Lansia dan Upaya Mengatasi Kesepian di Hari Tua Menurut Al-Qur’an, Sunnah, dan Psikologi Agama
Abstrak
Masa lanjut usia (lansia) merupakan fase kehidupan yang ditandai dengan penurunan fungsi fisik, kognitif, dan sosial. Salah satu persoalan dominan pada lansia adalah kesepian yang dapat berdampak pada kesehatan mental dan spiritual. Artikel ini membahas bagaimana perspektif Al-Qur’an, Sunnah, dan psikologi agama menawarkan solusi dalam menghadapi kesepian di hari tua. Dengan pendekatan integratif, tulisan ini menegaskan bahwa iman, ibadah, relasi sosial, serta makna hidup yang baru merupakan faktor kunci untuk mewujudkan ketenangan batin lansia.
Kata kunci: lansia, kesepian, Al-Qur’an, Sunnah, psikologi agama
Pendahuluan
Pertumbuhan jumlah lansia di Indonesia semakin meningkat seiring bertambahnya angka harapan hidup. Kondisi ini menuntut perhatian lebih terhadap kualitas hidup mereka, terutama dalam aspek psikososial dan spiritual. Salah satu permasalahan yang sering muncul adalah kesepian (loneliness), yaitu perasaan terasing, tidak dibutuhkan, dan kehilangan makna hidup. Menurut Data Indonesia Jumlah Lansia awal Tahun 2025 mencapai 34 Juta Jiwa atau 11, 8 % dari total penduduk Indonesia 283,5 Juta Jiwa.
Dalam perspektif Islam, lansia memiliki kedudukan mulia. Al-Qur’an memerintahkan untuk berbakti kepada orang tua dan menghormati yang lebih tua (QS. Al-Isrā’: 23). Rasulullah ﷺ juga menegaskan: “Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi yang muda, dan tidak menghormati yang tua.” (HR. Tirmidzi). Dengan demikian, penting untuk memberikan perhatian khusus kepada lansia agar terhindar dari kesepian, baik melalui pendekatan agama maupun psikologi.
Kesepian dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sunnah
Al-Qur’an memberikan peneguhan bahwa Allah senantiasa bersama hamba-Nya:
“Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” (QS. At-Taubah: 40).
Ayat ini menekankan bahwa seorang mukmin tidak pernah benar-benar sendiri, sebab Allah adalah sebaik-baik penolong. Selain itu, Al-Qur’an mengajarkan dzikir sebagai penenang hati:
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28).
Sunnah Nabi ﷺ juga menunjukkan pentingnya aktivitas sosial dan spiritual di hari tua. Lansia dianjurkan memperbanyak ibadah, menjaga silaturrahim, serta berbagi pengalaman sebagai teladan bagi generasi muda. Hadis riwayat Muslim menyebutkan bahwa setiap keadaan seorang mukmin adalah baik, baik saat mendapat nikmat maupun ujian, selama ia bersyukur dan bersabar.
Kesepian dalam Perspektif Psikologi Agama
Psikologi agama memandang kesepian sebagai persoalan psikologis yang dapat diatasi dengan penguatan spiritualitas. Keyakinan kepada Allah, keterlibatan dalam ibadah, dan relasi sosial berbasis iman terbukti meningkatkan ketahanan mental lansia.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lansia yang aktif dalam kegiatan keagamaan cenderung memiliki tingkat depresi lebih rendah dan merasa lebih bahagia, seperti mengikuti majelis taklim, silaturrahim, ibadah di masjid/mushalla. Spiritualitas memberi makna baru dalam hidup, mencegah perasaan hampa, serta menumbuhkan harapan menghadapi keterbatasan fisik maupun sosial.
QS. Yasin ayat 68, Allah berfirman:
"Siapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami balik proses penciptaannya (dari kuat menuju lemah), maka apakah mereka tidak mengerti?"
Strategi Mengatasi Kesepian Lansia
a. Perspektif Al-Qur’an dan Sunnah
-
Memperbanyak dzikir dan doa.
-
Menjaga shalat berjamaah dan ibadah sunnah.
-
Menjalin silaturrahim dengan keluarga dan masyarakat.
-
Berbagi hikmah, pengalaman, dan nasihat.
-
Menumbuhkan sikap sabar dan syukur dalam menghadapi keterbatasan.
b. Perspektif Psikologi Agama
-
Menemukan makna baru dalam hidup, misalnya menjadi guru kehidupan.
-
Aktif dalam kegiatan sosial-keagamaan.
-
Menjaga kesehatan fisik dan mental melalui olahraga ringan dan nutrisi seimbang.
-
Mengembangkan hobi positif (membaca Al-Qur’an, berkebun, menulis).
-
Membangun hubungan emosional dengan keluarga, teman sebaya, atau konselor agama.
Peran Keluarga dan Masyarakat
Keluarga memiliki peran utama dalam mendampingi lansia agar tidak merasa terabaikan. Anak dan cucu berkewajiban berbakti dan menjaga kehormatan orang tua. Sementara itu, masyarakat dapat mendukung melalui program ramah lansia seperti posyandu lansia, pengajian, atau komunitas sosial yang melibatkan orang tua secara aktif. Penyuluh agama juga berperan penting memberikan bimbingan rohani, motivasi, dan penguatan spiritual.
Kesimpulan
Kesepian pada lansia merupakan fenomena nyata yang berdampak pada kualitas hidup mereka. Al-Qur’an, Sunnah, dan psikologi agama sama-sama menekankan pentingnya aspek spiritual, sosial, dan psikologis dalam menghadapinya. Dengan memperbanyak dzikir, ibadah, silaturrahim, serta keterlibatan aktif dalam kegiatan sosial-keagamaan, lansia dapat menjalani hari tua yang bermakna dan terhindar dari kesepian. Oleh karena itu, dukungan keluarga, masyarakat, dan penyuluh agama sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang ramah lansia.
Daftar Pustaka
Sumber Al-Qur’an & Hadis
-
Al-Qur’an al-Karim.
-
HR. Tirmidzi, Kitāb al-Birr wa al-Ṣilah, no. 1919.
-
HR. Muslim, Kitāb al-Zuhd, no. 2999.
Buku & Artikel Ilmiah
-
Al-Ghazali, Abu Hamid. Ihya’ ‘Ulum al-Din. Kairo: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2005.
-
Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga, 1999.
-
Koenig, Harold G. Religion and Mental Health: Research and Clinical Applications. San Diego: Academic Press, 2018.
-
Santrock, John W. Life-Span Development. New York: McGraw-Hill, 2019.
-
Syafaat, Muhammad. “Religiusitas dan Kesehatan Mental pada Lansia.” Jurnal Psikologi Islami, Vol. 5, No. 2 (2022).
-
Wahyudi, Ahmad. Psikologi Agama: Teori dan Praktik dalam Kehidupan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2020.