Padang Panjang, Di sebuah lembaga pemerintahan yang megah, berdiri tokoh utama kita, Wahyu, seorang pegawai berdedikasi tinggi. Dengan penuh semangat, Wahyu menjalani hari-harinya di kantor, memegang teguh prinsip kejujuran dan profesionalitas. Ia percaya bahwa pengabdiannya adalah untuk masyarakat, bukan untuk kepentingan pribadi.
Disman, rekan kerja sekaligus sahabat sejati Wahyu, selalu mendukungnya. Disman adalah tipe orang yang rendah hati, dengan selera humor yang mampu mencairkan suasana tegang di kantor. Mereka sering bekerja sama dalam menyelesaikan proyek-proyek besar yang menuntut ketelitian dan kecepatan. Keduanya berbagi visi yang sama, bahwa pekerjaan mereka harus membawa manfaat bagi banyak orang.
Namun, di balik kesibukan itu, suasana di kantor tidak selalu harmonis. Ada "badai" dan "topan," dua kolega yang dikenal dengan sikapnya yang sering kali menimbulkan konflik. Badai adalah orang yang terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya terhadap Wahyu, sementara Topan lebih licik, memendam rasa iri dalam senyap tetapi diam-diam menjegal usaha Wahyu.
Badai sering meremehkan Wahyu di depan kolega lain, mencoba memojokkannya dalam rapat-rapat penting. Sedangkan Topan lebih berbahaya; ia memutarbalikkan fakta, menyebarkan kabar burung yang merusak nama baik Wahyu. Bahkan ada saat di mana laporan yang dikerjakan Wahyu dengan susah payah diakui sebagai hasil kerja Topan.
Meski menghadapi situasi seperti ini, Wahyu tetap tegar. Disman menjadi penopangnya, memberikan nasihat dan membantu Wahyu fokus pada tujuan besar mereka. "Jangan biarkan mereka membuatmu kehilangan arah, Wahyu. Kerja keras kita akan bicara lebih lantang daripada fitnah mereka," kata Disman suatu hari saat mereka sedang lembur bersama.
Kehidupan di kantor pemerintahan memang penuh warna. Ada yang mengagumi kerja keras Wahyu, tetapi tidak sedikit yang iri dan berharap melihatnya gagal. Dalam tekanan pekerjaan yang berat, Wahyu menemukan bahwa integritas adalah kompasnya. Ia memutuskan untuk tidak terpengaruh oleh intrik dan tetap fokus pada visi dan misinya.
Suatu hari, proyek besar yang mereka kerjakan berhasil dengan gemilang. Masyarakat memuji hasil kerja tim Wahyu dan Disman. Bahkan, pemimpin lembaga memberikan penghargaan khusus kepada mereka. Namun, seperti biasa, Badai dan Topan tidak tinggal diam. Mereka mencoba mencari celah untuk menjatuhkan Wahyu, tetapi kali ini, kolega lain mulai melihat siapa sebenarnya yang benar-benar bekerja keras.
"Hidup ini bukan soal siapa yang terlihat menang sementara, tapi siapa yang tetap berdiri dengan kepala tegak di akhir perjalanan," gumam Wahyu sambil menatap keluar jendela kantornya. Ia sadar, badai dan topan dalam hidupnya hanyalah ujian untuk menguji keteguhan hatinya.
Dengan dukungan Disman, Wahyu melanjutkan langkahnya. Ia belajar bahwa meskipun ada yang membenci, selalu ada yang menginspirasi. Dalam dunia yang penuh persaingan dan intrik, hanya mereka yang fokus pada kebaikan yang akan bertahan dan meninggalkan jejak berarti. Sementera di tempat lain, Badai & Topan merasakan akibat kedengkian & kemunafikannya, hidup tak seperti berteman, ia datang orang pergi, ia bicara orang tak menanggapi.
Inilah suatu kisah gambaran dunia kerja tanpa dibangun nilai-nilai etika & kode prilaku yang tidak jelas, justru akan membuat kerugian yang sangat besar kepada diri sendiri dan juga berdampak kepada kinerja organisasi. Yang baik ditiru yang tidak baik jangan dicontoh!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar