Selasa, 07 September 2021

Seri Cerita Kerukunan: Kisah Sang Komandan

Pada saat  melakukan kegiatan bimbingan penyuluhan ke berbagai lokasi binaan, Uwas (sebutan populer nama saya, singkatan dari Ustadz Wahyu Salim) sering bertemu dengan berbagai lapisan masyarakat, baik itu pejabat, tokoh agama, tokoh adat, pelajar maupun masyarakat umum. 

Suatu kali saat Uwas berada di kantor lurah, ia melakukan pembicaraan dengan pejabat kelurahan terkait tugas-tugas kepenyuluhan yang bisa dikerjasamakan dengan program kegiatan yang ada di kelurahan, antara lain lingkar sakinah ataupun kampung kerukunan. 

Uwas melihat seorang bapak-bapak datang berkunjung ke kelurahan, wajah sang bapak terasa  familiar bagi Uwas tapi entah kapan bertemu atau dalam kegiatan apa, Uwas belum menyadarinya.
Filing Uwas sudah pernah berjumpa sebelumnya, ia perhatikan sang bapak sedikit demi sedikit,  Uwaspun yang merasa yakin  pernah melihat  sang bapak langsung menyapa terlebih dahulu:

"Assalamu'alaikum Wr Wb komandan..." sapa Uwas sambil mengangkat tangan sikap hormat.
"Wa'alaikumussalam Wr Wb...", jawab Si Bapak.
"Apa kabar Ndan..?", lanjut Uwas.
dengan tenang Si Bapak menjawab: "Alhamdulillah sehat". Masih tampak kesan ketegasan dari suara dan gerakannya. 
Kami pun mempersilahkan si bapak duduk dan bergabung dalam pembicaraan kami, Uwaspun melanjutkan lagi beberapa program lain seperti pemberantasan buta huruf Al-Qur'an. Si Bapak sempat ikut nimbrung menyampaikan keinginannya untuk mengundang Uwas mengisi kegiatan pengajian di masjid dekat tempat tinggalnya.

Setelah pembicaraan pokok selesai kemudian dilanjutkan bincang-bincang ringan, Uwas mengarah kepada Sang Bapak seraya berkata:
"Bapak Brimob kan...?" tanya Uwas.
"Ya benar" katanya sambil balik bertanya:
"Lai tahu yo..." pakai bahasa minang. Maksudnya Uwas mengetahui keberadaannya sebagai pensiunan brimob. Uwas menanggapi dan membenarkan karena sering melihat si Bapak memimpin pasukan saat upacara bendera hari besar nasional dan kegiatan pertemuan di tingkat kota. Maka wajar Uwas memanggilnya komandan .

Ternyata bapak ini ketua RT, sebut saja namanya Sang Komandan (sengaja tidak disebutkan nama aslinya). Sang Komandan ini sedang mengurus salah satu keperluan warga di kantor lurah, biasa kalau Pak RT sering diminta tolong oleh warganya mengurus berbagai keperluan. Kalaupun tidak saat diminta tolong wargapun Sang Komandan sering juga singgah ke kantor lurah, entah saat jalan kaki atau keliling bersepeda. Setelah pensiun pengabdian ia teruskan dengan hidup bermasyarakat.(Bersambung....)

Komandan lanjut mengkisahkan pengalamannya saat bertugas di daerah operasi salah satu tempat di Aceh. Memimpin satu regu di daerah konflik berpegang pada prinsip dimana bumi di pijak disitu berbuat terbaik. Prinsip ini ia amalkan dengan merubah langgar yang terbengkalai tidak lagi difungsikan lagi oleh masyarakat. Di situ komandan mengajak anggotanya untuk membersihkan dan menjadikan bagian bawah langgar ini menjadi posko dan bagian atas untuk tempat sholat berjamaah. 
Sang komandan yang mengumandangkan azan, sekaligus menjadi imamnya. Kemudian ia mengumpulkan tokoh masyarakat agar kembali memfungsikan langgar untuk sholat berjamaah, tidak ada yang perlu ditakutkan.
Akhirnya apa yang dilakukan komandan mendapatkan simpati dari masyarakat, tentara dan rakyat bahu membahu melaksanakan berbagai kegiatan.
Pernah suatu ketika komandan bersama dengan beberapa anggotanya turun ke sebuah lereng mengambil air bersih, pada bagian atas telah siap anggota GAM memuntahkan senjatanya. Agaknya sudah menjadi sasaran empuk, namun apa yang terjadi anggota GAM tersebut mengurungkan niatnya dan bergerak menjauhi. Kenapa hal ini bisa terjadi karena faktor keakraban dan perhatian sang komandan terhadap masyarakat yang berada di lokasi poskonya.
Hal ini diketahui sang komandan di saat acara perpisahan masyarakat dengan sang komandan bertemu dengan tokoh masyarakat yang sempat ditemui anggota GAM yang menceritakan.
Sang komandan bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjaga nyawanya sehingga sukses dalam operasi dan kembali berkumpul dengan keluarga.

Sang komandan juga perhatian kepada seluruh anggotanya. Pernah suatu ketika mereka yang beragama Islam melaksanakan Sholat Jum'at berjamaah, sementara anggota non muslim menjaga di luar masjid sehingga pelaksanaan Jum'at dapat terselenggara dengan lancar. Sang komandan awalnya memerintahkan untuk standby saja di posko, tidak perlu ikut ke masjid. Namun non muslim dapat menyakinkan komandan kehadirannya menjaga di luar masjid dapat membantu agar Jum'at dapat berlangsung aman dan lancar.

Demikian sang komandan menceritakan sedikit pengalamannya di medan operasi, semoga bisa dijadikan pelajaran betapa kita perlu memahami cultur budaya lokal dalam berinteraksi dengan masyarakat.
 

Tidak ada komentar: