Senin, 30 Desember 2024

Kiprah Relawan Moderasi Merawat Kerukunan


Padang Panjang, Pada pagi yang cerah, di sebuah SD Kristen yang asri, suasana begitu semarak. Sekolah itu unik karena dihuni oleh murid-murid dari berbagai latar belakang agama: Islam, Kristen, Katolik, Buddha, dan Kong Hu Cu. Buk Nel, kepala sekolah yang bijaksana, percaya bahwa pendidikan harus menjadi jembatan kerukunan di tengah keberagaman. Hari itu, sekolah mengadakan penyuluhan tentang kerukunan lintas agama dengan mengundang Wahyu dan Riri, dua relawan penyuluh moderasi yang penuh semangat.

Wahyu memulai acara dengan senyuman lebar. "Adik-adik, tahu tidak, Indonesia itu kaya sekali. Ada banyak suku, budaya, dan agama. Kita semua berbeda, tapi tetap satu keluarga besar," katanya dengan nada ceria. Anak-anak tampak antusias, beberapa mengangguk sambil tersenyum.

Riri melanjutkan, "Kalau kita bisa saling menghormati perbedaan, dunia akan menjadi tempat yang lebih damai & indah. Hari ini, kita akan belajar bagaimana menjaga kerukunan, seru dan asyik lho!"

Penyuluhan itu dikemas menarik. Wahyu dan Riri memutarkan sebuah film pendek tentang kerukunan, yang menceritakan kisah persahabatan anak-anak dari berbagai agama. Murid-murid terpaku menonton, beberapa bahkan terlihat tersentuh.

Setelah film selesai, Riri mengadakan sesi kuis. "Siapa yang bisa sebutkan tiga cara menjaga kerukunan dengan teman yang berbeda agama?" tanyanya. Beberapa tangan kecil terangkat dengan semangat. Seorang murid bernama Budi menjawab, "Saling menghormati, tidak mengejek, dan membantu teman yang kesusahan."

"Tepat sekali, Budi!" seru Wahyu sambil memberikan hadiah kecil berupa stiker bertema kerukunan, kue & buku saku.

Sesi berikutnya adalah dialog interaktif. Wahyu mengajukan pertanyaan sederhana kepada murid-murid. "Apa yang kalian lakukan jika teman kalian sedang berdoa?"

Seorang murid bernama Clara menjawab, "Kita diam dan tidak mengganggu." Murid-murid lain mengangguk setuju.

Sebagai puncak acara, murid-murid diajak mempraktikkan cara berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing. Anak-anak Muslim membaca doa-doa pendek, murid Kristen menyanyikan pujian, sementara anak-anak Buddha dan Kong Hu Cu melafalkan doa sesuai tradisi mereka. Semua berlangsung dalam suasana penuh penghormatan.

Acara ditutup dengan sesi foto bersama. Murid-murid, guru, dan relawan penyuluh berpose dengan ceria. Sebelum berpisah, mereka bersama-sama meneriakkan yel-yel yang dipandu Riri:

"Jaga kerukunan! Jaga Indonesia! Damai selalu, kita semua saudara!"

Sorak-sorai memenuhi aula sekolah. Buk Nel, dengan mata yang berbinar, menyampaikan terima kasih kepada Wahyu dan Riri. "Penyuluhan ini sangat berarti bagi kami. Anak-anak belajar sedini mungkin bahwa kerukunan adalah fondasi dari kehidupan yang harmonis."

Wahyu dan Riri tersenyum puas. Mereka tahu, langkah kecil ini akan membawa dampak besar di masa depan. Di tengah keberagaman, kerukunan adalah kunci untuk menjaga persatuan bangsa. Inilah sedikit kisah kiprah relawan moderasi merawat kerukunan.

Tidak ada komentar: