Sabtu, 07 Desember 2024

Sepuluh Kakak Beradik & Sepasang Orang Tua


 Sepuluh kakak beradik dan sepasang orang tua

Oleh: Faria Rizqa

 

Mengurus sepasang orang tua yang sudah renta bukanlah tugas yang mudah, bahkan bagi sepuluh anak sekalipun. Meski jumlah anak banyak, tanggung jawab tersebut sering kali tidak terbagi rata. Ada yang mengambil porsi lebih besar, ada pula yang hanya hadir sesekali.

 

Ketika usia mulai menua, orang tua sering memerlukan perhatian lebih. Fisik yang lemah, penyakit yang datang silih berganti, hingga kebutuhan emosional yang kian besar menjadi tantangan tersendiri. Bagi anak-anak, ini menuntut kesabaran, pengorbanan waktu, dan sering kali, pengeluaran yang tidak sedikit.

 

Namun, kenyataan menunjukkan bahwa sepuluh anak tidak selalu menjadi jaminan bahwa semua kebutuhan orang tua akan terpenuhi. Kesibukan pekerjaan, jarak tempat tinggal, atau bahkan perbedaan pandangan sering menjadi penghalang. Tidak jarang muncul gesekan antar saudara, saling menyalahkan, atau merasa tidak adil dalam pembagian tugas.

 

Di sisi lain, orang tua yang sudah renta hanya ingin merasa dicintai dan dihargai oleh anak-anaknya. Mereka tidak mengukur cinta dengan jumlah uang atau bantuan, tetapi dengan kehadiran dan perhatian. Namun, rasa takut menjadi beban sering kali membuat mereka memendam kebutuhan itu dalam diam.

 

Mengurus orang tua yang renta bukan hanya soal kewajiban, tetapi juga tentang bagaimana membalas kasih sayang yang telah mereka curahkan sepanjang hidup. Sepuluh anak, meskipun berbeda karakter dan keadaan, perlu bersatu hati. Sebab, keberkahan ada di balik doa tulus sepasang orang tua yang merasa dicintai hingga akhir usia mereka.

 

Tumbuh besar di tengah keluarga besar dengan sepuluh kakak beradik dan sepasang orang tua yang hidup pas-pasan adalah sebuah perjalanan penuh warna. Ada banyak suka, namun tidak sedikit pula duka yang harus dihadapi bersama.

 

Hidup dalam keluarga besar berarti rumah selalu ramai dengan tawa, canda, dan suara-suara kecil yang memenuhi setiap sudut. Tak ada hari yang benar-benar sepi. Kebersamaan menjadi harta yang paling berharga, meskipun sering kali ruang gerak terasa sempit. Meja makan selalu penuh, meski makanannya sederhana. Sepiring nasi dan lauk sering kali harus dibagi dengan adil, tapi dari situ anak-anak belajar tentang pentingnya berbagi.

 

Namun, hidup pas-pasan bukan tanpa tantangan. Orang tua bekerja keras siang dan malam demi memastikan semua anak mendapatkan makanan dan pendidikan. Ada kalanya uang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar, apalagi keinginan. Baju lama diwariskan dari kakak ke adik, begitu pula buku pelajaran dan sepatu sekolah. Tak jarang timbul rasa iri melihat teman-teman yang hidup berkecukupan, namun hal itu perlahan tertutupi oleh rasa syukur karena keluarga tetap utuh.

 

Dengan sepuluh saudara, konflik kecil adalah hal biasa—mulai dari berebut mainan hingga saling menyalahkan. Tapi, pertengkaran itu selalu berakhir dengan tawa, karena bagaimanapun, cinta dalam keluarga selalu menang. Kakak-kakak sering menjadi pelindung, sementara adik-adik membawa keceriaan. Dari mereka, semua belajar untuk saling mendukung, saling melindungi, dan tumbuh menjadi pribadi yang tangguh.

 

Saat mengingat masa lalu, semua suka duka itu menjadi kenangan indah. Meski sulit, tumbuh besar dalam keluarga besar mengajarkan arti kerja keras, kebersamaan, dan rasa syukur. Kini, saat semua anak mulai dewasa, satu hal yang pasti—ikatan yang terjalin di masa sulit itu tetap menjadi kekuatan yang mempersatukan. Orang tua, meski hidup pas-pasan, telah memberikan warisan yang jauh lebih berharga daripada harta: cinta tanpa syarat dan pelajaran hidup yang abadi.

Tidak ada komentar: