Jumat, 16 Mei 2025

Ketentuan Pembagian Harta Warisan dalam Al-Qur'an dan Sunnah

 

Padang Panjang, Pembagian harta warisan dalam Islam diatur secara rinci dalam Al-Qur'an, khususnya dalam Surah An-Nisa' ayat 11, 12, dan 176. Ketentuan ini juga diperjelas oleh Sunnah Nabi Muhammad ﷺ dan para ulama melalui ijma' (konsensus) dan qiyas (analogi hukum).

1️⃣ Ahli Waris dalam Islam

Ahli waris dalam Islam terbagi menjadi tiga kelompok utama:

  1. Dzawil Furudh (Ashabul Furudh): Ahli waris yang memiliki bagian tetap (seperti setengah, sepertiga, seperempat, dll.), misalnya:

    • Suami, Istri, Ibu, Ayah, Anak perempuan, dan Saudara perempuan.

  2. Ashabah: Ahli waris yang menerima sisa setelah bagian Ashabul Furudh dibagikan, seperti:

    • Anak laki-laki, Saudara laki-laki, dan Kakek (jika ayah sudah tiada).

  3. Dzawil Arham (Kerabat jauh): Ahli waris yang baru mendapatkan warisan jika tidak ada Ashabul Furudh dan Ashabah, seperti:

    • Cucu dari anak perempuan, keponakan dari saudara perempuan, dll.

2️⃣ Bagian Masing-masing Ahli Waris

Berikut adalah bagian masing-masing ahli waris menurut Al-Qur'an dan Sunnah:

  • Suami: 1/2 jika tidak ada anak, 1/4 jika ada anak.

  • Istri: 1/4 jika tidak ada anak, 1/8 jika ada anak.

  • Anak laki-laki dan perempuan: Anak laki-laki mendapat 2 kali bagian anak perempuan.

  • Ayah: 1/6 jika ada anak, sisa jika tidak ada anak.

  • Ibu: 1/6 jika ada anak atau dua saudara, 1/3 jika tidak ada anak atau saudara.

3️⃣ Cara Membagi Harta Warisan

Langkah-langkah praktis dalam pembagian warisan:

  1. Pelunasan Hutang dan Wasiat:

    • Sebelum warisan dibagi, seluruh hutang pewaris harus dilunasi. Wasiat maksimal 1/3 dari total harta.

  2. Menentukan Ahli Waris yang Berhak:

    • Identifikasi ahli waris yang masih hidup pada saat pewaris wafat.

  3. Pembagian Berdasarkan Nisbah:

    • Gunakan perhitungan sesuai dengan bagian yang telah ditetapkan.

  4. Penyelesaian Sisa (Jika Ada):

    • Jika ada sisa setelah dibagikan kepada Ashabul Furudh, sisa itu diberikan kepada Ashabah.

  5. Penyelesaian Konflik (Jika Terjadi):

    • Jika terdapat perselisihan, penyelesaian dapat dilakukan melalui musyawarah keluarga atau pengadilan syariah.

Contoh Kasus Pembagian Warisan:

Seorang pria meninggal dunia, meninggalkan:

  • Istri

  • 1 anak laki-laki

  • 1 anak perempuan

  • Ibu

Langkah pembagian:

  1. Istri mendapatkan 1/8 karena ada anak.

  2. Ibu mendapatkan 1/6.

  3. Sisa dibagi dengan perbandingan 2:1 antara anak laki-laki dan perempuan.

UWaS

Jumat, 09 Mei 2025

TUNTUNAN BAGAIMANA BERJUM'AT YANG BAIK & SEMPURNA

KHUTBAH JUM'AT
MASJID NURUL FURQAN TPL

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

الْحَمْدُ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، أَمَّا بَعْدُ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أُوصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ، أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِينَ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

أَمَّا بَعْدُ، فَأَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، أَمَّا بَعْدُ

فَأَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أَوْصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ، فَإِنَّ تَقْوَى اللَّهِ تَعَالَى زِيَادَةٌ فِي كُلِّ خَيْرٍ وَتَحْصِيلٌ لِكُلِّ نَعِيمٍ، أَيُّهَا الْمُسْلِمُونَ، أَوْصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ الَّتِي تُدْخِلُكُمْ الْجَنَّةَ وَتُنَجِّيكُمْ مِنَ النَّارِ، فَأَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِينَ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، أَوْصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ، فَإِنَّ تَقْوَى اللَّهِ تَعَالَى زِيَادَةٌ فِي كُلِّ خَيْرٍ وَتَحْصِيلٌ لِكُلِّ نَعِيمٍ، أَيُّهَا الْمُسْلِمُونَ، أَوْصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ الَّتِي تُدْخِلُكُمْ الْجَنَّةَ وَتُنَجِّيكُمْ مِنَ النَّارِ، فَأَسْتَحْيِي إِنْ تَقُولُوا إِنِّي خَائِفٌ لَكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ، أَيُّهَا الْمُسْلِمُونَ، فَأَسْأَلُكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ أَنْ تُسَمِّعُونِي وَتُسَمِّعُونَ مَا أَقُولُ، وَأَنْ تُطِيعُونَ وَأَنْ تُصَلُّوا بِمَا تُؤْمَرُونَ

أَمَّا بَعْدُ، فَأَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِن 

Khutbah Pertama

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar…

Segala puji hanya milik Allah ﷻ, Tuhan semesta alam, yang telah memuliakan umat Islam dengan hadirnya hari Jumat sebagai penghulu segala hari. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah ﷺ, suri teladan dalam setiap aspek kehidupan, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umat yang setia mengikuti ajarannya hingga akhir zaman.

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah…

Hari ini kita berada pada hari yang penuh berkah, hari yang agung di sisi Allah, yaitu hari Jumat. Allah ﷻ berfirman dalam Surat al-Jumu'ah ayat 9, yang artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk melaksanakan shalat pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. al-Jumu'ah: 9)

Dari ayat ini, Allah memerintahkan kita untuk segera memenuhi panggilan shalat Jumat, meninggalkan segala bentuk kesibukan dunia, baik itu perdagangan, pekerjaan, maupun aktivitas lainnya. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya Jumat di sisi Allah ﷻ.

Rasulullah ﷺ juga bersabda:

“Barang siapa yang mandi pada hari Jumat, bersuci semampunya, memakai pakaian terbaiknya, dan mendatangi masjid tanpa melangkahi orang, lalu shalat sesuai tuntunannya, dan mendengarkan khutbah dengan penuh perhatian, maka diampuni dosa-dosanya antara Jumat itu dan Jumat sebelumnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Jamaah yang dirahmati Allah…

Di antara adab-adab yang perlu kita perhatikan dalam melaksanakan Jumat adalah:

  1. Segera Berangkat ke Masjid

    • Bersegera menuju masjid untuk mendapatkan keutamaan, karena malaikat mencatat orang-orang yang lebih dahulu hadir di masjid.

  2. Mandi pada Hari Jumat

    • Rasulullah ﷺ bersabda: “Mandi pada hari Jumat adalah wajib bagi setiap orang yang telah baligh.” (HR. Bukhari dan Muslim)

  3. Memakai Pakaian Terbaik dan Wangi-Wangian

    • Rasulullah ﷺ menyukai umatnya tampil rapi dan wangi pada hari Jumat.

  4. Memotong Kuku dan Membersihkan Diri

    • Sunnah untuk menjaga kebersihan sebelum menunaikan shalat Jumat.

  5. Memperbanyak Shalawat kepada Nabi ﷺ

    • “Perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari Jumat, karena shalawat kalian disampaikan kepadaku.” (HR. Abu Dawud)

Semoga kita termasuk golongan yang memperhatikan dan mengamalkan sunnah-sunnah tersebut.

Khutbah Kedua

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar…

Segala puji bagi Allah ﷻ yang telah memberikan kita kesempatan untuk melaksanakan shalat Jumat pada hari ini. Marilah kita bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benar takwa dan tidak mati kecuali dalam keadaan Islam.

Jamaah yang dirahmati Allah…

Pada kesempatan ini, marilah kita berintrospeksi diri, apakah selama ini kita telah memenuhi panggilan Jumat dengan sungguh-sungguh? Apakah kita masih lalai, berbicara, atau bahkan sibuk dengan telepon genggam saat khutbah berlangsung? Ketahuilah bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

“Barang siapa yang berbicara pada saat imam sedang berkhutbah, maka sia-sialah pahalanya.” (HR. Muslim)

Termasuk dalam hal ini adalah bermain HP, mengobrol, dan melakukan hal-hal yang mengganggu kekhusyukan. Marilah kita menjaga adab-adab tersebut agar Jumat kita sempurna di sisi Allah ﷻ.

Ya Allah, jadikan kami hamba-hamba-Mu yang senantiasa memuliakan hari Jumat, menjaga adab-adabnya, dan meraih keberkahan darinya. Ampunilah dosa-dosa kami, dosa kedua orang tua kami, dan dosa kaum Muslimin. Aamiin ya Rabbal 'Alamiin.

Akhirul Kalam, Aqimush Shalah…

Kamis, 01 Mei 2025

Hakikat Cinta dalam Islam

Hakikat Cinta dalam Islam

Dalam Islam, cinta bukan sekadar perasaan sesaat atau emosi romantis. Sejatinya Cinta adalah energi ruhani yang menggerakkan manusia untuk taat, berbuat baik, dan mendekat kepada Allah, menjauhkan diri dari segala yang membuat hati semakin jauh dari Allah seperti maksiat & dosa. Melakukan sesuatu yang disenangi oleh yang dicintainya dan tidak melakukan sesuatu yang dibenci atau tidak disukainya.

Prinsip dasarnya:

  1. Cinta bermula dari Allah – Allah adalah sumber cinta (Al-Wadud, Maha Mencintai).

  2. Cinta harus membawa kepada kebaikan, bukan sekadar nafsu.

  3. Cinta itu amanah dan ibadah, bukan sekadar hiburan hati.

Beberapa Hakikat Cinta dalam Islam:

  • Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya adalah cinta tertinggi.
    Rasulullah SAW bersabda:

    "Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga aku lebih ia cintai daripada anaknya, orang tuanya, dan seluruh manusia."
    (HR. Bukhari dan Muslim)

  • Cinta yang murni itu menghidupkan jiwa, bukan menghancurkan akhlak.
    Cinta yang benar akan membuat seseorang lebih taat, lebih rendah hati, dan lebih bersyukur.

  • Cinta sejati bukan sekadar 'aku suka kamu', tapi 'aku ingin bersamamu menuju surga'.
    Sehingga dalam hubungan manusia (seperti pernikahan), cinta dibingkai dengan iman dan tanggung jawab.

  • Cinta kepada sesama muslim adalah bukti keimanan.
    Nabi SAW bersabda:

    "Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman hingga kalian saling mencintai."
    (HR. Muslim)

  • Cinta dalam Islam itu bersih dari kekerasan, maksiat, dan pengkhianatan.
    Karena cinta sejati itu menjaga, bukan merusak. UWaS

BIMLUH DI RUTAN DITUTUP DENGAN DO'A BERSAMA

 



DOA TAUBAT MASSAL PENGHUNI PENJARA

(Versi Emosional dan Menyentuh Hati)

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Ya Allah, ya Tuhan kami...
Kami datang kepada-Mu hari ini, dengan hati yang compang-camping,
Dengan jiwa yang penuh luka,
Dengan dosa-dosa yang tak mampu kami hitung...

Ya Allah,
Seberapa banyak malam yang telah kami sia-siakan?
Seberapa banyak nikmat-Mu yang kami dustakan?
Seberapa sering Engkau memanggil kami,
Tetapi kami berpaling,
Kami abaikan, kami tinggalkan...

Ya Allah,
Hari ini kami malu...
Malu atas hidup yang kami kotori dengan maksiat,
Malu atas janji-janji yang dulu pernah kami ucapkan, tapi kami khianati sendiri...
Kami terpenjara, ya Allah,
Bukan hanya oleh tembok,
Tapi oleh dosa,
Oleh kelalaian,
Oleh kebodohan kami sendiri.

Ya Allah,
Jika bukan karena kasih sayang-Mu, apa lagi yang bisa menyelamatkan kami?
Jika bukan karena pintu taubat-Mu,
Kami hanyalah orang-orang yang binasa...

Maka pada hari ini, ya Allah,
Di tempat yang penuh pengharapan ini,
Kami sujud kepada-Mu,
Kami menangis kepada-Mu,
Kami mohon... ampunilah kami.

Ampuni setiap air mata yang pernah jatuh dalam kehinaan,
Ampuni setiap langkah yang membawa kami menjauh dari-Mu,
Ampuni setiap luka yang kami tinggalkan di hati orang-orang yang kami cintai...

Ya Allah,
Engkau tahu, hati ini ingin berubah.
Hati ini ingin kembali.
Hati ini ingin Kau bersihkan dengan rahmat-Mu...

Ya Allah,
Jangan biarkan kami keluar dari tempat ini kecuali Engkau telah mengampuni kami,
Kecuali Engkau telah memperbarui hidup kami,
Menjadikan kami hamba-hamba-Mu yang taat,
Yang rendah hati,
Yang istiqamah di jalan-Mu.

Ya Allah,
Pegang tangan kami...
Jangan lepaskan kami dalam gelap...
Tuntun kami menuju cahaya-Mu...
Hingga akhir hayat kami, dalam keadaan husnul khatimah.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ.

Ya Allah,
Terimalah taubat kami,
Tetapkan kami dalam keimanan,
Lindungi kami dari kembali jatuh dalam maksiat,
Sampai saat Kau panggil kami, dalam keadaan Engkau ridha kepada kami...

آمِين، يَا رَبَّ العَالَمِينَ.