CERAMAH AGAMA
"DARI MANA, SEDANG DI MANA, MAU KE MANA KITA?"
(Berdasarkan Al-Qur'an, Sunnah, dan Kajian Tasawuf)
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له. أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمدا عبده ورسوله، أما بعد.
Jamaah yang dirahmati Allah,
Hari ini, kita akan merenungkan sebuah pertanyaan mendasar dalam kehidupan: Dari mana kita berasal? Sedang di mana kita sekarang? Mau ke mana kita setelah ini? Pertanyaan ini bukan sekadar filsafat, tetapi sebuah kesadaran yang harus dimiliki setiap Muslim dalam menjalani hidupnya.
1. Dari Mana Kita Berasal?
Allah ﷻ berfirman:
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah." (QS. Al-Mu’minun: 12)
Ruh kita berasal dari Allah. Allah telah meniupkan ruh ke dalam jasad kita:
"Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya ruh (ciptaan)-Nya..." (QS. As-Sajdah: 9)
Dalam kajian tasawuf, manusia berasal dari alam ruh, dan perjalanan kita ke dunia adalah bagian dari ujian. Sebagaimana disebutkan dalam hadis:
"Sesungguhnya setiap manusia dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama empat puluh hari dalam bentuk nutfah, lalu menjadi segumpal darah dalam empat puluh hari berikutnya, lalu menjadi segumpal daging dalam empat puluh hari berikutnya..." (HR. Bukhari dan Muslim)
Artinya, kehidupan dunia hanyalah satu fase dari perjalanan panjang manusia menuju akhirat.
2. Sedang di Mana Kita Sekarang?
Saat ini, kita berada di dunia yang penuh ujian dan cobaan. Allah ﷻ berfirman:
"Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya..." (QS. Al-Mulk: 2)
Dunia ini adalah ladang amal. Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin menjelaskan bahwa dunia ibarat persinggahan dalam perjalanan panjang. Jika kita sibuk menghias persinggahan dan lupa tujuan akhir, kita akan merugi.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau seorang musafir." (HR. Bukhari)
Dalam tasawuf, dunia dianggap sebagai darul fana (tempat yang akan sirna), sementara akhirat adalah darul baqa (tempat yang abadi). Karena itu, kita harus bertanya kepada diri sendiri: apakah kehidupan kita saat ini sudah sesuai dengan tujuan penciptaan kita?
3. Mau Ke Mana Kita Setelah Ini?
Setelah kehidupan dunia, kita akan menuju kehidupan akhirat. Allah ﷻ mengingatkan kita:
"Dan sesungguhnya akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, jika mereka mengetahui." (QS. Al-Ankabut: 64)
Ada dua tujuan akhir manusia: surga atau neraka. Bagi orang-orang yang beriman dan beramal shalih, Allah menjanjikan surga:
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, bagi mereka surga Firdaus sebagai tempat tinggal." (QS. Al-Kahfi: 107)
Namun, bagi mereka yang lalai dan kufur, ada ancaman neraka:
"Sesungguhnya neraka itu tempat tinggal bagi mereka." (QS. An-Naba’: 21-22)
Kesimpulan: Hidup Adalah Perjalanan
Dalam tasawuf, hidup diibaratkan sebagai perjalanan menuju Allah (suluk ilallah). Kita harus mempersiapkan bekal terbaik, yaitu iman dan amal shalih. Rasulullah ﷺ bersabda:
"Orang yang cerdas adalah yang mengendalikan dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah kematian." (HR. Tirmidzi)
Maka, mari kita renungkan tiga pertanyaan ini dengan sungguh-sungguh:
- Kita berasal dari Allah, maka kita harus hidup sesuai dengan petunjuk-Nya.
- Dunia ini adalah tempat ujian, maka kita harus mengisinya dengan amal shalih.
- Kita akan kembali kepada Allah, maka kita harus memastikan perjalanan kita menuju surga-Nya.
Semoga Allah membimbing kita semua dalam perjalanan ini. آمين يا رب العالمين.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته.
UWaS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar