari-hari.

Acara dilanjutkan dengan pemutaran film yang menggambarkan nilai-nilai moderasi dan pembagian doorprize bagi para peserta. Suarman, S.Pd selaku Kepala SMP 3, mengungkapkan rasa terima kasih dan syukurnya atas kunjungan Wahyu Salim dan tim relawan moderasi. "Penyuluhan ini memberikan pencerahan yang sangat berharga bagi anak-anak kami dalam memahami pentingnya hidup berdampingan dengan damai," ucap Suarman.

Sebelumnya, Wahyu Salim memberikan taushiyyah dihadapan siswa-siswi dan guru dan tenaga pendidikan tentang pentingnya menuntut ilmu pengetahuan dan kiat-kiat praktis sukses menjalankan ibadah puasa ramadhan 1446 H yang sebentar lagi akan tiba. Dengan antusiasme tinggi, siswa-siswi SMP 3 Padang Panjang menyambut baik kegiatan muhadharah yang menginspirasi ini, yang tidak hanya memberikan pengetahuan baru tetapi juga memperkuat semangat beragama, kebangsaan dan keberagaman.